| 18 |
and, she swims
TIDAK BIASANYA TAMA merasa antusias saat pulang ke rumah—rumah sementara pula. Dia terbiasa menginap berhari-hari di markas Balwana jika sedang masa Ujian Kelayakan. Jika pulang ke rumahnya pun, yang dia rasakan adalah lega atau santai sejenak, bukan antusias, sebab tak ada yang menungunya di rumah. Tinggal bersama Bening meski baru beberapa hari sudah sedikit mengubahnya. Harinya agak lelah, tapi dia ingin bertemu Bening untuk mengobrol, ingin tahu bagaimana harinya, ingin tahu apakah ada kejadian menarik atau menyenangkan yang Bening alami. Mungkin mereka bisa mengobrol setelah makan malam sambil minum anggur atau minuman hangat.
Soma berada di teras ketika Tama memarkirkan mobil. Pemuda itu melaporan bahwa hari ini, Bening sempat mengobrol dengan Hansel saat makan bersama Leoni. Tama berterima kasih dan karena hari sudah malam, Tama mengizinkan pemuda itu pulang. Mia pun membukakan pintu sebelum Tama sempat menekan bel.
"Malam, Pak. Ibu lagi berenang," ujar Mia, dan Tama menahan kernyitan tak suka karena tak terbiasa dengan panggilan untuknya dari Mia.
"Mia, setelah operasi ini berakhir, tolong jangan panggil saya 'Bapak' lagi," ujar Tama setelah masuk rumah. Dia tahu usianya sudah mencapai kepala tiga, tapi rasanya aneh dipanggil 'bapak' oleh orang-orang yang biasa langsung memanggil namanya.
"Siap." Mia mengangguk. "Mau dibelikan makan malam?"
"Saya bakal pesan ayam bakar buat kita semua. Ada laporan hari ini?"
"Teman dari Hansel yang tinggal di Blok-B habis berkunjung ke barber shop langganannya. Sempat menyinggung soal main golf bareng dan mau mengajak Hansel dalam waktu dekat," ujar Mia, pasti sudah bertukar informasi dengan mata-mata Balwana yang lain. "Mungkin laporan lengkapnya akan dikirim lewat email."
"Kalau dari sisi kamu, ada yang mencurigakan?"
"Saya bertemu Hasanah saat ke pasar, sempat menyapa dan basa-basi. Tapi berdasarkan riwayat interaksi, Hasanah lebih suka bergosip dengan ART komplek yang sudah lebih lama akrab dengannya."
Tama mengangguk. "Mungkin dia akan lebih suka kalau kamu juga punya gosip tertentu tentang majikanmu."
"Saya sudah menyiapkan beberapa narasi untuk gosip itu. Apa Bapak mau mendiskusikan itu sekarang, atau apa Bapak mau ketemu Ibu dulu?"
"Sekarang aja. Kita bisa duduk di ruang depan." Tama ingat Bening bilang dia tak suka ada orang di sekitarnya saat berenang. "Apa aja narasi yang kamu siapkan?"
"Opsi pertama, gosip bahwa Bapak dan Ibu sebenarnya suka bertengkar karena masalah Bapak sempat kecanduan judi di masa lalu, jadi Ibu agak sensi kalau Bapak pulang kemaleman atau membeli barang yang nggak perlu." Ucapan itu menerbitkan tawa dari Tama. "Opsi kedua, Bapak sebenernya suka sensi pas Ibu dekat sama lelaki, karena dulu Ibu pernah ketahuan chatting mesra dengan lelaki lain." Lagi, Tama tertawa. "Opsi ketiga, Bapak sama Ibu sebenarnya jarang berhubungan intim karena Ibu nggak suka dengan Bapak yang cuma memikirkan kepuasan sendiri."
Yang terakhir itu membuat Tama menaikkan kedua alis. "Kamu pikir saya bakal seegois itu?"
"Bukan saya, Pak. Ini kan cuma narasi palsu untuk gosip, biar Hasanah tertarik dan membagi informasi soal keadaan di rumah Leoni kepada saya." Mia terdiam. "Apa perlu saya menambahkan bahwa Bapak juga mengalami ejakulasi dini?"
"Nggak." Meski ini hanya narasi palsu, tak ada pria yang ingin digosipkan karena dirinya mengecewakan istri akibat ejakulasi dini. "Cukup yang tadi aja. Pilih opsi pertama. Jangan opsi kedua, itu bikin image Bening tercemar, dan itu pasti nggak akan terdengar bagus untuk Leoni. Opsi ketiga bisa dipilih juga kalau opsi pertama kurang menarik minat bergosip Hasanah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergenggam dalam Nyaris | ✓
RomanceGautama Farhandi adalah pengacara untuk organisasi bisnis pasar gelap bernama "Balwana". Suatu hari, dia menemukan wanita korban sex trafficking musuhnya. Para korban penyekapan yang lain berkata bahwa dialah yang paling lama disekap. Kata mereka, n...