part 15 (day 15)

1.6K 143 40
                                    

Leo sangat bosan ia menatap brosur yang ada ditangannya, sudah beberapa hari belakangan ini ia selalu membagikan brosur agar cafe tempat dirinya bekerja bertambah ramai namun itu semua membuat Leo merasa sangat lelah karena harus berjalan membagi-bagikan brosur ini, ia ingin mengeluh namun yang namanya kerja tak ada yang lelah bukan?

Sebenarnya yang membuatnya lelah adalah dimana orang-orang mengabaikannya, bahkan sering kali Leo melihat brosurnya dirobek atau berada di tempat sampah, benar-benar menyebalkan.

Dengan pelan Leo mulai masuk ke dalam pusat perbelanjaan , awalnya ia tak mau, hanya saja ia belum mencoba masuk ke dalam. Lumayan jika mereka minat, apalagi cafe dan tempat belanja ini dekat.

Senyuman ramah Leo berikan saat membagikan beberapa brosur untuk para ibu-ibu yang memang melewati dirinya, sesekali Leo akan menjelaskan keunggulan cafe seperti biasa, jika calon customernya bertanya

"Silahkan brosurnya, Anda akan merasakan makanan luar biasa jik ... " Ucapan Leo menggantung, keningnya mengerut saat si penerima brosur tersenyum padanya.

"Kau perempuan yang biasa pergi bersama dengan Chris 'kan?" tanya Leo yang baru sadar jika perempuan yang ia beri brosur barusan merupakan perempuan yang biasa pergi bersama dengan Chris namun ia lupa nama perempuan itu siapa.

Wasy menganguk dengan senyuman kecil miliknya, ia sengaja mendatangi kekasih Tuan mudanya, tak sengaja ia melihat Leo setelah mengantar belanjaan Nive ke kasir.

"Kau datang bersama dengan Chris ke sini?" tanya Leo, ia mengedarkan pandangannya mencari sosok kekasihnya itu, biasanya jika da Chris pasti ada Wasy begitupun sebaliknya.

"Wasy!"

Atensi Leo dan Wasy langsung mengarah pada asal suara yang terdengar sangat keras tanpa merasa malu sedikitpun saat sekarang begitu banyak orang yang berada di sini, tapi ia seakan tak peduli.

Nive berlari ke arah mereka dengan menggandeng tangan Chri mesra membuat Leo langsung menatap mereka, tatapan itu terlihat sangat tak terima karena kekasihnya berjalan-jalan di sini bersama dengan orang lain tanpa mengabari dirinya, padahal semalam ia dan Chris begadang bersama di telepon.

"Leo!" pekik Nive, ia melepas gandengannya pada Chris lalu menghampiri Leo dengan wajah yang berseri-seri.

Berbanding terbalik dengan Leo, si manis menatap tanpa eskpresi. Entah kenapa ia masih merasa kesal pada Chris yang bersenang-senang dengan pria di hadapannya ini. Sedangkan Chris yang tahu jika saat ini mungkin Leo akan sakit hati, melihat ia dan Nive berjalan bersama apalagi tadi Nive menggandengnya hanya diam membisu, ia menunggu Leo bicara.

"Kau yang semalam membantuku 'kan? Kau benar Leo bukan?" Nive bertanya dengan semangat seakan tak takut jika ia salah orang.

"Ahh iya, kau yang semalam datang dengan membawa koper bukan?" ujar Leo pada akhirnya, ia memberikan senyuman palsu. Matanya menggulir beralih menatap Chris yang masih diam, seakan tak mau menjelaskan apa yang baru saja ia lihat.

"Senangnya akhirnya kita bertemu kembali," ucap Nive.

Leo hanya menanggapi dengan kekehan ringan, "Kau sedang apa di sini Chris?" tanya Leo pada Chris, ia memberikan tatapan menusuk seakan ingin mencabik-cabik kekasihnya saat ini juga.

"Apa?!" Nive menutup mulutnya tak percaya, Leo mengenal Chrisnya? "Kau mengenal Chris?" tanya Nive langsung, nada bicaranya terdengar sangat penasaran.

Leo menghembuskan napasnya, ia membuang pandangannya seakan menyuruh Chris untuk menjawab pertanyaan Nive.

"Dia kekasihku," celetuk Chris, sontak membuat Nive membulatkan matanya. Tahu Leo mengenal Chris saja ia terkejut apalagi saat mendengar ucapan Chris barusan.

"Kami sepasang kekasih, Leo kekasihku." Chris berucap kembali pernyataannya, seakan memberi penegasan pada Nive.

"Kau ... " Nive mengepalkan tangannya, ia ingat ucapan bibinya tentang kekasih Chris yang hanya ingin harta keluarga Chris. Itu berarti orang biadab itu adalah Leo?

Leo sama sekali tak gentar dengan tatapan dingin yang diberikan Nive padanya, ia bisa menebak jika pria ini menyukai kekasihnya.

"Chris putuskan dia, dia itu hanya memanfaatkanmu!" ucap Nive tiba-tiba dengan nada tinggi, ia menunjuk-nunjuk wajah Leo, membuat Leo mendengus atas perbuatannya. Leo juga ingat dengan perbincangan pada malam itu yang membahas submisif mata duitan, sekarang ia tahu siapa yang dimaksdu Nive, ternyata itu dirinya.

"Nive bersikaplah baik padanya, turunkan telunjukmu itu, sudah aku katakan dia kekasihku dan aku mencintainya," ucap Chris, ia menepis tangan Nive agar berhenti menunjuk Leo dengan tatapan merendahkan.

"Dia hanya ingin uangmu," ucap Nive, perkataannya penuh penekanan berusaha meyakinkan Chris.

"Aku tak peduli, jika benar dia ingin uangku akan aku berikan, dan yang terpenting dia mencintaiku dan aku mencintainya,"

Leo meremat celananya, saat mendengar ucapan Chris barusan membuat sisi hatinya tercubit, ia merasa tersindir dengan ucapannya, karena Leo sama sekali tak mencintai Chris.

Nive mendengus, ia menarik brosur ditangan Leo lalu menghamburkannya sampai berterbangan.

"Lihat ini, ia tengah membagikan brosur berarti benar yang dikatakan bibi jika dia hanya ingin harta. Lihatlah, siapa yang ingin terus berkeringat membagikan brosur, orang-orang kemari untuk belanja sedangkan dia?" Nive mengantung ucapannya, ia menatap penampilan Leo dari bawah sampai ke atas, "dia orang bodoh yang masuk ke mall besar hanya untuk membagikan brosur itu, apa dia tak tahu? jika dalam mall juga ada tempat makan," cibir Nive.

Leo semakin meremat celananya, baru kali ini ada yang merendahkannya sampai terperosok ke ujung jurang, ia melangkah maju mendekati Nive membuat pandangannya beradu dengan tatapan tajam Nive.

"Katakan sekali lagi," ucap Leo rendah.

"Kau hanya pegawai biasanya, yang ingin menguras harta Chris. Kau submisif miskin tak tahu diri, benar-benar jal .. "

Plak

Ucapan Nive berhenti saat Leo berhasil menampar pipi mulus itu, membuat Nive terdiam seketika. Tatapan Leo penuh dengan kilatan amarah, ia terima jika Nive mengatakan ia menguras harta Chris namun tidak dengan ucapan jalang, karena ia tak mengangkang pada Chris.

"Brengsek!" Nive hampir menampar Leo, namun tak berhasil karena Chris lebih dulu menarik Leo ke dalam pelukannya.

Terlihat jelas Nive tak terima dengan tindakan Chris, ia ingin memukul Chris juga namun urung saat Wasy menariknya lalu membisikkan sesuatu.

Nive hanya bisa mendengus setelahnya, ia kesal bahkan sangat kesal. Kemarin sosok Leo dimatanya adalah orang baik dan menyenangkan, namun berubah mulai saat ini ia dengan terang-terangan memberikan tatapan dan ucapan seperti mengibarkan bendera perang.

Nive akan membuat rencana Leo yang ingin menguasai harta Chris hanyalah sebuah fatamorgana, sebuah fatamorgana yang akan membuat Leo sendiri tak akan berani lagi untuk mengkhayalkannya lagi.

Chris melepas pelukannya, "pulanglah bersama Wasy, aku akan menemani Leo dulu," ucap Chris pada Nive.

"Terserahmu saja. Tapi ingat ini Leo, mulai saat ini kita hanya orang asing dan aku yang akan jadi badai dalam hubungan kalian," ucap Nive.

"Berisik sekali, aku tak peduli lagipula sejak kapan kita akrab? Kita memang orang asing, kau saja yang terlalu percaya diri," ucap Leo sengit, ia tak ingin kalah debat dengan Nive.

Nive tak menanggapi ucapan Leo, ia memilih pergi bersama Wasy meninggalkan pasangan yang membuatnya muak itu.

____ TBC

DAY 15, gimana mau ikut pasukan perang Leo atau Nive?

Regret ( LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang