OMCCG Bab 1 : Skenario Terburuk

4.2K 194 34
                                    

Hai!! Akhirnya setelah 2,5 tahun menanti cerita Bara Publish! Dan yes!! Akhirnya di Wp!! Setelah mempertimbangkan kesibukkanku akhir2 ini, nggak mungkin publish di tempat lain apalagi yang tiap hari musti update! 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!! Akhirnya setelah 2,5 tahun menanti cerita Bara Publish! Dan yes!! Akhirnya di Wp!! Setelah mempertimbangkan kesibukkanku akhir2 ini, nggak mungkin publish di tempat lain apalagi yang tiap hari musti update! 😅

Cerita ini salah satu seri lanjutan Keluarga Nanggala, baiknya memang membaca cerita-ceritaku sebelumnya biar enggak bingung dengan karakter-karakter yang ada di dalam cerita ini. Tapi untuk pembaca baru, jangan khawatir, bisa kok di baca terpisah. 

Ku kasih 2K kata dulu, kalau rame vote dan komennya baru akan ku lanjut Bab dua.

Bab ini nyambung sama LLAS Bab 47. Bisa dibaca ulang kalau kalian penasaran.

Oh ya biar enggak bingung, cerita ini juga satu tahun lebih cepat dibanding masa CBFW di Bab 48.  

Di Bab depan aku akan adakan give away! Tebak female lead pendamping Bara! Cluenya sudah ku tebar di LLAS dan Bab akhir CBFW. 

 🔥🔥🔥 

Suasana rumah sakit malam itu tidak terlalu ramai, tidak seperti kemarin, di mana seluruh ranjang IGD—Instalasi Gawat Darurat—penuh. Demam berdarah serta Influenza sedang menjadi penyakit nomor satu yang menjangkit mayoritas para pasien dalam satu bulan terakhir.

Jam praktek Bara segera berakhir sebentar lagi. Tangan kiri Dokter jantung berusia tiga puluh tahun itu sibuk menuliskan kata demi kata pada lembar medical record seorang pasien wanita berusia enam puluh delapan tahun.

"Bu Ambar... Hayo.. mulai makan jeroan lagi ya?" Selidik Bara penuh curiga.

"Lho? Dokter Bara kok, tahu? Saya makan jeroan?" Tanyanya dengan mata terbelalak. Seakan Bara ini punya keahlian membaca apa saja yang dia makan beberapa hari terakhir.

"Angka kolestrol Ibu tinggi sekali, LDL—Kolesterol low-density lipoprotein—nya apa lagi. Berbeda sekali dengan angka tiga bulan lalu."

Bu Ambar menepuk kedua telapak tangannya ke udara, "Haduh! Apa gara-gara saya akhir-akhir ini lagi sering makan di warung soto babat yang baru buka di dekat rumah, ya? Eh, tapi Dokter Bara musti cobain.. Enak banget itu kuahnya, bener-bener mak, nyus!"

"Nah, kan! Ketahuan Bu Ambar makannya mulai ngawur lagi.. Di kurang-kurangi ya, Bu makanan berlemak tinggi."

"Tapi enak banget, Dok.. Jeroan itu.. Gimana, ya? apalagi kalau siang-siang saya lewat itu warungnya.. aromanya bikin lapar!"

Bara mendongak, tersenyum geli, "Sesekali boleh, Bu.. Jangan sering-sering. Obat kolesterol, tensi, dan pengencer darahnya masih rajin di minum, kan?"

Wanita berkulit sawo matang itu meringis, "Suka lupa, Dok.."

"Ibu pasang alarm untuk pengingat konsumsi obat?"

"Enggak, Dok.."

"Kita buat, yuk, Bu.. biar ingat. Saya bantu buatkan, mau? Mana handphone Ibu?" Bara melongok ke arah tas berukuran jumbo yang selalu wanita itu bawa.

Oh My Cotton Candy Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang