8 || and, he accepts (2)

4.6K 789 43
                                    

| 8 |

and, he accepts



TAMA TAK BERANJAK ketika yang lainnya sudah keluar. Begitu juga dengan Snow, yang mematikan proyektor dan menutup laptop. Ketika mereka tinggal berdua, Snow memastikan pintu terkunci, lalu segera menghadap Tama dan berkata, "Rencana tadi adalah rencana yang bisa gue pikirkan."

Wajah Tama terlihat seperti patung; tak ada ekspresi. Namun wajah dengan ekspresi netral Tama selalu berhasil mengintimidasi banyak orang, walau Snow bukan salah satu yang terintimidasi. Dia tahu masih ada ragam emosi di balik minimnya ekspresi itu.

Tama berkata, "Menggunakan orang yang bukan mutan Meliora seperti kita untuk melakukan tugas ini ... agaknya adalah tindakan yang kurang bertanggung jawab, bukan begitu?" Tama mengangkat satu alis. "Aku nggak meragukan pertimbangan masuk akal dari sisimu. Tapi, apa kamu nggak bisa menggunakan mata-mata Balwana yang sudah terlatih? Bening memang bekerja untuk Balwana, tapi dia nggak pernah memilih untuk bekerja di area yang lebih berbahaya."

"Dan bekerja di karaoke plus-plus itu bukan hal berbahaya buat dia?"

"Kamu tahu apa yang kumaksud, Snow. Dia selama ini bekerja di tempat bisnis kita, di wilayah Balwana sendiri. Sedangkan rencanamu ini akan membuat dia bekerja berbulan-bulan di wilayah musuh. Meski Bening sudah menyiapkan diri, dia bisa jadi akan terancam nyawanya jika Hansel curiga dengan kedekatan Bening dengan istrinya."

"Justru karena Bening akan tinggal di kompleks itu sebagai istri orang, kecurigaan terhadap Bening akan berkurang," Snow memberi argumen. "Bening nggak akan terkesan muncul secara tiba-tiba untuk berkenalan lagi sama Leoni. Enggak. Dia akan pindah ke kompleks perumahan Leoni yang memang kebanyakan dihuni oleh pasutri atau keluarga, bersama seorang suami. Dengan menggunakan alibi yang tepat, kecurigaan ke Bening pasti akan rendah."

"Dan kamu menggunakan aku untuk jadi suami pura-puranya."

"Terus kenapa?" Snow menyeringai. "Lo maunya jadi suami beneran?"

"Bukan saatnya bercanda, Snow."

"Terus lo maunya gimana? Apa lo mau gue yang mengisi posisi itu?" tantang Snow. "Lo mau gue yang jadi suami pura-pura dia? Tinggal bareng serumah sama dia berbulan-bulan? Walau gue nggak berniat menyentuh Bening, berhubung kami harus berakting jadi pasutri, kami akan bermesraan dan melakukan kontak fisik jika situasi memanggil. Kami mungkin harus berciuman juga. Dan ketika situasi memanggil demi kelancaran misi, gue akan melakukan apa yang harus gue lakukan. Lo yakin lo mau gue yang mengisi posisi sebagai suami pura-pura dia?"

Picingan mata dan kedutan di tengah alis Tama sudah cukup untuk menyatakan ketidaksetujuan. Snow pun melanjutkan, "Gue nggak sengaja dengar obrolan lo sama Ezki dulu."

"Obrolan yang mana?"

"Tentang lo yang mencium aroma tertentu dari Bening, dan Ezki menyimpulkan bahwa Bening adalah belahan jiwa lo. Gue saat itu lagi tidur di labnya Ezki, tapi kebangun dan nggak sengaja dengar pembicaraan kalian."

Tama menyipitkan mata curiga. "Jadi, kamu menempatkan kami untuk jadi pasutri pura-pura karena pembicaraan itu?"

"Yes and no. Gue selama ini tutup mulut karena hal itu bukan urusan gue. Tapi, gue nggak bisa nggak penasaran kenapa lo justru nggak mengontak Bening setelah lo tahu dia adalah belahan jiwa lo. Kenapa lo menunda untuk mendekati dia?"

Sejenak, Tama tak yakin apa dia harus menjelaskan alasannya. Dari semua orang yang Tama kenal, kenapa juga dia harus bercerita soal belahan jiwanya kepada Snow? Seolah bajingan itu tahu lebih baik saja soal percintaan.

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang