Part 12 "Can we do it again...?"

891 111 35
                                    

* * *

"Sudah semua?"

Jungwoo berbalik, menghadap Seungkwan yang kini tengah berdiri di pintu kamarnya dengan gaya berkecak pinggang. Kaus abu-abu menempel di tubuhnya karena basah akan keringat. Pemuda itu kelihatan sedih, tapi mugkin Jungwoo hanya berimajenasi.

"Yeah," Jungwoo tersenyum samar, mendelikkan bahu dan berdiri tegak menatap kamar yang telah kosong.

"Aku akan rindu tempat ini."

Seungkwan mendengus, melangkah masuk dan berdiri di sebelahnya. Mereka berdiri bersisian, menatap dinding yang kosong dan lantai yang sedikit berdebu.

"Dua hari yang lalu ini masih terasa seperti kamarmu, sekarang cuma terlihat seperti kamar kosong yang kesepian."

Peryataan itu membuat Jungwoo tertawa.

"Apa kau sedang membaca puisi? Atau kau sedang berusaha jadi manis karena aku akan pindah?"

"Kau benar-benar jagonya merusak suasana, Kim Jungwoo."

Jungwoo terkikik lalu mengulurkan lengannya menggapai bahu temannya, merangkul Seungkwan dengan sebuah lompatan kecil yang membuat pemuda itu menggerutu namun tak berusaha melepaskan diri.

"Satu minggu lagi, mungkin kamar ini sudah berubah kembali. Dindingnya jadi merah muda, lukisan feminim, poster idol, pot-pot bunga di dekat jendela, dan berbau harum seperti kamar perempuan pada umumnya. Nanti, kau akan lupa sama sekali kalau aku pernah tinggal di sini."

Seungkwan menghela napas seakan ia berusaha menahan tangis.

"Aku tidak akan lupa kau pernah di sini." Pemuda itu tersenyum miring dan memberi tinju main-main di perut Jungwoo.

"Mana mungkin aku lupa kalau aku pernah tinggal bersama orang paling berisik di universitas? Kau membuat terlalu banyak kekacauan dan huru-hara dalam kehidupan tahun pertamaku sebagai mahasiswa. Otakku sudah tercemar denganmu."

Jungwoo terpingkal geli dan Seungkwan balas merangkulnya. Untuk beberapa saat lamanya, mereka berdua hanya berdiri di sana, berangkulan sambil tertawa mengenang hal apa saja yang telah terjadi dalam jangka waktu satu tahun ke belakang.

Bagaimana mereka tahun lalu hanya remaja laki-laki yang baru lulus SMA, datang dari dua kota yang berbeda sampai akhirya berkenalan, berteman, bahkan menjadi roommate.

Seperti apa tahapan konyol saat mereka masih terlalu canggung untuk mengobrol, sampai akhirnya bisa akrab bahkan bertengkar karena alasan-alasan sepele. Atau bahkan juga bagaimana mereka berdua akhirnya mampu menjadi kompak, mengingatkan satu sama lain, juga bergantian menjaga saat salah satu terserang demam. Ada begitu banyak kenangan di tempat ini, sebagian Jungwoo yakini akan tetap ia ingat hingga usianya melewati setengah abad nanti.

"Bolehkan aku tetap datang ke sini nanti?"

Seungkwan menoleh padanya, memberikan senyum permisif.

"Kau pikir aku akan menutup pintu untukmu?" Tanyanya retorik, ketika Jungwoo menyeringai, Seungkwan menurunkan tangannya dari pundak Jungwoo lalu menepuk punggungnya dua kali.

"Kau akan selalu diterima di sini, Jungwoo. Asalkan kau cukup tahu diri untuk tidak datang di jam-jam penting."

"Ah!" Jungwoo mendesah sok tahu, lalu menggeriling pada Seungkwan.

"Aku penasaran seberapa sering kau sibuk di malam hari setelah melakukan bonding." Jungwoo mengedipkan sebelah mata penuh godaan.

"Lembur, bung?"

"Yakk!" Seungkwan berupaya menjitak ubun-ubunnya tapi Jungwoo berkilah cepat dan menghingdar sambil tertawa.

"Ck! Awas saja kalau kau berani menggodaku seperti itu di kampus."

SOULMATE||JAEWOO|| LONG VER🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang