Part 20 "Stalking"

540 88 88
                                    


***


Lucas sendiri yang menyambutnya di pintu pagar begitu Jungwoo menekan bell.

"Tidak biasanya kau terlambat…Jungwoo? Ada apa denganmu?"

Warna suara Lucas berubah, kepanikan bercabang dalam gesturnya yang kaku.

Jungwoo begitu malu, begitu marah, begitu sedih, dan tiba-tiba merasa tak berdaya. Ia berupaya menarik napas, tapi dadanya begitu sesak hingga suara rintihan tertahan keluar dari mulutnya.

"Ayo, masuk." Suara Lucas lembut dan lugas, telapak tangan Lucas yang hangat menempel ke bahunya dan menuntunnya masuk.

Tangan Lucas tetap bertahan di sana, memberi sentuhan tanpa pamprih bahkan ketika Jungwoo duduk di sofa ruang tengah.

"Tenangkan dirimu dulu." Usapan pada punggungnya membuat Jungwoo menarik napas, tersendat, berat menghimpit rongga dadanya.

Buku-buku dalam pelukan Jungwoo diambil hati-hati oleh Lucas, meletakkannya perlahan di atas meja kaca, lalu berlanjut untuk membantu Jungwoo melepas ranselnya.

Jungwoo merasa seperti anak kecil yang payah, tak berdaya ketika Lucas mengurusnya dengan telaten.

"Minumlah,"

Tak ada nada memerintah dalam suara Lucas. Segelas air disodorkan padanya, usapan di punggungnya berubah menjadi tepukan ringan berirama lambat.

Jungwoo meraih gelas itu dengan tangan gemetar, mengigiti bibir bawahnya yang menggigil dan minum dengan sembrono hingga berhasil menumpahkan beberapa tetes ke dagunya.

"Pelan-pelan saja." Kali ini suara Lucas terdengar antara prihatin dan menahan tawa.

Jungwoo meletakkan kembali gelas kosong di atas meja dan bermaksud mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan. Tetapi Lucas buru-buru meletakkan beberapa lembar tisu basah ke telapak tangannya.

"Lebih baik kau gunakan itu."

Jungwoo mengeluarkan suara rengekan tertahan, masih menunduk dan mulai mengelap wajahnya dengan tisu pemberian Lucas.

Selama beberapa saat, hanya keheningan yang melingkupi mereka. Kemudian Lucas beranjak dari sisinya, berjalan entah ke mana dan membiarkan Jungwoo duduk sendirian, tersendat menahan tangis sambil mengelap wajahnya yang penuh debu dan air mata yang mengering.

Uh, kotornya… Jungwoo reflek membatin begitu menatap gumpalan tisu di tangannya setelah membersihkan wajah.

Noda coklat kehitaman, bercak darah, juga butiran pasir halus. Benaknya mulai membayangkan apa yang orang-orang pikirkan tentangnya selama perjalanan menuju ke sini? Untung saja ia tidak disalah sangka sebagai anak hilang atau tersesat menangis mencari ibunya.

'Apa kau sungguh membaca novel-novel rumit seperti ini? Apakah kau bahkan bisa mengeja nama penulisnya dengan benar?'

Suara Jaehyun yang menyebalkan kembali menggema dalam kepalanya. Jungwoo menggertakkan gigi, mengepalkan tangan karena benci.

'Kau bahkan hanya membaca versi bahasa Koreanya, tapi perlu berpikir sampai seperti ini? Aku mulai ragu kenapa kau bisa masuk Universitas Seoul.'

Berisik! Jungwoo merutuk dalam hati. Menyumpah dan memaki-maki.

'Mungkin seharusnya kau menganalisa novel biasa saja alih-alih novel berat seperti ini, Bodoh"

Jaehyun-Bangsat! Jungwoo mengumpat dalam hati, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat dan berusaha menekan semua gejolak emosi yang membakar dadanya.

'Jangan mengais-ngais tanah seperti gelandangan!'

SOULMATE||JAEWOO|| LONG VER🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang