Seperti Jiwa Yang Tertukar

11 1 0
                                    

Setelah melalui banyak aktivitas dan pekerjaan hari ini, Serin menyempatkan pulang kerumahnya untuk mengambil beberapa baju dan barang-barang yang penting.

"Loh Rin, Nggak dijemput Bara?" Tanya Ani

"Enggak ma, aku yang minta jangan di jemput,"

"Kenapa?" Tanya Ani penasaran

"Belum terbiasa, yang dulu aku pergi dan pulang sendiri kadang juga di antar sopir. Entah kenapa kali ini berbeda," ucapnya.

"Serin... Serin, kamu tuh ya. Yang namanya sudah menikah suasana juga sudah berubah, yang dulunya kamu mama urus sekarang kamu ngurus anak orang," Ucap Ani sembari tertawa, lucu sekali melihat anaknya.

"Toh dulu papa sama mama juga begitu, awal-awalnya malu. Mau melakukan apa-apa aja serasa canggung, takut ketahuan kelakuan aslinya," Ani menceritakan dengan semangat, Serin sebenarnya sudah bosan mendengar cerita kisah cinta orangtuanya. Tapi bisa saja ceritanya menjadi contoh kan.

"Rin Bara gimana sama kamu?"

"Sejauh ini baik. Tapi kesel sih," jawab Serin

"Kenapa? Ada yang aneh dengannya?"

Serin menggeleng, tidak ada yang aneh dengan Bara. Yang membuat kesal adalah "Dia selalu membangunkan di jam pagi-pagi sekali,"

"Disuruh ibadah," ucap Serin menyambung.

Ani tersenyum akhirnya anaknya berubah, secara perlahan-lahan. Memang Bara yang cocok dengan anaknya.

"Yauda Ma, aku mau pulang dulu udah kesorean, takutnya Bara sudah dirumah."

"Pulang naik apa?"

"Bawa ferrari dari sini dong Ma," tentu saja Ferrari miliknya tidak boleh berada disini, karena Serin sangat-sangat mencintai mobilnya. Mobil tersebut harus berada dekat dengannya.

-----

Sesampai dirumah, Bara belum berada disini. Dari pada bosan tidak melakukan apa-apa ia memanjakan dirinya di bathtub sembari menonton netflix di Ipad miliknya.

'Makan malam nanti mau makan apa?'

pesan yang kedua kali Serin kirim ke Bara, kalau dulu ia sangat gengsi untuk mengirim pesan untuknya bahkan ia tidak peduli dengan Bara. Tapi sekarang? Ia sudah menjadi istri orang setidaknya ia harus perhatian.

Bara

'Nggak tau, mau makan diluar? Kamu mau makan apa?'

Serin
'Steak?'

Bara
'Kamu siap-siap aja, 15 menit lagi aku sampai'

Serin keluar dari bathtub tersebut setelah membaca pesan dari Bara. Ia merias dirinya dengan sangat elegen, tidak ada yang special dari makan diluar.

Selesai berbenah diri, Serin menunggunya di depan teras. Tidak lama kemudian yang ditunggu datang.

"Kenapa Nggak makan di rumah aja? Malas masak ya," ucap Serin.

Bara bahkan tidak keberatan kalau pekerjaan memasak dikerjan olehnya, tapi sesekali makan diluar bersama tidak apa-apakan? Menghabiskan waktu bersama. Karena tugas Bara sekarang harus membuat Serin jatuh cinta kepadanya.

Bara menggeleng "Mau kencan sama kamu,"

"Ya terserah. lebih baik begitu,"

Masya Allah, Istriku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang