21 || and, they attend their daily meeting

5K 604 32
                                    

| 21 |

and,they attend their daily meeting 



TELEPON KONFERENSI PAGI ini dibuka dengan panggilan video dari Snow. Bening masih belum turun ke lantai dasar. Mungkin dia ketiduran, dan Tama tak merasa harus membangunkannya. Jadi Tama menyuruh Soma mengambil paket sarapan dan makan siang dari kantin markas untuk dibawa ke sini.

"Gimana rasanya nikah?" Tanpa harus melihat, Tama bisa merasakan Snow sedang tersenyum lebar di seberang sambungan video. "Nggak nyesel kan lo nerima peran suami ini? Daripada gue yang ada di posisi lo?"

Bayangan Snow yang bermesraan dengan Bening sudah cukup untuk membuat Tama mual. "Ya, kamu menang, Snow. Happy?"

"Yeah, it's fun messing with you." Snow tak menyembunyikan kesenangannya. "Lo berdua udah lakuin?"

"Lakuin apa?"

"Seks? Kalian tinggal serumah berhari-hari."

Tama tak jadi menyesap tehnya. "Ada Mia dan Soma juga di rumah, kalau-kalau kamu lupa."

"Soma cuma ada di sana dari pagi sampai sore. Sedangkan kamar Mia ada di lantai bawah. You have the second floor all to yourself. Nobody's fooling anyone. Semua orang juga tahu kalian nggak mungkin bisa jaga profesionalitas ke satu sama lain."

Tama menyipit. "That sounds wrong."

Snow mengangkat bahu. "Ezki bilang, kalau lo mau bercinta sama istri lo, jangan pakai kondom."

Tama membeliak. "Aku nggak berencana punya anak dulu."

"Iya, tapi kata Ezki, lo—atau tepatnya kita para mutan pria—nggak akan bisa punya anak dalam beberapa bulan setelah melakukan seks pertama sama belahan jiwa kita. Butuh waktu bagi mereka untuk bisa dibuahi oleh sperma mutan Meliora. Karena itulah Ezki bilang jangan pakai kondom. Karena tubuh belahan jiwa yang kompatibel sama kita pun bakal butuh waktu lebih dari enam bulan untuk terbiasa, sampai akhirnya siap dibuahi."

Tama kembali diingatkan alasan kenapa dia menjadi mutan. "Itu bukan keputusan Ezki. Pakai kondom atau enggak itu keputusan yang akan aku berikan ke Bening. Mengingat sejarah dia disekap, aku yakin dia lebih mau pasangannya sadar diri dan pakai pengaman."

"Hah? Kan lo bisa jelasin ke dia kalau mutan pria butuh belahan jiwanya buat—" Snow seketika berhenti dan membeliak. "Wait, you haven't told her?"

Tama bersyukur dia mengenakan earbuds untuk panggilan video ini, jadi tak ada yang bisa mendengar Snow. "You know why."

"Tapi, gimana kalau dia malah tahu dari orang lain? Don't make the same mistake as me."

Tama tahu, Snow sangat menyesali perbuatannya di masa lalu yang tak pernah memberi tahu kepada Bells bahwa sebenarnya, wanita itu adalah belahan jiwanya. Tapi alasan Snow itu karena kepengecutan; pria itu tak berani mengungkapkan perasaannya kepada Bells. Sedangkan alasan yang Tama miliki jelas jauh lebih baik daripada itu.

"Aku melakukan ini buat Bening," ujar Tama. "Dia belum pernah menjalin hubungan romansa dengan lelaki lain setelah disekap Nicholas. Lelaki yang normal, yang pekerjaannya normal dengan moralitas wajar. Begitu dia lepas dari Nicholas, kehidupan pertama yang dia jalani justru adalah kehidupan yang membukanya ke dunia gelap Balwana."

"Tam, lo...." Snow terdiam, memejamkan mata, lalu menghela napas. "Mending lo jujur ke diri lo sendiri. Lo lakuin ini buat kebaikan Bening, atau buat lo? Lo sendiri bilang bahwa lo nggak mau Bening memilih lo hanya karena terpaksa, merasa bertanggung jawab, atau merasa bahwa perpanjangan usia lo adalah kewajiban dia. Itu artinya lo mau dia memilih lo karena dia emang cinta sama lo." Snow mengernyit jengkel. "Lo pikir gue nggak mikir hal yang sama buat Bells? We are selfish prick. Of course we want them to choose us for us, not for duty or responsibility."

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang