OMCCG Bab 9 : Malaikat tanpa Sayap

802 131 43
                                    

Bara dan Baram saling melirik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bara dan Baram saling melirik. Mereka terlalu bingung dalam menanggapi pemahaman Neela akan arti dari kata 'bobot'. "Sebentar-sebentar.. Kayaknya kamu salah paham, deh, La.. kamu tahu nggak? arti kata bobot dalam 'bibit, bebet, bobot.' itu apa?"

"Tahu.." Jawabnya yakin.

"Apa?"

"Bobot artinya berat. Berat badan calon aku, kan? Maksudnya?" Jelasnya dengan wajah polos.

"Kalau bibit?" Bara penasaran, sejauh mana pemahaman Neela.

Neela semakin mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia melirik bergantian ke arah Bara dan Baram. "Bibit itu, kan, artinya sama dengan benih, ya? Itu maksudnya sperma bukan, sih?" tanyanya ragu.

Mendengar pertanyaan Neela, Baram menyemburkan tawanya dengan kencang.

Sedang Bara tercengang dengan mulut menganga, "Hah? Kok, jadi sperma?"

"Ya, kan.. sperma itu sering diibaratkan kayak benih, yang bisa membuahi sel telur. Jadi mungkin artinya, selain berat badan, musti diperiksa juga kualitas spermanya kalau mau menikah. Subur enggak dia? Gitu, bukan maksudnya?"

"Terus, kalau bebet?"

"Kalau bebet.. Umm.. itu aku nggak tahu, sih, maksudnya apa. Bebet.. Dompet? Mungkin? Dompetnya tebel atau enggak?"

Bara mengusap wajahnya sebelum mulai meluruskan kesalahpahaman Neela. "La.. Mas Bara jelasin, ya.. Bibit itu artinya garis keturunan. Bebet, status sosial ekonomi. Bobot, kepribadian dan pendidikan. Itu hal-hal yang Eyang dan Kak Baram maksud."

Kedua alis tipis Neela bertaut, "Masa, sih, Mas? Artinya itu? Kok, bisa sih, ada yang bikin istilah-istilah rumit begitu?"

"Mm.. Mungkin karena secara turun temurun hal-hal itu yang sering kali jadi pertimbangan dalam mencari pasangan."

"Tapi, Mas.. secara keturunan, kan.. Kita semua ini sebetulnya sama. Turunan Nabi Adam. Kenapa harus dipertimbangin dan dipilih-pilih?"

"Waduh, La... jauh banget itu pemikirannya. Coba nanti Lala diskusi sama Eyang tentang semua itu biar enggak salah paham lagi." Bara mencoba mengalihkan.

"Aduh.. Ini lucu banget.. Kalian bener-bener cocok! yang satu polos, yang satu sabar bukan main." Baram mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata tawa. "Ngomong-ngomong, kalian ketemunya gimana, sih? dari tadi penasaran, lupa mau tanya."

Bara kembali menceritakan pertemuan kedua mereka di taman bermain sabtu lalu, juga pertemuan pertama mereka di Banyuwangi tahun lalu. Memang, jika dipikir-pikir pertemuan mereka sangat tidak lazim dan terlalu serba kebetulan.

"Kalau denger cerita lo, kalian tuh, bener-bener dipertemukan sama takdir!" Simpul Baram dengan cepat dan lantang.

"Kadir? Kadir siapa?" Neela menatap bingung.

Oh My Cotton Candy Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang