10. Dalam

188 38 6
                                    

GALIH POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GALIH POV

"Galih?" Responnya yang masih pakai piyama warna pink. Rambutnya terurai, dengan bando warna senada dengan piyamanya.

Aku ada di depan kamarnya sekarang.

Seperti biasa, rumahnya sepi.
Tapi aku disini udah dengan izin orangtuanya dan kakaknya pun udah ketemu sama aku barusan di parkiran.

"Masakin dong, laper nih." Ucapku lalu narik dia keluar kamarnya.

Gangguin Galis emang udah jadi kebiasaanku dari dulu.

"Padahal punya uang banyak untuk beli makan diluar." Omelnya tapi dia tetep lanjut jalan ke dapur.

FYI.
Galis ini jago masak, dia bisa masak apapun dan rasanya pasti enak. Selain emang udah bakat, mungkin juga karna dia banyak waktu untuk latihan masak tiap hari.

"Lis, Gani tau aku deket sama kamu."

Galis langsung noleh cepet ke aku. "Sebagai sepupu?!"

"Emang selama ini kita deket sebagai apa sih Lis? Gebetan? Saudara tapi mesra? Atau apa?" Aku godain sepupuku ini dan dia langsung lempar tomat ke arahku. Ekspresi kesalnya nggak pernah gagal bikin aku gregetan gemes. Cuma Galis, cewek yang nggak lagi senyum pun tetep aja cantik di mataku. 🥰

"Terserah deh, asal jangan sampai dia tau kalau aku ini anak kepala BIN. Bisa mampus aku kalau sampai Gani kepo dan info soal aku bisa ada di internet. Mama bakalan ngamuk."

"Aman, Gani itu nggak jago stalking. Lagian aku ngomongnya juga hati-hati nggak sampai ke arah sana."

"Kok kamu keliatan Happy gitu sih?"

Aku senyum. Emang happy banget.
Bayangin Gani bisa lepasin aku suatu hari nanti itu bahagianya udah dari sekarang.
Sorry Gani, tapi perasaan emang nggak bisa dipaksa kan?

"Galih, coba kamu ngomong yang jelas deh soal kamu ke aku itu kaya' gimana?" Lanjut Galis, masih dengan sibuk prepare masak.

Selama ini aku emang nggak pernah confess apa-apa ke Galis, walaupun perasaan ini udah sedalam lautan, aku nggak pernah bener-bener bilang secara langsung kalau aku sayang sama dia, bukan sayang seperti sayang dalam keluarga. Ini lebih ke perasaan laki-laki ke perempuan. Udah pernah aku coba kubur, tapi seperti yang aku bilang, -INI UDAH SEDALAM LAUTAN-.

"Perasaan aku ke kamu?" Tanyaku mengulur waktu.

Dia mengangguk.

"Emang boleh sepupu punya perasaan spesial?"

"Ya setidaknya kan biar aku tau."

"Emang kalau udah tau mau melanggar aturan bareng huh?"

"Galih, aku bilang yang jelas kalau ngomong."

Aku mendekat ke Galis.
Daritadi tuh kita ngobrol jauh-jauhan meskipun masih bisa saling pandang, aku di meja makan, dia di dapurnya lagi prepare masak.

"Perasaan yang kalau kamu pergi, aku pasti ikutan pergi."

"Galih, aku bilang yang jelas."

"Kalau kamu disakitin orang lain, aku bakal bunuh dia didepan kamu langsung."

"Yang jelas Galih."

Padahal udah jelas, tapi dia mungkin butuh denger sesuatu seperti -Aku cinta kamu- atau -Ayo kita jalin hubungan lebih spesial dari ini-.
Cewek emang nggak pernah suka sesuatu yang abu-abu, tapi aku belum siap untuk itu.

Masih ada banyak hal yang harus aku lakuin di pekerjaanku.
Aku juga harus bener-bener selesai dulu sama Gani.

Notifikasi chat masuk.

From. Group chat : Divisi 3.

'Ke markas sekarang. Urgent.'

See, yang gini-gini nih yang bikin aku belum siap untuk ungkapin yang sungguh-sungguh ke Galis.
Takut suatu hari aku sibuk banget sama kerjaan sampai nggak ada waktu untuk Galis.

"Aku ke markas lagi dulu ya."

Galis menghela nafasnya.

"Istirahat aja nggak usah masak. Nanti kalau laper aku kirim delivery deh." Ucapku sambil acak rambutnya.

Galis nggak jawab, diem aja sampai aku bener-bener udah mau keluar dari pintu rumahnya.

Aku balik lagi, "Besok kita ketemu lagi ya. Aku jemput. Aku bakal ngomong yang jelas ke kamu besok okay?"

.

Waktu lagi on the way, ada chat masuk lagi di hapeku. Nggak pernah aku silent karna tuntutan pekerjaan yang suka dateng tiba-tiba dan buru-buru.

From. Gani

'Galih aku sakit, bisa ke rumah?'

'Ada urgent di markas,
istirahat aja dulu.
Kalau parah, coba hubungin
dokter pribadi kamu.'
Nggak usah nungguin aku dateng.'

'Tapi aku butuh kamu Lih.'

'Nggak usah manja.
Besok aku juga nggak bisa, udah ada janji.
Maybe lusa aku baru bisa kesana.
Get well soon.'

'Kenapa aku nggak pernah
jadi prioritas kamu sih Galih?'

.

Males jawab lagi.
Usiaku bukan lagi usia dimana aku harus punya obrolan seperti itu lagi.
Kalau emang dia nggak bisa memaklumi, kenapa nggak menyerah aja sama hubungan ini??

.
.
.

📍Markas BIN

"Kamu ke luar kota malam ini. Ini surat perintah kerja nya."

Shit.
Ada aja kerjaan dadakan.
Padahal besok aku udah punya planning sama Galis.
Tapi aku nggak bisa nolak, kerja jadi Intel gini kan udah jalan yang aku pilih setelah berpikir matang-matang sebelumnya.
Dan dengan segala resikonya, aku harus siap.

'Galis, besok batal dulu ya..
Maaf banget soalnya aku ada tugaske Luar Kota.
Aku ganti lain waktu okay?'

'Iya Galih santai aja ih.
Semangat kerjanya ya.
Inget hati-hati ya Lih.
Kerjaan kamu bahaya soalnya.'

'No worries.
See you lusa ya..'

.

Harusnya besok aku nyatain perasaan aku ke Galis dengan jelas seperti yang dia mau.
Tapi emang sepertinya takdir belum kasih restu nya.
Ck. Okay.. nggak apa-apa, ngapain juga buru-buru? Aku sama Galis kan masih punya banyak waktu.

LOSING GAME [ JAEHYUN - JISOO - MINGYU - ROSE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang