Jatuh cinta adalah perasaan yang memikat dan menggetarkan hati. Jika kamu merasa, terpesona, gugup, dan tak henti memikirkan dirinya, itu tanda yang jelas bahwa kamu mencintai dirinya
"Ihhh kapan sih gue tamat dari sekolah ini, capek banget rasanya."Sesudah perdebatan yang cukup panas antara Elena dan Bu Rani membuat Elena malas untuk kembali ke sekolah.
Rasanya Elena ingin pulang saja kerumah dan bolos masuk pelajaran."Pulang atau balik ke sekolah??" monolog Elena.
Elena bingung ingin pulang ke rumah atau kembali lagi ke sekolah yang menyeramkan itu. Tetapi, Elena bimbang akan pilihan nya sehingga ia bingung akan pulang ke rumah atau kembali ke sekolah.
Jika ia kembali ke sekolah sudah pasti dia akan berurusan dengan guru bimbingan konseling. Tetapi, jika ia pulang ke rumah sudah pasti juga ia akan berurusan dengan papinya.
"Arghhh, udah lah mending gue ke coffee shop aja sambil baca novel. Untung gue bawa novel di tas."
Tanpa berpikir panjang Elena memilih untuk pergi ke coffee shop untuk membaca novel kesukaannya yang ia bawa daripada pulang ke rumah ataupun kembali ke sekolah yang menyeramkan itu.
"Pfttt akhirnya kedamaian menghampiri ku." Elena nenghela nafas panjang dan duduk di salah satu kursi cafe.
Sambil menunggu cofe pesanannya datang, Elena mengambil novel kesukaan nya di dalam tas lalu membawanya.
Suara tetesan air coffee yang di buat oleh barista menjadi kesan tambahan untuk Elena membaca. Susana cafe yang hijau dan minimalis membuat pikiran lebih rileks.
"Permisi kak, ini cofe nya." Salah satu karyawan cafe menghampiri meja Elena dan menyuguhkan cofe yang Elena pesan tadi.
Elena kini menoleh ke arah karyawan itu dan menjauhkan novel nya.
"Eh, iyah kak. Terimakasih yah.""Kakak suka baca novel yah??" tanya karyawan itu.
"Iyah kak, suka banget malahan. Bahkan novel itu udah jadi tempat pelarian saya kalau lagi capek sama dunia," jawab Elena.
"Wahhh persis seperti adek saya. Beliau juga suka sekali membaca novel, bahkan kamarnya sudah seperti perpusatakaan rasanya."
Elena kagum akan apa yang di katakan oleh karyawan tersebut. Kamar rasa perpustakaan?? Wah tampak menarik perhatian seorang Elena.
"Woahhh... serius kak?? Aduh jadi pengen deh ketemu sama adeknya kakak, kayaknya seru di ajak sharing sharing tentang novel."
"Dia sering ke sini kok kak, nanti sekitar jam 15.00 wib ia akan datang ke sini sambil membawa novel kesukaan nya."
"Jadi tidak sabar untuk bertemu."
"Ouh iyahh kak, saya kembali bekerja yah kak. selamat menikmati cofe nya." Karyawan tersebut pun kembali melakukan pekerjaan nya.
"Baik kak, terimakasih."
Kini pikiran Elena terus tertuju kepada adek karyawan tadi. Rasanya Elena tidak sabar untuk bertemu, karena jarang sekali ia menemukan seseorang yang sehobi dengannya. Bahkan Elena juga tidak sabar bertanya bagaimana sih kamar yang suasananya seperti perpustakaan tesebut. Apakah wangi khas buku buku terus tercium di dalam kamar, atau malah kamar tersebut tampak menyeramkan dengan banyak nya buku buku tersebut. Entahlah, Elena bingung dan tak sabar untuk berjumpa.
"Dari pada pikiran gue melayang layang entah kemana, lebih baik gue lanjutin baca novel aja, sambil minum cofe. Beuhh nikmat surga mana yang bisa gue hianati hahah." Elena kini kembali fokus ke novel bacaannya, sambil sesekali ia menyeruput cofe yang ia beli tadi.
Waktu terus bergulir, detak jam dinding terdengar sangat jelas karena suasana cafe yang sepi. Satu suara tiba tiba terdengar dari depan pintu cafe tersebut. Suara lonceng yang sengaja di buat di depan pintu supaya para karyawan dapat mengetahui kedatangan pelanggan.
Langkah kaki yang semakin jelas terdengar membuat Elena sedikit menepiskan novel bacaannya dan melirik ke arah suara langkah kaki tersebut.
"Kak, seperti biasa yah." Suara laki laki yang tak asing terdengar membuat Elena penasaran akan wujud laki laki tersebut.
Suara lembut, style anak sekolah yang mengenakan pakaian putih abu abu di padu dengan hoodie hitam, sebuah earphones yang melekat di telinganya, tas kulit hitam yang tampak ia gandeng di satu bahunya, dan satu lagi yang menarik perhatian Elena. Laki lai itu memengang erat novel karya Tere Liye dengan judul "Nebula" itu.
"Seperti tidak asing, tapi siapa??" monolog Elena sambil terus menatap serius laki laki tersebut.
Saking seriusnya, Elena tidak menyadari bahwa laki laki tersebut sudah berbalik badan dan kini menatap ke arahnya. Untungnya, tadi Elena hanya menepis sedikit buku yang ia baca dari arah wajahnya, sehingga ketika laki laki tersebut menoleh ke arahnya, sudah tentu tidak terlalu terlihat bahwa Elena sedari tadi memperhatikan laki laki tersebut.
"Untung aja dia engga liat wajah gue, hufhh."
Ketika Elena menutup wajahnya dengan novel yang ia pegang, tiba tiba saja satu suara membuat ia mematung.
"Gue boleh duduk di sini engga??"
Elena kini menepiskan seluruh novel itu dari wajahnya sehingga ia dapat melihat dengan jelas wajah laki laki yang sedari tadi menarik perhatiannya tersebut. Tetapi, tidak di sangka sangka bahwa laki laki itu ternyata satu sekolah dengan nya.
"Lo??? Lo yang tadi pagi kan??" tanya Elena dengan ekspresi kaget.
"Lho?? Iyah, lo yang tadi pagi juga kan??" tanya laki laki itu kembali kepada Elena.
"Lo ngapain di sini??" tanya Elena sambil menaikkan satu alisnya.
"Gue?? ngapain di sini?? seharusnya gue yang nanya lo ngapain di sini??" tanya laki laki itu kembali.
"Gue me time di sini," jawab elena ketus.
"Bolos lo yah??"
"Apasih lo Nath, sok tau banget jadi orang."
"Wah lo ingat nama gue??" laki laki yang bernama nathanel itupun duduk tepat didepan Elena sambil memandangi Elena dengan seriusnya.
"Ihhh, apa lo liat liat gue." Elena meletakkan novel nya di atas meja dan kini menatap sinis Nathanael.
"Jangan marah marah dong, jawab dulu. kok lo bisa ingat nama gue??"
Sebenarnya Elena enggan untuk menjawab pertanyaan yang sama sekali tidak penting tersebut, tapi apa boleh buat demi bisa merasakan ketenangan tanpa mendengar banyaknya pertanyaan dari Nathan terpaksa ia menjawab.
"Gue bukan nenek nenek pikun, gue masih muda, yah pasti gue masih bisa ingat nama lo."
"Yehhh, nanya doang juga, gue kira lo ingat nama gue karena lo jatuh cinta pada pandangan pertama sama gue."
Rasanya Elena ingin muntah saat ini juga di wajah Nathanel. Makan apa anak itu sampai bisa sepede itu di sukai oleh Elena.
"Dihhh, sehat lo??" Elena memegang kening nathanael memastikan kening nya tidak hangat.
"Ciee perhatian." Nathanael memegang tangan Elena.
kini Elena dan Nathanael saling memandang satu sama lain, detak jantung Elena tidak karuan saat ini. Ia tidak tahu mengapa rasa gugup di campur rasa malu mulai muncul di benaknya.
"Ya Tuhan, apa inii?? gue kenapa??" monolog elena.
"Kan kan, apa gue bilang. pasti lo suka sama gue kan??" Pertanyaan Nathanael kini muncul kembali dan membuat elena reflek menjauhkan tangannya dari kening nathanael.
"Dihh kepedean lo jamet." Kini Elena kembali mengambil novel yang semula ia letakkan di meja dan kini membacanya kembali.
"Masa sih gue suka sama cowok tengil ini?? aaa jangan yah tuhan," monolog Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Hidup??
Romance🚫 BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA 🚫 ❌ JANGAN JADI PEMBACA GELAP YAH GUYSS❌ luka hebat si gadis gila, yang tak tau dimana ujungnya. Start: 18 mei 2023 Finish: