• DON'T WANT TO

149 12 53
                                    

Siang berganti sore dan sore berganti malam. Pada malam yg sunyi ini ada seseorang yg sedang merasakan kesepian. Memang setiap malam ia akan merasakan yg namanya kesepian tanpa keluarga yg bisa membuatnya bahagia. Sedetik kemudian pun ia tersenyum tipis mengingat betapa kasihannya dirinya.

Sungguh, gadis yg malang. Hidup sendiri dengan penuh tanggungjawab atas pekerjaan yg mungkin berat di usianya masih sangat dini. Tapi, bagaimana pun ia harus ikhlas. Memang sudah takdirnya seperti ini. Dan ia bersyukur masih di beri nikmat bahkan masih bisa menghirup udara yg sejuk di malam ini.

Ia duduk di balkon menyendiri. Melihat pemandangan langit gelap yg di hiasi bintang-bintang yg terang nan indah. Tak ada teman yg kini bisa menghibur dirinya. Ralat, dia hanya ingin menyendiri. Soal teman, bahkan ia mempunyai sahabat. Namun ia ingin sendiri. Ingin tenang..

Angin bertiup menyapa wajahnya yg cantik itu. Namun ada sedikit berbeda sekarang. Wajahnya terlihat tidak ada senyuman lagi. Berbeda saat tadi. Ya, Zea terlihat murung.

Zea menenggelamkan wajahnya pada lekukan kakinya. Ia menangis. Bahkan sekarang tangisannya sangat kuat.

"AAAAAA hikss" teriaknya yg terisak. Ia memukul mukul dadanya yg terasa pedih.

Hiks

Hiks

Hiks

Bugh

Bugh

Bugh bugh bugh

Zea masih memukul mukul dada nya sehingga tiba tiba ada tangan seseorang yg menahannya. Sontak ia berhenti terisak dan melihat.

Deg

Tatapan nya bertemu dengan mata yg sangat tajam menatapnya dengan tatapan yg tak bisa di artikan.

"Jangan sakiti dirimu." Ucap pria itu dengan nada yg terlihat seperti memarahinya.

"Kamu?" Lirih Zea. Ia melihat pria yg siang tadi memanggilnya dengan sebutan 'anak kecil' sekarang ada di hadapannya.

Entah tiba tiba ia sudah ada. Zea sangat bingung, cemas, dan takut bercampur jadi satu.

Ia tersadar akan tangannya yg di pegang oleh pria itu, pun ia dengan cepat melepaskannya.

Namun bukannya terlepas malah bertambah erat tangganya di cengkram.

"lepas om, bukan mahram!" Ucap Zea marah.

Namun pria itu hanya diam tanpa menghiraukan Zea yg sudah terlihat sangat marah.

"Om!?, Siapa si main masuk rumah orang aja. Pergi!" Usirnya dengan masih berusaha melepaskan tangan pria itu.

"Kau mau tahu aku siapa?" Tanya pria itu dengan sedikit senyuman, mungkin bukan senyuman. Tapi seringaian.

Zea hanya diam tanpa menjawab yg ia pikir pertanyaan yg sangat tidak menarik.

Serpekian detik cengkraman di tangannya akhirnya di lepas.
Dengan mata yg masih terlihat menangis itu ia kembali menatap pria yg ia anggap lebih tua darinya. Ya memang lebih tua.

"I'm Nicholas Maxson" Ya, dia Nicholas.

Sebenarnya Nicholas mencari tahu tentang Zea. Dan saat ia sampai di depan mansion Zea, ia melihat gadis itu sedang menangis meski itu berada di balkon. Namun Nicholas melihatnya dan mendengar teriakan Zea, sehingga ia naik ke atas balkon kamar Zea.

"Aku gak kenal om." Balas Zea menatap tajam Nicholas.

"Don't call me uncle." Ucap Nicholas, bahkan itu perintah darinya.

"Terserah aku aja." Jawab Zea kembali dengan nada tidak sukanya.

Ia bangkit lalu menatap Nicholas yg masih berjongkok di bawah.
"Pergi. Sebelum aku teriak." Ancam Ze kepada Nicholas.

"Kau akan ikut aku" ujar Nicholas tersenyum menatap Zea yg kini ia sudah berdiri dan melihat Zea yg hanya sebatas dadanya saja. Ia kembali teringat ucapan Barnes yg mengenai tinggi Zea.
Sehingga membuat ia mengeraskan rahangnya.

Jeles ya ? Wakakakak

Sedangkan Zea, ia kaget dengan ucapan Nicholas membuat ia membulatkan matanya. Lagi lagi tingkah lakunya itu membuat Nicholas sangat gemas. Ingin sekali ia memakan gadis yg di hadapannya ini.

"Gila!" Umpat Zea yg kini sudah sangat sangat beristighfar dengan hal ini. Kenapa malam ini seperti ini..

"Jangan mengumpat sayang." Lagi lagi perkataan Zea kembali naik darah.

Apa-apaan coba. Bahkan ia saja tidak kenal dengan Nicholas, dan kini seenaknya saja pria itu memanggilnya dengan sebutan itu. Dasar pria aa-- astaghfirullah aladzim. Batin Zea beristighfar.

"PERGI GA?!" Kini Zea teriak sehingga bi Laura yg sedang melewati pintu kamar Zea mendengar itu.

Tok tok tok

"Non?, Apa non baik baik saja?"

'kesempatan' batin Zea senang mendengar suara bi Laura.

Segera Zea berteriak.
"ZEA DALAM BAHAYA BI!" Teriaknya membuat Laura yg mendengar itu pun langsung membuka pintu, namun pintu itu terkunci.

"Astaghfirullah" lirihnya melihat pintu yg ia kunci.

'bodoh Ze bodoh.' makinya pada diri sendiri.

Nicholas yg melihat itu pun tersenyum senang. Namun ia masih diam saja melihat apa yg akan di lakukan selanjutnya oleh gadis-nya.

Namun Zea tiba tiba saja berpikir kenapa ia tidak membuka pintu itu saja dari tadi. Selesai. Ia akan bisa meminta bantuan.

Zea akan berlari ke arah pintu. tetapi, belum sempat ia melangkahkan kaki, pinggangnya sudah di tarik oleh sebuah tangan kekar. Sehingga ia tertarik kedalam pelukan pria yg sangat ia benci itu. Ya, mulai sekarang ia membenci Nicholas.

"Aaaa" teriaknya sekaligus kaget.

"Diam sayang, atau aku akan membunuhmu." Sekarang Nicholas yg mengancamnya. Ia sekarang tidak bergerak sama sekali melihat belati yg sudah berada di tangan pria gila itu.

Bibi Laura yg kini kembali mendengar teriakan Zea semakin panik.

"NON, NON ZEA KENAPA NON? , BUKAN PINTUNYA."

"Bilang bahwa kau baik baik saja." Sebenarnya Zea tidak ingin menuruti pria gila ini, tapi ia tidak ingin nyawanya hilang begitu saja karena hal yg konyol.

Tapi ia juga tidak ingin berdosa bersentuhan dengan lawan jenis, bukan mahramnya.

"ENGGA BI, ZEA TADI CUMA AKTING AJA, MAAF BIKIN KHAWATIR. ZEA GAPAPA BI." Kini Zea berteriak menjawab Laura. Laura yg mendengar itu pun lega.

'kalau begitu, bibi turun ya non.?"

"IYA BI"

Dan Laura pun turun ke lantai bawah setelah mendengar jawaban Zea yg membuatnya lega. Sebenarnya ada rasa janggal, tapi semoga saja Zea memang tidak apa apa.

Andai saja bibi tau, Zea lagi bahaya. Tapi Zea juga takut kalo Zea bilang sama bibi. Batin Zea sedih.

Ia pun menangis kembali,
"Hiks aku gak mau deket sama yg bukan mahram." Ujarnya terisak melihat pinggang nya yg masih di rangkul oleh tangan kekar pria gila itu.

"Dosa tau.." ucapnya lagi bersamaan dengan isakannya.

Nicholas yg mendengar tangisan Zea pun melepaskan tangannya di pinggang ramping gadisnya. Membuat Zea sedikit mereda.

🍄🍄🍄

Haii

Jangan lupa voment

Next?

Tbc



Love Comes to the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang