Soyu bangun ketika matahari sudah meninggi. Permainannya dengan Jisung semalam benar-benar menguras tenaganya dan membuat dia kelelahan.
Jisung sudah tidak ada di ranjang ketika Soyu bangun, Soyu memutuskan untuk duduk di atas kasur sambil mengumpulkan kesadarannya.
Rupanya Jisung sedang mandi, Soyu menatapnya ketika lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Jisung hanya mengenakan celana boxer pendek dan tanpa atasan. Abs nya yang terekspose membuat Soyu jadi teringat adegan semalam, wanita itu langsung mengalihkan tatapannya.
Jisung menyadari itu, dia masih menangkap raut kesedihan itu di mata Soyu dan dia berinisiatif untuk mendekatinya.
"Sayang... Masih marah hm??"
Soyu menggeleng karena janjinya semalam bahwa dia akan memaafkan Jisung. Namun Jisung tau kalau masih ada luka yang tersimpan di dalam hati Soyu.
"Aku minta maaf. Aku salah. Aku memang brengsek. Kamu boleh memukulku kalau kamu mau." Jisung berusaha tersenyum dan mengejar tatapan Soyu yang menolak menatapnya.
Mata wanitanya berkaca-kaca dan itu membuat Jisung semakin merasa kalau dia adalah suami yang buruk.
"Bagiku di dunia ini kamu yang paling cantik.." Jisung tiba-tiba sedikit terkekeh, dia menertawai ucapannya sendiri.
"... Aku keliatan semakin brengsek ya kalau ngerayu kamu begini? Tapi aku ga bohong, bagiku kamu memang paling cantik."
Soyu langsung menyahuti.
"Pembohong, kalau aku paling cantik kenapa masih lirik cewek lain?"
"Iya aku salah karena ga bisa jaga pandangan. Maaf." Tangan besar Jisung terulur untuk mengusap pipi Soyu lalu menarik wanita itu kedalam pelukannya.
TOK...TOK...TOK...
"BUNDAAA..."
Dan baru saja Jisung akan mencium Soyu, sebuah keributan kecil di depan pintu menginterupsinya. Jisung mendesah kecil. Dia sempat mengenakan pakaiannya sebelum membuka pintu.
"Jiji jangan teriak-teriak, ini di hotel buka di hutan." Kata Jisung.
Gadis kecil itu langsung menyelonong masuk tanpa mendengarkan Jisung.
"Jihyun darimana? Kenapa semalam ga tidur sama bunda?" Soyu menarik tangan Jihyun mendekat lalu memeluk bocah kecilnya.
"Bunda tidur lamaaaa ga bangun-bangun. Terus papa nyuruh Jihyun tidur sama nenek."
Soyu langsung memberikan tatapan tajam pada Jisung sementara yang di tatap malah senyum-senyum.
"Kalau dia disini kan aku ga bisa dapat jatah sayang." Jisung sedikit bergumam tapi Jihyun masih bisa mendengarnya.
"Jatah apa?" Mata bulat Jihyun menatap Soyu dengan wajah polos lalu beralih menatap Jisung.
"Eeh.. mm.. itu jatah uang bulanan." Jawab Jisung asal. Berharap Jihyun tidak semakin penasaran.
"Ohh." Katanya. Jisung menghela nafas lega.
"Bunda kenapa belum mandi???? Ayo kita ke toko oleh-oleh sebelum tokonya bangkrut." Jihyun bicara dengan penuh semangat lalu melompat-lompat di atas ranjang.
"Tokonya ga akan bangkrut Jiji. Kamu berlebihan. "
"Ayoo cepat kita pergiiiii.."
"Iya-iya.. bunda mandi dulu, Jiji tunggu disini."
"Papa.. Jiji mau mainan, mau ice cream, mau boneka." Jihyun langsung menodong Jisung dengan sederet permintaan saat mereka baru sampai di toko oleh-oleh. Gadis itu melompat-lompat kegirangan."Ambil satu aja Jiji jangan beli banyak-banyak."
Bukan Jihyun namanya kalau dia mendengarkan ucapan Jisung. Gadis kecil itu sudah berlari menyusuri rak-rak sovenir. Jisung sampai kuwalahan mengikutinya.
"Kamu belanja aja, biar aku yang ngikutin Jihyun." Kata Jisung pada Soyu. Wanita itu mengangguk-angguk.
"Awasin dia, meskipun kakinya kecil tapi Jihyun sangat lincah." Soyu memperingatkan Jisung.
Dan benar apa kata Soyu barusan. Jihyun sudah menghilang entah kemana dan membuat Jisung panik.
Soyu yang menyadari itu juga ikut panik. Wanita itu segera berjalan menyusuri rak-rak sovenir dan memanggil nama Jihyun.
"Jihyun..."
"Ji..."
Braaakkk...
Sebuah rak sovenir rubuh tiba-tiba. Jisung segera berlari untuk menghampiri kekacauan itu dan dia menemukan Jihyun yang berdiri dengan wajah polosnya di samping tak yang rubuh.
Seluruh pernak-pernik berbahan kaca pecah dan berserakan di lantai. Dan semua pasang mata pengunjung di tempat itu tertuju pada Jihyun.
"Pa~ pa~" gadis kecil itu ingin menangis.
"Jiji.. kamu baik-baik saja??" Soyu datang dan menggendong gadis kecilnya.
Dia sempat melihat ke arah Jisung yang terdiam dengan kedua tangan mengepal. Lelaki itu sepertinya sedang menahan emosinya sekarang.
Jisung yang sangat jarang sekali marah kini terlihat seperti gunung api yang akan meletus. Terutama ketika dia harus menyerahkan ATM nya pada penjaga toko untuk membayar semua kekacauan yang Jihyun buat.
Soyu menghela nafas. Dia menurunkan Jihyun di depan toko.
"Bunda marah?" Gadis kecil itu masih bisa menatap polos seolah dia adalah korban.
"Iya bunda marah." Soyu memperjelas itu. Dengan wajah tegas dia menatap Jihyun.
"Bunda sudah bilang kan, Jiji ga boleh banyak tingkah di tempat umum, lihat sekarang berapa banyak papa harus bayar kerusakan yang dibuat Jiji? "
Gadis kecil itu merengut lalu menunduk.
"Iya."
"Iya apa??" Soyu termakan emosinya dan sedikit membentak.
"Jiji nakal. Maaf bunda." Bocah kecil itu hampir menangis dan wajahnya penuh penyesalan.
Soyu menghela nafas. Okey setidaknya dia sudah tau kesalahannya dan meminta maaf. Soyu tidak akan memperpanjang masalah ini dan menghakimi Jihyun. Tapi.... Hukuman akan tetap berlaku agar setan kecil ini jera.
"Iya, bunda maafin. Tapi kamu tetap dihukum. Ga boleh makan ice cream selama 2 Minggu."
Jihyun mengangkat kepalanya, tampak tidak terima. Baginya Ice cream itu seperti sebuah nyawa. Jihyun tidak bisa hidup tanpa ice cream.
"Tapi kan.. "
"Ga ada tapi-tapian ya. Salah sendiri nakal. Dan kamu juga harus minta maaf sama papa." Kata Soyu final.
Bersamaan dengan itu Jisung keluar dari toko. Wajahnya merah padam penuh emosi. Soyu menghampirinya.
"Sayang..."
"Aku bangkrut. Uangku habis buat bayar itu semua. Gatau kita besok mau makan apa." Kata Jisung. Soyu menghela nafas prihatin.
Sementara itu... Gadis kecil mereka memiliki pemikiran yang lain.
"Papa.. kalau papa ga punya uang biar Jiji ikut uncle Chenle aja. Dia kan kaya."
"JIHYUN !!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Husband 2 [SEQUEL] | PARK JISUNG
FanfictionPark Jisung kira membesarkan seorang anak itu sesuatu yang sederhana. Sesederhana saat membuatnya. Tapi Jisung malah merasa dejavu ketika dia di anugerahi seorang anak perempuan yang memiliki kenakalan sama sepertinya di masa muda.