PROLOG:

50 11 13
                                    

🚫 BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA 🚫


❌ JANGAN JADI PEMBACA GELAP YAH GUYSS❌

NO PLAGIAT ❌

NO PLAGIAT ❌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



******

Bertumbuh dewasa di temani luka dan trauma yang tak kunjung membaik. Di benci oleh keluarga sendiri bahkan di beri label sebagai anak pembawa sial di dalam keluarga.

Luka hebat itu berawal dari dalam hingga luar sebahagia unsur pendukungnya. Cape, lelah, bahkan tidak sesekali ingin menyerah dan pergi ke sang pencipta lebih awal tanpa di jemput.

Ahkkkk....
Jangan terlalu manja, jika kamu lelah pulanglah sendiri, tidak usah menunggu untuk di jemput.

****

"Lo itu butuh psikiater, Lo itu butuh penanganan lebih lanjut. Gue capek, gue sedih liat Lo kayak gini terus, Na." Jervisto mencoba menghela nafas panjang sebelum ia melanjutkan dialognya.

"LO ITU GADIS GILA!!! LO ITU BUTUH PSIKIATER-!!!" Jervisto melontarkan kalimat pedas yang membuat jantung Elena semakin tidak karuan.

"IYAH, GUA GADIS GILA. LO BENER, JER, GUA GADIS GILA." Elena mencoba menyeka air matanya.

"sebagai gadis yang gila, gua engga pantes hidup kan? hahahha, ayo kasih tau gue, cara nya mati tanpa merasa sakit, Jer." Elena tertawaa seakan-akan beban yang ia rasakan tadi hilang begitu saja dan tidak tau dimana lagi eksistensinya.

Jervisto merasa menyesal telah melontarkan kalimat itu, rasanya hati Jervisto patah bahkan sudah hancur berkeping-keping saat mendengar jawaban Elena barusan.

Jervisto mulai mendekati elena kembali setelah jarak yang tadi sempat ia buat.
"Na, tenang..., Lo harus hidup. Setidaknya hidup buat diri Lo sendiri, gue engga mau kehilangan Lo. Bertahan, yah. Gue tau, Lo gadis yang kuat, gadis yang bisa hadapi masalah, mau sebesar apapun itu."

"Engga, Jer. Kali ini gue udah engga kuat, hari ini Elena Liuvia akan menghilang dari bumi." Elena kembali berdiri dan hendak melangkah kakinya untuk melompat dari atas gedung tersebut.

saat langkah pertama, Jervisto dengan cepat menarik tangan Elena dan membuat Elena jatuh di atas dada bidang Jervisto.

"Gue yakin, gue yakin Lo bisa, Na. Jangan nyerah sekarang yah, ayo kasih tau ke seluruh dunia, bahwa mental Lo bisa sembuh. Gue bakalan bantu Lo tunjukin ke dunia." Jervisto memeluk erat tubuh mungil Elena.

Elena tidak hentinya mengeluarkan air mata, bahkan matanya sekarang ini sudah bengkak.

"Yakin sama gue, Na. Lo bisa sembuh dari trauma Lo, mental Lo bakalan membaik." Jervisto mengelus rambut Elena.

Jervisto kini melepaskan pelukannya dan mulai menatap mata Elena.
"Tetap hidup demi gue yah, Na."

Elena hanya bisa mengangguk pelan, dan kembali memeluk tubuh Jervisto. Lalu satu kata itu pun mulai terdengar.
"Makasih."







(*⁠´NEXT PART`⁠)⁠。⁠*゚⁠+>>>>




Pantaskah Aku Hidup?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang