2 || and, she wakes (1)

7.5K 1.1K 22
                                    

| 2 |

and, she wakes



BENING terbangun sendirian di sebuah kasur. Badannya agak pegal, tapi di satu sisi terasa lebih baik dibanding seminggu belakangan. Namun, suasana asing ini perlahan menyadarkannya. Dia tidak sedang berada di rumah Nicholas.

Tubuhnya menegang saat dia beranjak duduk. Mata mengawasi benda apa pun di ruangan yang gelap ini. Cahaya dari lampu kecil memberi sedikit penerangan. Bening berdiri, merasakan dinginnya lantai marmer. Langkahnya melaju ke tirai yang ada di situ untuk membukanya.

Terik cahaya pagi membuatnya silau. Dia menyipit dan memandangi lapangan parkir yang berada di balik jendela. Matanya mengerjap, memerhatikan tempat ini baik-baik.

Tadi malam dia dibawa orang-orang, dibawa masuk ke mobil dan dimandikan. Dia enggan bicara karena tak ingin ucapannya justru membuatnya terjebak pada situasi yang lebih buruk. Nicholas bisa menyiksanya hanya karena salah ucap. Tak ada jaminan bahwa orang-orang asing ini takkan melakukan hal yang sama.

Bening menarik napas, lalu meraba-raba bajunya. Dia memakai kaus kelabu kebesaran dan celana training panjang. Tak ada bra yang sesuai ukurannya, jadi dia hanya pakai tank-top di balik kaus. Bening tak bermasalah dengan itu. Dia tak pernah pakai bra sejak disekap Nicholas. Pria itu hanya memberinya bra dengan ukuran yang masih terasa kesempitan untuk Bening. Bening tahu, mencari bra yang ukurannya pas dengan payudaranya memang tidak mudah, biasanya tak ada di pasar atau toko swalayan besar, harus beli di toko dalaman wanita yang agak mahal, dan dia tahu Nicholas menganggap itu sangat merepotkan. Bening pun tak memiliki banyak pilihan berhubung dia bukan siapa-siapa dalam rumah Nicholas.

Pintu terketuk beberapa kali, ada jeda, lalu diketuk lagi. Bening hanya diam. Dia sejak kemarin hanya mengikuti ucapan orang-orang ini karena dia tak tahu harus pergi ke mana. Orang-orang ini, entah siapa pun mereka, jelas jauh lebih kuat dibanding para penjaga Nicholas. Jika dari rumah Nicholas saja Bening selalu gagal untuk kabur, dia sudah pasti gagal juga jika mencoba kabur dari orang-orang ini. Mungkin lebih baik jika dia mengisi energi dulu sebelum memikirkan rencana pergi, tak peduli meski rencananya akan gagal lagi atau tidak.

Suara ketukan berhenti, tapi disusul dengan kenop pintu yang terputar. Bening pun baru sadar dia tak mengunci pintu. Sudah lama sekali sejak kali terakhir dia bisa mengunci pintu kamarnya sendiri—dia tak pernah diberi wewenang untuk memiliki kunci pintu mana pun oleh Nicholas. Terlalu lama disekap Nicholas mungkin membuatnya lupa bahwa tak semua orang mau menguncinya dari luar ruangan.

Daun pintu terbuka dan sesosok wanita cantik masuk. Rambutnya cokelat panjang dan tergerai indah. Tampilannya seperti wanita pekerja kantoran modis. Mata wanita itu membeliak melihat sosok Bening yang sudah berdiri. Dia menyalakan lampu utama dan mematikan lampu meja. "Bening?" panggilnya dengan senyum. "Ternyata kamu udah bangun. Untunglah." Wanita itu adalah salah satu perempuan yang tadi malam memandikannya. Bening ingat dia dipanggil sebagai 'Mami' oleh gadis pirang yang mengeluarkannya dari ruang kurungan Nicholas.

"Ini, maaf karena kemarin nggak ada bra yang pas. Sekarang saya udah bawain yang sesuai ukuranmu kok," ujar si 'Mami' sambil menyerahkan sebuah tas tenteng.

Bening menatap wanita itu, lalu mengeluarkan isi tas. Ada beberapa potong bra berukuran besar. Bening meraih dan mencocokan dengan tubuhnya. Dia mengerjap. Ternyata memang pas. Dia pun membuka baju untuk memasang bra itu dengan benar.

Setelah terpasang, Bening mengerjap-ngerjap lagi. Entah mengapa dadanya terasa sesak. Tak pernah terbayang dalam pikirannya bahwa dia akan sesenang itu mendapat bra.

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang