| 7 |
and, he accepts
Setahun kemudian...
"MAS TAMA NGGAK akan suka sama rencana lo ini."
Snow, seorang pria dengan tubuh bak raksasa dua meter sekaligus Komandan Kedua Balwana itu tak memusingkan ucapan Rendra. Dia tahu apa yang dia lakukan, serta bisa menerima konsekuensinya. "Gue nggak perlu Tama untuk suka sama rencana ini," ujar Snow. "Gue cuma perlu bikin dia bersedia ngejalaninnya."
Rendra tak membalas, hanya mengikuti Snow memasuki ruang rapat petinggi Balwana. Tiga orang sudah pasti absen hari ini. Tersisa sembilan petinggi dalam ruangan: dua Komandan termasuk Snow, dan tujuh Letnan termasuk Rendra. Juga terdapat dua tambahan orang yang akan mengikuti rapat: Ezki dan Mami Anika.
"Udah datang semuanya?" tanya Snow berbasa-basi. Semua tahu dia tak perlu bertanya untuk memastikan. Indra-indra semua mutan Balwana tajam; sekali melihat pasti langsung tahu siapa yang tidak hadir. "Gue bakal langsung mulai rapatnya hari ini. Semuanya silakan duduk di tempat masing-masing."
Sementara yang lain duduk, Snow menyiapkan laptop dan proyektor untuk presentasinya. Lampu pun dimatikan. Penerangan dari proyektor menjadi satu-satunya sumber cahaya. Snow memulai presentasinya dengan beberapa foto.
"Dua bulan lalu, Letnan Bells melakukan inspeksi ke salah satu di gudang Balwana. Itu inspeksi biasa, bertahun-tahun gudangnya nggak pernah ketahuan. Sampai suatu ketika ada anggota yang masuk dengan anak baru, namanya Imran. Orangnya pendiam, kelihatannya kayak manusia biasa. Tapi saat inspeksi gudang, kejadian menggemparkan di Balwana terjadi. Bertahun-tahun kita berada di status quo karena keunggulan kita sebagai mutan, dan hari itu, Letnan kita dikalahkan. Imran berusaha membunuh Bells dan semua orang di situ. Semua anggota kita nggak ada yang selamat, kecuali Letnan Bells. Tapi dia pun tumbang dan hampir mati pas gue menemukan dia. Sekarang, seperti yang kita semua tahu, Letnan Bells masih tak sadarkan diri dan dirawat di bangsal rumah sakit kita."
Snow menggeser slide presentasi dengan foto-foto kerusakan di gudang narkoba. "CCTV kita sempat menangkap muka Imran, beberapa anggota yang nggak ada di gudang juga pernah melihat mukanya. Setelah seminggu pencarian, akhirnya Imran tertangkap. Sudah ada dugaan bahwa Imran juga Mutan Meliora sejenis kita, karena nggak mungkin manusia biasa mampu mengalahkan Letnan Balwana, terutama selevel Letnan Bells. Tapi Imran adalah mutan yang sudah dicuci otak dan diatur ulang dengan teknologi untuk jadi prajurit patuh. Divisi Biotek Balwana sudah berusaha untuk menghapus pencucian otaknya. Tapi, tubuh Imran membunuh dirinya sendiri setelah memberi beberapa informasi."
Menarik napas, Snow mengganti slide-nya, kini menjadi rekaman sosok lelaki yang sedang duduk dengan tangan dan kaki dirantai. Dia mengatakan beberapa patah kata sebelum terbatuk-batuk kencang dan muntah darah, lalu mendongak dengan bola mata menghilang ke belakang, tubuhnya mengejang seolah sedang tercekik oleh tangan tak kasat mata, kemudian melemas dan kuyu seolah tak ada kehidupan. Tidak lama, sosok Snow dan beberapa anggota bawahan mendekat untuk mengecek kondisi. Rekaman pun berhenti. Snow melanjutkan, "Imran hanya pion. Bukan dia yang jadi dalangnya. Dia cuma korban yang dicuci otak. Tapi dari sedikit informasi dari Imran dan penjelasan dari Ezki, kita menemukan petunjuk baru tentang siapa dalangnya."
Snow meletakkan telapak tangan di atas meja, mengamati semua orang di sana. "Selama ini, kita meyakini bahwa cuma orang-orang yang berada dalam ruangan ini yang memiliki akses terhadap serum Meliora. Tapi sekarang, Ezki pun menduga bahwa ada pihak yang lain yang memiliki serum serupa. Karena setelah pemeriksaan ke tubuh Imran, Ezki beranggapan bahwa mutasi genetiknya sangat mirip."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergenggam dalam Nyaris | ✓
RomanceGautama Farhandi adalah pengacara untuk organisasi bisnis pasar gelap bernama "Balwana". Suatu hari, dia menemukan wanita korban sex trafficking musuhnya. Para korban penyekapan yang lain berkata bahwa dialah yang paling lama disekap. Kata mereka, n...