Di tengah keremangan malam, seorang lelaki dengan hoodie, celana, topi, masker, serta sarung tangan yang semuanya berwarna hitam, turun dari bus pada sebuah halte di wilayah Jungnang-gu. Ia berjalan ke arah timur, menyusuri trotoar hingga akhirnya tiba di depan sebuah bangunan tinggi, di mana tempat tersebut merupakan pusat perbelanjaan milik JL Corporation. JL's Mall.
Alih-alih masuk melalui pintu depan yang digunakan oleh semua orang, si lelaki justru menargetkan pintu belakang agar tak seorang pun melihatnya. Tujuan utamanya ialah ruangan para petugas mall sekaligus tempat mereka memantau CCTV yang posisinya masih berada di lantai satu.
Cukup lama ia berada di sana dikarenakan banyaknya ruangan yang harus diperiksa sampai ia menemukan tempat yang dicari, berada pada pintu ketiga sebelah kiri tangga darurat. Si lelaki lantas memeriksa sekitar sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan yang tak terkunci tersebut.
Tak seorang pun ia jumpai di dalam sana. Kemungkinan beberapa petugas yang berjaga sedang keluar makan malam. Kesempatan ini ia pergunakan dengan baik untuk melakukan aksinya, yakni mengutak-atik sebuah laptop milik petugas yang ada di sebelah layar televisi besar, monitor yang biasa dipergunakan untuk memeriksa kondisi di setiap sudut mall dan tempat parkir melalui kamera pengintai.
Lelaki tersebut mengeluarkan sebuah USB flash drive berwarna putih dari dalam saku hoodienya, kemudian mulai memeriksa isi dari benda seukuran jempol manusia tersebut melalui laptop lalu mengirimkannya pada dua alamat email yang sepertinya sudah ia hafal di luar kepala. Setelah misi selesai, si lelaki segera mengirim pesan kepada seseorang untuk melaporkan bahwa tugas sudah ia laksanakan dengan baik.
Tanpa pikir panjang lagi, ia melepaskan USB dan membersihkan jejak pengiriman file dari laptop lalu bergegas keluar dari tempat tersebut melalui pintu belakang pula sebelum ada yang melihatnya.
•••
Lee Chun Ho. Detektif berusia 30 tahun tersebut masih setia duduk di depan laptop di ruang tengah unit apartemen tempatnya tinggal. Terhitung sudah tiga kasus pencurian dengan pelaku yang sama, tetapi belum satu pun bukti ia temukan mengenai siapa dan apa tujuan pelaku.
Kasus pertama diterimanya dua minggu lalu, yakni pada salah satu bank yang berada di distrik Mapo. Mereka melakukan pembobolan dengan cara menghancurkan sistem dan liatrik, kemudian menyelinap masuk ke ruang berangkas milik Min Ju Hyuk, pemilik hotel terbesar dan tersukses di wilayah tersebut.
Sementara pada minggu berikutnya, nasib sial juga dialami oleh Kim Ho Seok, pemilik pusat perbelanjaan dengan omset penjualan mencapai miliyaran won perhari yang berada di distrik Gangnam. Pencurian berkedok penipuan tersebut bermula saat seorang wanita berpenampilan seksi dan menawan datang menawarkan kerjasama sekaligus berniat menginvestasikan kekayaannya untuk mall tersebut.
Setelah sesi penandatanganan beberapa berkas, mereka mulai minum bersama sambil membicarakan banyak hal mengenai pekerjaan, hingga pada akhirnya si pria mabuk dan tak sadarkan diri. Akan tetapi, petaka datang keesokan harinya, 70 persen uang yang ia simpan di dalam bank mendadak hilang secara misterius. Catatan dari bank tersebut memperlihatkan jikalau Kim Ho Seok sendirilah yang telah menarik uangnya, tetapi oknum bersangkutan menyangkal hal tersebut. Selain itu, tak ada jejak mengenai siapa si wanita. Sebab, semua rekaman kamera pengintai yang menampilkan dirinya telah dihapus oleh seseorang.
Alasan mengapa detektif Lee mengambil kesimpulan bahwa mereka merupakan pelaku yang sama ialah apa yang terjadi keesokan harinya. Kantor detektif di pusat kota menerima sebuah email misterius yang berisi beberapa bukti kebusukan korban.
Dimulai dari Kim Ho Seok yang menerima uang dalam jumlah besar dari pekerjaan sampingannya sebagai pemilik sebuah situs judi online. Hingga Min Ju Hyuk yang terbukti belum membayar gaji semua pegawainya selama beberapa bulan, juga melakukan transaksi jual beli wanita berkedok menawarkan tenaga kerja menggunakan akun palsu di sosial media. Belum lagi adanya laporan yang sepertinya saling berkaitan mengenai penemuan sejumlah uang oleh beberapa orang yang takut untuk menggunakannya meskipun sangat membutuhkan, walau diminta oleh si pemberi.
Tidak ada alasan untuk menolak fakta bawah benar para pelaku tak ubahnya pahlawan, seperti bunyi pesan yang ditinggalkan pada lokasi TKP ketiga. Akan tetapi, tak ada alasan pula untuk membenarkan tindakan mereka. Mencuri atau menipu adalah sebuah kejahatan, walau tujuannya demi kebaikan.
Bagi Chun Ho, lebih mudah memecahkan kasus pembunuhan dibandingkan berurusan dengan berandal-berandal gila yang menyebut diri mereka sebagai pahlawan tersebut. Setidaknya akan ada bukti yang ditinggalkan oleh pelaku di TKP, entah itu berupa sidik jari ataupun bukti lain. Meskipun tak berlaku bagi kasus pembunuhan berencana yang sudah dipikirkan secara hati-hati sebelum mengeksekusi target.
Para detektif dan polisi memang pintar, tetapi para pelaku jauh lebih cerdik dari yang mereka bayangkan, seolah telah mengenal dengan baik seluk beluk lokasi kejadian.
"Kenapa?"
Park Eun Young. Istri sang detektif yang baru keluar dari kamar pertama yang letaknya tak jauh dari meja makan mendekat setelah melihat suaminya memegangi kepala sambil memijat pelipis. Ia mengambil posisi duduk di sofa tepat di sisi kiri sang suami, kemudian membelai lembut punggung pria tersebut.
Chun Ho menggeleng. "Hanya masalah pekerjaan," jawabnya lalu mengusap wajah.
"Jangan dipaksakan," kata wanita berambut sebahu itu sambil memijat bahu serta lengan kiri pria yang sudah menemaninya selama kurang lebih lima tahun tersebut.
Chun Ho mengangguk lantas menutup laptop, kemudian bersandar pada sofa.
Sejurus kemudian, terdengar suara pintu depan terbuka. Nara baru saja pulang setelah berpamitan pergi ke rumah temannya untuk belajar bersama sore tadi.
"Aku pulang!"
"Apa kau sudah makan malam?" tanya Eun Young.
Nara hanya membalas dengan anggukan kepala lantas pergi menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Chun Ho, sang kakak dan istrinya.
"Jangan terus berkeliaran di luar pada malam hari. Sangat berbahaya untuk gadis muda sepertimu."
Langkah Nara terhenti. Ia berbalik menatap kakaknya yang sedang terpejam sambil meletakkan kepalanya pada sandaran sofa.
"Tapi aku ditunjuk sebagai mentor Bo Ra," jelasnya, membela diri.
Chun Ho mengembuskan napas panjang, kemudian berkata, "Merepotkan saja."
"Sudah, biarkan saja. Mereka sudah kelas tiga, jadi harus lebih giat lagi untuk belajar, bukan?"
Eun Young mengedipkan sebelah mata ke arah adik iparnya tersebut lalu memberi isyarat menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamar, sementara ia akan mengurus sang suami.
"Kau ini selalu saja memanjakannya."
Chun Ho beranjak dari sofa hendak menuju kamar mandi. Akan tetapi, belum juga ia mengambil satu langkah pun, gawai miliknya yang tergeletak manis di atas meja di sisi kanan laptop tiba-tiba berdering, membuatnya kembali duduk.
"Halo?"
Rupanya itu adalah panggilan telepon dari salah satu rekannya yang saat ini masih berada di kantor detektif. Ia diminta kembali ke kantor untuk memeriksa email yang masuk.
"Apa tidak bisa besok saja?" tanyanya pada seseorang di seberang.
"Tidak bisa, Detektif. Kau harus segera memeriksakan."
"Memangnya apa isi email itu?"
"Sesuatu yang berkaitan dengan kasus pencurian kemarin."
Chun Ho lantas memutuskan sambungan telepon secara sepihak dan bergegas kembali ke kantor detektif sesuai permintaan rekannya.
_____
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya, guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Criminals Of Seoul
RandomDuty After School cast fanfiction _"We are heroes"_ Blurb : Kejahatan ada di mana-mana. Namun, apa jadinya jikalau para penegak hukum tak dapat diandalkan lagi? Lantas, kepada siapa kita harus mengadu apabila mulut kotor penuh dusta dari iblis-ibl...