Hari ini kelas Ralyn mendapat jadwal mata pelajaran penjaskes. Namun, guru mata pelajaran tak bisa hadir dikarenakan ada urusan di luar daerah. Walaupun demikian, bukan berarti kelas Ralyn tak dapat mengikuti praktek. Sebut saja Pak Bono. Guru perut buncit yang memiliki ciri khas selalu memakai topi biru—guna melindungi kepalanya yang tandus alias botak—itu siap untuk mengisi praktek hari ini. Pak Bono adalah guru pengganti sementara yang tidak pernah absen sekali pun. Beliau dikenal rajin dan tekun.
"Semuanya berbaris di depan saya. Cepat!" teriak Pak Bono.
Semua murid XI MIPA 1 berlari dan membentuk barisan yang tidak begitu rapi. Namun, sayangnya satu orang terlambat masuk ke dalam barisan membuat mereka semua harus dihukum lari keliling lapangan voli sebanyak tiga putaran.
Pak Bono berdiri sembari memperhatikan murid-muridnya yang tengah berlari mengelilingi lapangan. Tak sedikit dari mereka yang lebih banyak mengeluh dari pada berlari.
Saat selesai, mereka kembali berbaris. Namun, dengan peluh dan napas yang tak beraturan.
"Nggak usah lebay. Baru juga tiga putaran udah kayak dikejar hutang kalian. Mau saya tambah?"
"Jangan dong, Pak."
"Pak, saya lupa pake sunscreen tadi."
"Kaki saya mau patah, Pak."
"Saya lemah letih lesu, Pak. Butuh pelukan Oh Sehun."
"Huh, sekalian aja seratus putaran, Pak."
Celetukan para murid berhenti di situ. Mereka dengan kompak menoleh menatap orang yang sama. Darah mereka berdesir cepat seakan ingin mencakar dan mencabik-cabik cowok itu. Siapa lagi kalau bukan Bintang.
"Nantangin kamu?"
Bintang menyengir tanpa dosa. "Canda, Pak. Serius amat sih."
Beruntung hari ini Pak Bono sedang dalam mood yang bagus. Kalau tidak, habis mereka hari ini.
"Baik, jadi hari ini kita akan masuk pada materi bola voli."
Pak Bono menjelaskan sedikit tentang peraturan-peraturan umum yang ada dalam permainan bola voli. Setelah itu, mereka pun masuk pada hal yang ditunggu-tunggu yaitu praktek. Biasanya mereka akan dibagi menjadi beberapa tim dan setelah itu mereka akan saling melawan.
Tim perempuan bermain lebih dulu, dan di saat seperti inilah tawa akan banyak terdengar. Bagaimana tidak, bukannya memukul bola, mereka malah lari dan menghindar saat bola melayang ke arah mereka.
Bintang adalah salah satu yang tawanya paling keras. Ia tak pernah sesenang saat melihat Faya melakukan servis namun gadis itu malah memukul angin. "Hahahaha pemain internasional nih," ledek Bintang dengan tawa kerasnya.
Faya mencebik kesal. Ia begitu geram dengan cowok itu. Gadis itu mati-matian menahan rasa malunya. Faya akan membuktikan kalau dia tidak sepayah itu.
"Ayo semangat Fay!" teriak Ale dari tepi lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me (Revisi)
Teen Fiction"Gue udah nggak punya tempat lagi untuk bahagia." "Ada, selalu ada tempat untuk itu, Lyn. Here with me." ••• Setelah terjebak lama dalam derasnya hujan, Lingga Mahaksara menemukan pelanginya. Alessia Karalyn, gadis pembawa asa. Bagi Ralyn yang sudah...