-T I G A-

67 8 13
                                    

Belum ku edit typo dllnya. Jadi mohon kalian yang harus mengerti aku wkwkkw 😆😆🤭

Dengan senang Ditto tidak mau berhenti untuk bersenandung, pemuda ini bahkan sampai menjadikan kedua sumpitnya untuk dipukulkan pada cangkir-cangkir mereka sehingga menimbulkan banyak bunyi-bunyi tidak jelas. Ditto yang terus melebarkan senyumannya kini melirik Braga yang sedari tadi hanya diam memandang pesanan mereka berempat, "Ga, makasih ya... sering-sering berbuat baik!"

"Gue jadi keinget pas SD ditraktir mulu sama temen yang ultah!" celetuk Ditto lagi. Ia melirik Alvaro beserta Dion dan Braga bergantian.

"Njirr... sering?" ini suara Alvaro yang menyahuti. Ia duduk disamping Ditto dan Braga beserta Dion berada duduk di seberang mereka.

"Tiap bulan! Nihh misal..."

Ditto dengan susah payah menelan makanan yang baru saja dirinya kunyah. Ia mengulurkan tangannya untuk merangkul Alvaro lalu menepuk-nepuk dada temannya sebelum memulai bercerita.

"Bulan satu lo..." ucap Ditto menunjuk dada Alvaro. Ia beralih melirik Dion dan menunjuknya juga, "terus lo... nanti Braga bulan berikutnya..."

"Lo juga traktirin temen sekelas? bukannya lo pelit?" sindir Dion yang mampu membuat Ditto berdelik tak suka.

"Kan ortu gue baik, lagian masih kecil juga. Gue mana tahu duit! palingan buat jajan coki-coki sama permen jagoan neon sih gue tau!"

Dengan semangat juga Ditto memukuli meja beberapa kali untuk membuat atensi ketiga temannya tertuju padanya, mumpung dirinya ingat dengan masa kanak-kanaknya yang menyenangkan. "Ohh! Taruhan ayam juga, yang warna-warni kalo bulan puasa!" imbuhnya membuat Alvaro melotot.

"Lo puasa tapi ngadu ayam. Mana ayamnya masih bayi! Wah bagus deh!" sahut si paling tinggi diantara mereka. Ia membalas rangkulan Ditto lalu memujinya.

"Kenapa?"

Ditto mengerutkan kening dan melirik ketiganya bergantiian. Dirinya masih belum mengerti dengan maksud Alvaro.

"Seimbang antara pahala dan dosa!" kali ini Dion yang menyauti.

Mendengar kegaduhan dari ketiganya, Braga hanya terdiam memperhatikan. Ia mengerutkan kening ketika teringat dengan sesuatu yang bahkan tidak bisa dirinya dapatkan saat itu. Ia baru merasa kecewa setelah mendengar ucapan Ditto, Braga memang tidak pernah memiliki pengalaman menyenangkan seperti yang Ditto ceritakan.






Riuhnya tepukan tangan serta seruan dari ketiganya membuat Braga kecil tersenyum dengan sangat indah. Ia melangkahkan kakinya dan menerima sambutan dari Bi Asri dan kedua penjaga di rumahnya, Pak Kirman dan Pak Taryo.

"Den Braga... pake topinya, ya" ucap seorang lelaki yang masih memakai seragam berwarna abu-abu gelap. Ia sengaja membantu Braga memakaikan topi kerucut dengan balon diatas puncaknya.

"Mama gabung, kan, Bi?" Ucapan Braga sejenak membuat Bi Asri melunturkan senyum, namun dengan cepat Bi Asri lantas mengangguk setelah saling bersitatap dengan Pak Kirman dan Pak Taryo.

"Iyaa... sudah Bi Asri telpon juga, kok!"

Satu wanita berumur 30 tahunan kini memasuki ruangan di mana sebuah pesta kecil-kecilan diadakan. Bi Efa, sosok yang baru saja datang seraya membawa kue ultah berbentuk karakter mobil lucu untuk Braga.

"Happy birthday Den Braga.... " ucap Bi Efa yang lantas memberi kode pada semuanya agar menyanyikan lagu untuk Braga kecil. Tepukan tangan keempatnya senada dengan suara nyanyian yang mengalun. Senyuman mereka terus terukir sambil memegang masing-masing 1 balon dengan warna yang berbeda.

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang