Extra Story 4: Pertemuan Paling Pertama

12 4 0
                                    

EXTRA STORY 4 – Pertemuan Paling Pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

EXTRA STORY 4 – Pertemuan Paling Pertama

Waktu menunjukkan pukul 12.52. Harel turun dari mobilnya, lalu menutup pintu, dan menguncinya. Baru beberapa langkah ia berjalan dari tempat parkir, hendak menuju ke gedung kampusnya, ia tidak sengaja berpapasan dengan seorang laki-laki yang ia ketahui merupakan Ayah dari Kaira Whirada, yaitu Sagara Whirada.

Saga juga tampak tidak asing dengan wajah Harel, dan langsung dapat mengenalinya, seketika. "Maaf, tapi... Anaknya Haniel Rraine, bukan..?" tanyanya.

Harel sangat terkejut, karena ternyata Saga mengetahui siapa dirinya. "Iya, benar, Om..," sahutnya, masih tampak terkesima dan tidak percaya. "Om, Papanya Kaira dan Sora, bukan..?" tanyanya, juga, dengan sopan. "Om Sagara Whirada, 'kan..?"

Saga lebih terkejut, bukan main, karena ternyata Harel juga mengenalnya. "Kok kamu bisa tau?!" serunya. "Kamu kenal sama anak-anak Om, Kaira dan Sora?"

Harel mengangguk, sambil tersenyum sumringah. "Perkenalkan, Om, saya Harel... Hareliano Rraine," ia mengulurkan tangannya. "Saya berteman sama Kaira dan Sora, mereka adik tingkat saya. Saya sama Kaira satu jurusan dan satu organisasi Himpunan Mahasiswa, terus saya sama Sora bareng di klub futsal kampus," jelasnya.

Saga manggut-manggut, dengan senyum yang tak kalah lebar dari Harel, sambil menyambut tangan Harel, menyalaminya. "Saya Saga, Papanya Kaira-Sora, dan juga penggemar beratnya Timnas Prancis, especially Papi kamu, Haniel Rraine!"

Masih tersenyum, Harel mengangguk, sopan. "Ah, terima kasih banyak, Om," sahutnya, merendah. "Om ke sini mau ketemu Kaira sama Sora?" tanyanya, perhatian.

Saga mengangguk. "Iya, Om mau jemput Kaira," sahutnya, ketika kedua bola matanya tiba-tiba menangkap sosok Sora yang juga sedang melihat ke arahnya.

Harel mengikuti arah pandang Saga, dan mendapati Sora yang sedang berlari menuju tempatnya dan Saga. "Sora!" panggil Harel, mengajak Sora datang. "Sini!"

"Papa ngapain di sini?" tanya Sora, kepada Saga. Raut wajahnya terkejut.

"Mau jemput Kakak," sahut Saga. "Adik, kelasnya udah selesai?"

Bibir Sora membulat. "Oh.. Aku masih ada lanjut kelas lagi satu, jam setengah 2, Pa..," sahutnya. "Eh, Papa udah kenalan sama Kak Harel?" ia beralih menatap Harel.

"Iya, udah, Dik," jawab Saga, antusias. "Akhirnya, kita bisa ketemu lagi.."

Harel dan Sora serempak mengerutkan kening. "'Lagi'..?" ulang mereka.

"Emang, Papa udah pernah ketemu Kak Harel, sebelumnya?" Sora bingung.

Saga mengangguk kuat. "Lho, kita, 'kan, udah pernah ketemu dulu!" sahutnya. "Papa, Mama, Kaira, Sora; kita udah pernah ketemu Keluarga Rraine di Piala Dunia 2038," jelasnya. "Adik udah lupa, ya, kayaknya, soalnya Adik masih kecil waktu itu.."

Harel membuka mulutnya lebar. "Hah... Serius, Om..?! Om nonton di stadion?!"

Saga tertawa, senang. "Iya, kita beramai, sama teman-teman Om, berapa keluarga itu, nonton langsung," jawabnya. "Waktu itu, 'kan, Papi kamu, kaptennya. Dan, keluarga Om sangat beruntung, karena kami duduk di tribun paling bawah, yang paling dekat ke lapangan, jadi... Kalau kamu ingat, kami berempat keluarga yang dapat kesempatan fotoan bareng Papi kamu... Dan, kamu yang masih kecil, bersikeras pengin jepretin fotonya, jadi kamu yang fotoin kami berempat sama Papi kamu," ceritanya, kemudian mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya.

"Ah, foto yang sama Haniel Rraine itu!" seru Sora, teringat akan foto tersebut.

Saga memperlihatkan sebuah foto yang terpampang di layar handphone-nya; ada 3 orang dewasa dan 2 anak kecil, dengan latar belakang suasana tribun yang ramai. "Nih, ada Papi kamu, ada Om, terus ada Mamanya Kaira-Sora, dan ini ada Kaira sama Sora yang masih kecil," ia menunjuk masing-masing orang di dalam foto.

"Ah, ya, ampun, ini aku masih 5 tahun, Pa, kalau tahun 2038!" seru Sora, lagi. "Udah nggak ingat lagi, kalau foto ini dijepret sama anaknya Haniel Rraine.."

"Iya, tahun 2038, berarti Kak Kaira juga masih 7 tahun," sahut Saga.

Harel terpaku dan terpukau memandangi foto itu.

"Kak Harel masih ingat, nggak, kalau pernah jepret foto ini?" tanya Sora.

Harel tersenyum simpul, kemudian mengangguk. "Masih," sahutnya. "Gue jadi bisa ingat lagi dengan jelas, momen itu, tapi gue nggak nyangka, kalau ternyata, keluarga yang pernah gue fotoin sama Papi gue itu, adalah Keluarga Whirada.."

***

"Ngeri banget gue, ngelihat lo senyum-senyum kayak gitu!" tegur Hugo.

Suasana kantin sudah mulai sepi, dan Harel beranjak berdiri dari kursinya.

"Udah makin sore, balik, yuk, Go!" ajak Harel, kepada Hugo, sahabatnya.

"Iye, lo duluan," sahut Hugo. "Jangan senyam-senyum terus, nanti dikira orgil."

Harel berjalan menuju tempat parkir, lalu masuk ke dalam mobilnya, masih dengan suasana hati yang berbunga-bunga. Ia mengingat kembali, percakapan tadi siang, mengenai saputangan Kaira... Yang sebenarnya, dulu, adalah saputangannya.

"Di pojoknya, ada jahitan 'hlr' jadi Kak Kaira bacanya 'healer'," ujar Sora.

"'Healer'..?" tanya Harel. "Maksudnya, healer: penyembuh?"

Kaira mengangguk, agak ragu. "Ya, gue bacanya 'healer' aja, biar gampang."

"Terus, itu saputangan keberuntungan lo?" tanya Harel, menginterogasi.

Kaira mengangguk. "Anehnya, tiap gue lihat saputangan ini, gue jadi keingat sama orang yang ngasih saputangan ini ke gue, dan ajaibnya, suasana hati gue bisa berubah sedikit lebih baik. Akhirnya, gue selalu bawa ini ke mana pun gue pergi. Lama-kelamaan, gue jadi gelisah sendiri, kalau gue lupa dan nggak bawa saputangan ini, dan mungkin, jadi kayak sugesti gitu, kali, ya, di pikiran gue: 'kalau di tas gue nggak ada saputangan ini, gue bakal kena sial'. Kayak gitu, Kak," ceritanya, lengkap.

"Emangnya, lo dapat saputangan itu dari siapa?" tanya Harel, lagi.

"Gue nggak tau namanya, dan gue juga udah lupa mukanya, Kak," jawab Kaira, membuat Harel sedikit kecewa. "Tapi, gue benar-benar penasaran, dan pengin tau banget, dia siapa... Dan, gue berharap, gue bisa ketemu sama dia lagi... Si Healer."

Harel mengendarai mobilnya, santai, melintasi jalan raya Kota Bogor, ditemani langit jingga dan matahari yang sudah siap hendak kembali ke tempat peraduannya.

"Lucunya juga, ada bendera Prancis di samping namanya," ujar Saga, terkekeh.

Harel tertawa, sendiri. "Ah, Kaira, Kaira...," monolognya. "Ternyata, lo masih simpan saputangan gue..?" ujarnya, tersipu malu. "Tapi, bisa-bisanya, ya, lo udah lupa sama muka gue..?" sungutnya. "Dan, ah... Harel, Harel...," ia memukul pelan setir mobilnya. "Bisa-bisanya, lo nggak tau..?" Ia tersenyum simpul. Ternyata, pertemuan paling pertama itu, bukan pas gue umur 16 tahun... Tapi, pas gue umur 8 tahun..

***

ALL ABOUT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang