Lingga berniat mengeluarkan motornya dari area parkiran, karena sesuai janjinya ia harus ke Garden Cafe untuk mengerjakan tugas kelompoknya bersama Ralyn. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering, menandakan ada telepon masuk.
Ternyata itu dari Bunda.
"Halo, Bunda, ada apa?"
"Lingga, kamu bisa pulang sekarang nggak? Papa kamu tadi datang ke sini."
Mendengar jawaban dari sang bunda membuat Lingga langsung mematikan ponselnya dan mengeraskan rahangnya. Tanpa berlama-lama, Lingga menaiki motornya dan memakai helm full face-nya.
Ia tahu, mungkin setelah ini Ralyn akan sangat membencinya. Namun, Lingga tak akan pernah diam jika pria itu kembali mengusik bundanya.
Tak memerlukan waktu lama, dengan kecepatan penuh Lingga melajukan motornya, hingga ia sampai pada rumah bertingkat dua itu.
Lingga mendapati Emi tengah menangis di ruang tengah. Hatinya tak pernah sehancur ini. Melihat bundanya menangis, membuat Lingga begitu terluka.
"Lingga izin temuin orang itu, ya, Bun?" tanya Lingga sembari mendekap tubuh bundanya.
Emi menggeleng. "Nggak usah, bunda nggak apa-apa. Dia datang cuma buat minta uang sambil marah-marah, itu udah biasa. Tapi, hari ini bunda sakit hati karena dia udah jelek-jelekin kamu."
Lingga mengepalkan tangannya kuat. Cowok itu menengadah menahan emosinya.
"Aku nggak akan lama, Bun."
Setelah mengatakan itu, Lingga melepaskan pelukannya dan berjalan keluar. Tak memedulikan bundanya yang tak berhenti memanggil namanya.
Keinginan Lingga hanya satu. Ia hanya ingin membalas perbuatan pria itu.
Dengan kecepatan di atas rata-rata, Lingga melajukan motornya menuju rumah yang pernah menjadi tempatnya pulang.
Selang beberapa menit, Lingga akhirnya sampai di depan rumah yang terlihat seperti tak berpenghuni itu. Tanpa ragu, ia melangkah masuk.
Aroma tajam seketika menusuk hidungnya. Ia muak dengan aroma ini. Bau alkohol yang sedari kecil tak pernah hilang dan sekarang melekat pada rumah ini.
Pria yang sialnya menjadi papanya itu, sedang terbaring di atas sofa yang terlihat kumuh. Di atas meja, terdapat lima botol minuman keras, dan sampah-sampah sisa makanan.
Lingga tumbuh dengan pemandangan sehancur ini.
"Bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me (Revisi)
Teen Fiction"Gue udah nggak punya tempat lagi untuk bahagia." "Ada, selalu ada tempat untuk itu, Lyn. Here with me." ••• Setelah terjebak lama dalam derasnya hujan, Lingga Mahaksara menemukan pelanginya. Alessia Karalyn, gadis pembawa asa. Bagi Ralyn yang sudah...