Keduanya keluar dari mobil, mereka duduk di lapangan rumput menghadap ke arah sungai.
Malam itu sangat gelap dengan udara yang dingin dan keheningan yang murni.
Sumber cahaya satu-satunya hanyalah pantulan cahaya dari jembatan.
Jisoo lega dia membawakan jaket cadangan untuk sahabatnya, dia tahu gadis itu akan segera membutuhkannya.
Jennie sudah berhenti menangis, tapi dia terlihat bingung.
Sudah setengah jam dia hanya memandangi sungai.
Jisoo tetap memperhatikannya.
Dia menolehkan kepalanya dari waktu ke waktu, menunggu sahabatnya itu untuk berbicara.
Tapi itu sudah lama sekali sehingga Jisoo memutuskan untuk memecah kesunyian.
"Jen, kamu baik-baik saja?" dia tahu jawabannya tapi tetap bertanya "Maaf jika aku menyakitimu" dia menunduk, berharap mendapat tanggapan.
Jennie akhirnya memiringkan kepalanya ke arah Jisoo, matanya masih merah dan sembab.
Dia menatap gadis itu sebelum mengulurkan tangannya ke tengkuk Jisoo "Hei.." dia memulai.
Jisoo mengangkat kepalanya dan menatap matanya "Kau tidak perlu minta maaf. Bukan salahmu kalau aku merasa seperti ini Chu"
Hidung Jisoo mulai memerah, dia terisak dan air matanya mulai jatuh.
Dia mencondongkan tubuhnya ke depan ke arah Jennie yang mengangkat kedua tangannya, dan gadis itu dengan senang hati menerimanya.
Mereka berpelukan dan menangis beberapa saat sampai Jennie menarik diri.
"Maafkan aku Chu" dia memegang pipi Jisoo dan mengelusnya dengan ibu jarinya, dia memaksakan untuk tersenyum tapi kesedihan terpancar jelas di matanya.
"Kupikir aku sudah melupakanmu. Aku tidak menyadari bahwa aku masih mencintaimu" dia mendengus lagi dan mengangkat wajahnya ke atas, dia menggigit bibir dalamnya, mencoba menghentikan air matanya.
Jisoo mendekatkan pipinya ke telapak tangan Jennie sambil memejamkan mata, merasakan kehangatan tangan Jennie.
Dia terisak lagi "Tolong jangan pergi" dia berbisik dengan suara teredam.
Jennie menatapnya dengan mulut ternganga, sesaat dia bingung "Chu, apa maksudmu?" Jisoo membuka matanya dan menatap mata Jennie.
Dia menegakkan tubuhnya dan perlahan menyentuh pipi Jennie.
Mereka saling memegang wajah sekarang meninggalkan celah kecil di antara mereka.
Dan begitu Jennie menunduk, mereka perlahan mendekat satu sama lain, dan berciuman.
Itu adalah ciuman rindu yang panjang, tak tergoyahkan, dan sensual satu sama lain.
Keduanya lalu menarik wajah mereka untuk lebih dekat, keduanya menangis, keduanya merindukan kehangatan dan cinta yang dulu pernah mereka miliki di masa lalu.
Keduanya lalu pulang dengan membawa emosi mereka yang berat.
Mereka kemudian saling berpelukan dari balkon hingga ke kamar tidur Jisoo dan mulai saling menghibur tubuh dingin mereka satu sama lain hingga fajar menyingsing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Met You
FanfictionTidak ada yang baru, hanya Irene yang meminta nomor Jisoo kepada Jennie. Seberapa sulitkah saat semua orang memperhatikannya kecuali Jisoo? NOTE: Cerita ini bukan karya saya. THIS STORY isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA INI...