part 37 (day 37)

1.2K 109 15
                                    

Tak ada alasan untuk menolak, karena Wasy ternyata sudah meminta izin pada Dewa, sehingga sekarang ia tengah berada di dalam mobil, duduk dibelakang, ia hanya diam.

Hanya terjadi keheningan saja didalam mobil karena baik Leo, Wasy maupun Luna, tak ada yang mau membuka suara, untuk apa bamyak bicara yang tak penting? Itu hanya menyia-nyiakan waktu.

Sudah beberapa hari ini Leo tak mendapatkan kabar apapun dari Hendry, sedangkan Chris sendiri ia hanya tahu keadaan pria itu saat dia datang ke rumahnya saja waktu itu, setelah itu ia tak mendapatkan kabar apapun lagi.

Jika biasanya Chris akan selalu menghubunginya entah dengan pesan biasa, panggilan telepon, melakukan panggilan video atau bahkan mengirim voice note saja, namun selama seminggu lebih ini ia tak mendapatkan itu semua, ternyata alasan dibalik itu semua karena Chris sakit, dan sakit parah. Leo pikir saat mimisan dirumah, Chris hanya panas dalam sana.

Luna mengatakan keadaan Chris tengah sekarat sekarang, bukan dirinya yang menjadi penyebab itu semua 'kan? Ia tak ingin menjadi pembunuh karena niatnya hanya untuk membalas semua yang Chris lakukan saja tak lebih.

"Kita sudah sampai, apa kau tak ingin keluar?" ujar Wasy, ia keluar dari dalam mobil membuat Leo yang sejak tadi larut dalam lamunannya sendiri langsung saja keluar, ia mengikuti Wasy dari belakang, mereka berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

Leo terus mengikuti mereka hingga sampai pada satu ruang rawat inap.

"Kau masuk kedalam karena sejak tadi Chris memanggil namamu terus. Setelah kalian bertemu, kau bisa pulang," ujar Luna, ia membuka pintu. Mempersilahkan Leo masuk.

Saat masuk Leo mendapati keadaan Chris yang tengah terbaring lemah, wajah putih itu terlihat pucat sekarang bahkan lebih pucat dari biasanya, ia yakin sakit yang Chris derita tak main-main namun kenapa pria itu harus menjadikan dirinya alasan untuk tetap bertahan?

"L-leo ..."

Leo langsung menatap Chris saat mendengar gumaman itu, kedua mata Chris masih tertutup namun suaranya terus terdengar dengan memanggil namanya sejak tadi, mungkin ini alasan mamanya Chris sampai mendatangi dirinya ia jadi mengerti sekarang.

"Chris ... aku disini bersamamu." Leo menghampiri sang kekasih, ia  menggenggam tangan dingin serta kurus milik Chris, semua kepura-puraan akan kembali terjadi sekarang.

"Leo ..."

Suara itu masih tetap mamanggil Leo dengan suara lembut, suara yang mampu membuat Leo terdiam sesaat saat mendengarnya karena suara itu sangat lembut. Suara itu bahkan lebih lembut dari Hendry saat memanggilnya karena saat bersama Hendry ia merasakan aura mengintimidasi namun saat bersama Chris semua itu tak ada.

"Chris aku disini, bukalah matamu agar kau bisa melihatku sekarang," ujar Leo  tatapannya terkunci pada wajah pucat milik Chris, cukup lama sampai Leo tersenyum tipis, saat melihat Chris mulai membuka matanya.

Tatapan sayu itu mengarah pada Leo cukup lama sampai senyuman kecil terbit dibibir Chris, ia terus saja bermimpi Leo meningalkan dirinya maka dari itu ia selalu memanggil Leo, namun tak ada jawaban apapun sampai ia terus melakukan semua itu namun siapa sangka seseorang yang sejak tadi meninggalkan dirinya ternyata ada disini, semua itu hanyalah mimpi semata karena Leo miliknya tak akan pernah meninggalkan dirinya sampai kapanpun itu.

"Le kau tak akan meninggalkan ku 'kan?" ucap Chris lirih, ia menatap sang kekasih dengan sayu, membuat Leo membuang pandangannya, ia tak mungkin mengatakan semuanya jika nanti ia akan meninggalkan Chris, kondisinya akan kembali drop bahkan bisa saja mati, ia tak ingin menjadi penyebab kematian Chris.

"Cepatlah sembuh, agar kau selalu bersamaku," ucap Leo.

Chris tersenyum sendu, apa bisa? Apa ia akan sembuh? Rasanya seluruh persendiaannya sakit saat penyakitnya menyerang.

"Aku ingin sembuh." Chris merasakan genggaman Leo semakin mengerat.

"Maka sembuhlah," ucap Leo, ia mengecup kening Chris sekilas.

Apa ia jahat? Apa ia akan mempermainkan perasaan dan kehidupan seseorang? Leo semakin meremat tangan Chris, ia benar-benar bajingan.

Chria maupun Leo, mengalihkan atensinya ke ambang pintu, saat mencium aroma wangi.

Luna datang bersama Wasy, dengan mur ditangan Wasy.

"Aku membawa ini, untuk mengusir aura negatif," celetuk Luna.

Wasy menyimpan mur dibawah ranjang Chris, aromanya menguar. Ini wangi, namun terasa aneh saat Luna membawanya.

Luna menghampiri Chris, ia membelai wajah sang anak dengan lembut.

"Kekasih kesayanganmu ini, sudah datang. Bukankah putra bungsuku ini harus berterima kasih?" ucap Luna.

"Terima kasih ma, kau yang terbaik," ucap Chris, membuat Luna tersenyum simpul.

Wanita paruh baya itu menggulir matanya, menatap Leo yang diam saat ia masuk.

"Apa terasa wangi menantu?" ucap Luna, penuh penekanan. Membuat Leo mendongak, balik menatapnya.

"Iya Nyonya, ini terasa wangi," sahut Leo, ia melirik mur dibawah ranjang sekilas.

"Bagus kalau kau suka, agar aura negatif segera enyah," cetus Luna, padahal benda yang ia bawa tadi tak ada efek apapun, apalagi dalam hal magic, ia menyuruh Wasy membawanya agar Chris tak mual dengan bau obat-obatan.

"Ma ... " Chris memegang lengan Luna, sarat akan tak suka dengan ucapan Luna.

Luna hanya diam, namun ia masih memberi tatapan tajam pada Leo. Ia sangat benci pria manis dihadapanya, entah untuk ke berapa kali, Luna mengatakan benci pada Leo.

"Sayang, kau bangun langsung ingin bertemu dengannya? Kau tak merindukanku?" ucap Luna.

"Ma, apa perlu itu dipertanyakan? Tentu saja aku merindukanmu, kakak dan juga papa, namun entah kenapa aku merasa sesuatu akan pergi dari hidupku, aku percaya jika keluarga ku tak akan melakukannya, namun aku takut Leo bosan, dan merasa dicampakkan," tutur Chris, membuat Luna memutar bola matanya malas.

Bertambah sudah rasa kebenciannya pada Leo, bocah miskin tak tahu diri macam Leo, tak pantas dimenerima cinta setulus itu.

"Menantu kau sangat beruntung, putra bungsuku sangat mencintaimu." Luna terkekeh geli setelahnya, ia terus-menerus menyindir secara halus.

"Iya, aku juga merasa begitu," ucap Leo.

"Pemain teater terbaik." Luna membatin, ia muak dengan mulut penuh kebohongan itu.

Rasanya Luna ingin menghancurkan Leo sampai ke akar, namun apa boleh buat? Leo mati, sibungsu juga akan ikut mati.

Putranya definisi pria setia, yang terlalu bodoh dalam memahami pasangan bajingannya.

"Wasy ajak dia beli makan, jangan sampai menantuku sakit," cetus Luna, membuat Wasy beranjak dari duduknya.

"Chris aku pergi dulu bersama Wasy, aku akan segera kembali." Leo melangkah pergi, setelah pamit pada Chris.

"Ma, kau sudah berbaikan dengan Leo?" tanya Chris.

Luna tersenyum manis, lalu mengangguk.

"Tentu saja, mertua dan menantu harus memiliki hubungan baik, bukan begitu anakku?"

Mendengar ucapan Luna barusan, berhasil membuat mata Chris menyipit karena senyuman. Chris berharap, Luna dan Leo benar-benar sudah baikan.

___TBC

day 37, huftt udah day 37 aja gyuss

Regret ( LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang