07. Something Right

51 8 3
                                    

Aku merapihkan bukuku dan memasukkannya ke dalam tas, dengan malas. Kelas sudah selesai, dan dosenku sudah keluar dari ruangan. Aku pun membereskan tasku, sudah siap hendak pulang. Sepanjang hari ini, aku akan berada di jalan, dan akhir pekanku akan aku habiskan bersama Ayahku, pergi-pulang, Bogor-Klaten.

Sejujurnya, aku masih terus memikirkan kartu-kartu pos dari Rasi dan semua yang telah ia ungkapkan kepadaku sejak semalam, dan itu membuatku bimbang dan uring-uringan. Beruntung, aku dan Ayahku sudah mengatur jadwal kami untuk berakhir pekan di luar kota. Jadi, setidaknya aku bisa mengambil waktu tenang untuk sejenak melupakan apa yang terjadi di sini, akhir-akhir ini. Lagi-lagi, Ayahku yang menyelamatkanku. Maka dari itu, aku ingin memaksimalkan short escape-ku bersama Ayahku, dengan berusaha fokus kepada project, sambil menikmati waktu kami.

"Kai, lo udah lihat base kampus?" tanya Sasha, tiba-tiba, kepadaku. "Ada yang foto lo bareng Sora dan Bokap lo, lagi ngobrol sama Kak Harel di parkiran, dan seantero Universitas Atlant lagi ngomongin lo berdua sekarang..!" informasinya.

"Ya, udahlah, Sha, biarin aja," sahutku, tidak mau terlalu ambil pusing. "Gue mau save energy, jadi terserah aja, mereka mau share apa pun tentang gue sama Kak Harel di base, gue udah nggak pengin ngeladenin lagi," jelasku. "Yang penting, gue kasih tau sama lo, kalau kemarin siang itu, waktu Bokap gue jemput gue, dia nggak sengaja ketemu sama Kak Harel yang baru datang. Terus, disamperin lagi sama Sora."

Sasha manggut-manggut. "Okelah, kalau gitu, Kai... Bodo amat ajalah, ya.."

Aku mengangguk, cepat. "Ya, udah, kalau gitu, balik, yuk," ajakku, kepada Sasha. "Gue mesti cepat-cepat, walaupun sebenarnya packing-nya gampang, sih."

Aku dan Sasha bangkit berdiri dari kursi, lalu berjalan keluar kelas.

"Have fun, ya, road trip-nya bareng Om Saga!" seru Sasha, kepadaku.

Kemudian, kami berdua berpisah; aku menuju tempat parkir, Sasha ke kantin.

Aku sedang berjalan di koridor, ketika bola mataku menangkap sosok Sora di ujung sana, yang juga sedang berjalan ke arahku. Langkah kakinya tampak cepat.

"KAK!" Belum benar-benar sampai di hadapanku, ia sudah memanggilku.

"Baru sampai? Rinai mana?" tanyaku, mencari keberadaan Rinai di sekitarnya.

"Iya, gue baru sampai bareng Rinai sama Liel, tadi jemput mereka," sahutnya. "Mereka udah duluan ke kelas, gue nyusul karena ngelihat lo," lanjutnya. "Kak, lo mau pergi bareng Papa?" ia bertanya, dengan wajah frustrasi. "Kok gue nggak diajak?"

Aku menghela napas. "Iya, ada urusan soal Langit Futsal yang di Klaten, Papa butuh bantuan gue soal bangunannya, dan Opa bilang, gue harus cek dulu ke sana," jawabku, memperhatikan raut cemberut Sora. "Nggak usah manyun-manyun gitu. Lo, 'kan, juga udah sering ikut Papa pergi sparing futsal ke mana-mana!" sindirku. "Ya, udah, gue harus cepat pulang, ditunggu Papa, dan lo awas telat! Masuk kelas sana!"

"Ya, udah, iya, hati-hati!" ujarnya, tidak ikhlas. "Beliin gue apa kek gitu, ya!"

Aku mengangkat kedua jempolku. "Siap, bos! Jagain Mama di rumah, ya!"

Aku dan Sora pun akhirnya berpisah. Ia segera berlalu menuju ruang kelasnya, sementara aku semakin mempercepat langkah menuju mobilku di tempat parkir.

***

Setelah menyelesaikan makan siang bersama Ibuku, aku dan Ayahku segera bertolak menuju Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan dari Bogor menggunakan mobil akan menghabiskan waktu sekitar 8-9 jam. Kami mengisi waktu dengan mengobrol.

ALL ABOUT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang