kilas balik

6 0 0
                                    

Beberapa tahun yang lalu..

"KAKAAA IKUTTTT."

Teriakan seorang gadis kecil berumur 6 tahun ini memenuhi rumah Alexander yang semula hening.

Audry menoleh ke belakang dan mendapati adik kecilnya itu memegangi ujung bajunya.

"Kamu mau ikut kemana? Kakak hanya ingin membuang sampah ke depan." Tangan Audry mengelus rambut Elena.

"Aku mau ikut kakak buang sampah."

Terdengar helaan nafas Audry setelah melihat tingkah adiknya yang super duper lucu ini.

"Boleh, ayo pegang tangan kakak." Audry mengulurkan tangan nya ke arah Elena dan di sambut dengan raihan tangan Elena.

"Kak, aku sayang kakak."

Tiba tiba saja satu kalimat itu keluar dari mulut Elena membuat Audry menaikan satu alisnya.

"Kenapa tiba tiba kamu sweet seperti ini adik kecil." Audry menyentuh kecil hidung adiknya tersebut.

Elena yang jauh lebih pendek dari Audry itupun mendongak ke atas sembari melihat wajahnya kakak nya tersebut sambil tersenyum kecil.

"Gakpapa kok, Elena cuman mau ungkapin rasa sayang Elena ke kakak."

Audry pun mengelus rambut Elena dengan lembut.
"Hehhe, kakak juga sayang banget sama Elena."

Melihat kehangatan kedua putrinya tersebut, Alexander dan Sofia pun ikut tersenyum kecil. Mereka berdua kini berjalan menuju kedua putrinya tersebut.

"Manis sekali anak anak, Mami." Sofia memeluk kedua putrinya tersebut di sambut juga dengan pelukan hangat dari Alexander.

"Kalian bertiga adalah hadiah paling indah buat Papi."

Elena membuka matanya setelah ingatan 10 tahun yang lalu kembali terputar.

Sebuah kehangatan keluarga yang ia rasakan dahulu kini sudah hilang bersama waktu. Sosok ayah yang dahulu menjadi garda terdepan di saat Elena sakit kini hilang dan berganti menjadi sosok Ayah yang kejam. Lalu sosok kakak yang dahulu begitu perhatian dan selalu ada saat adiknya butuh kini sudah hilang dan berganti menjadi seorang kakak yang tak mau menganggap adik kandungnya sendiri.

Andai kejadian itu tidak pernah terjadi, mungkin Elena sudah bisa merasakan keluarga yang harmonis seperti dulu lagi.

"Mi, Elena rindu masa itu," monolog Elena.

***

Suasana di ruang makan keluarga Alexander tampak seperti ruang makan yang tergambar di film film sihir. Terlihat suram, sepi, bahkan tampak seperti tidak ada kehidupan yang tergambar di ruangan tersebut.

"Tuan, ini makanannya." Bi santri menghidangkan makanannya.

Bi santri adalah pembantu yang sudah lama bekerja di rumah keluarga Alexandra bahkan sejak Elena dan Audry masih bayi. Bahkan Bi santri lah orang pertama yang di anggap sebagai ibu oleh Alexandra dan istrinya Aurelia.

"Iyah Bi, makasih yah."

"Sama sama, Tuan. Saya izin kembali ke dapur yah, Tuan." Selesai menghidangkan makanannya, Bi Santri pun berpamitan untuk kembali ke dapur.

Saat Bi Santri ingin kembali ke dapur pandangan nya teralihkan pada se sosok perempuan yang duduk di taman samping rumah sambil memegangi satu bingkai foto.

Kedua sorot mata Bi Santri terus memandangi wanita itu. Ia tampak mengenali wanita itu, tapi siapa?
Di saat Bi Santri terus memandangi wanita itu, tiba tiba saja wanita itu berbalik badan dan menyapa Bi Santri.

Bi Santri terkejut melihat wajah wanita itu. Wajah yang sudah lama tak pernah ia lihat setelah kejadian yang merenggut nyawa wanita itu 10 tahun yang lalu.

Wanita itu adadalah Sofia Diantara, istri dari Alexander. Dengan wajah pucat nya itu ia melambaikan tangan ke arah Bi Santri.

Bi Santri bukan nya takut, ia malah mendekati wanita itu.
"Nyonya, apakah ini benar benar engkau?"

Wanita itu hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ia memegang tangan Bi Santri dan berkata,"Bi, tolong jaga kedua putri ku yah. Jangan biarkan salah satu dari mereka merasakan sakit."

"Tapi, Nyonya... Elena, Elena terus merasakan sakit. Apa yang harus saya lakukan." Bi Santri menundukkan kepalanya.

"Bi, saya tau Elena anak yang kuat. Tidak usah khawatir tentang dia, cukup Bibi saja yang memeberikannya rasa nyaman yah." Wanita itu kembali tersenyum.

Mendengar kalimat itu, Bi Santri yang awalnya menunduk kini mendongak ke atas, tepat ke arah wajah wanita itu. Tetapi, betapa terkejutnya ia. WNita itu sudah tidak ada lagi di hadapan nya, apakah ini hanya halusianasi semata?? atau ini sebuah kejadian mistis yang nyata adanya? atau ini hanya sebuah peringatan?

Entahlah, Bi santri terlalu tua untk terus memikirkan hal tersebut.
"Mungkin itu hanya halusianasi saya saja." Bi santri pun kembali berjalan menuju dapur untuk mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pantaskah Aku Hidup?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang