10 || and, she took his hands

4.8K 785 91
                                    

| 10 |

and, she took his hands



PELATIHAN UNTUK BENING dilangsungkan pada pekan setelah dia bertemu Tama. Bening akan berlatih setiap hari kerja di markas Balwana.

Sehari setelah pertemuan dengan Tama, Bening dikirimkan data berisi detail Operasi Perumahan Swarga Elok. Selama latihan spionase dua bulan ini, Bening berhasil mengikuti ajaran dengan baik. Banyak yang harus dia pelajari, tapi jika mengingat nominal gaji bulanan yang dia dapat dari operasi ini, Bening tak akan komplain.

Sejauh ini belum ada kendala berat. Dia berlatih di markas Balwana dan terkadang berjumpa dengan beberapa Letnan. Dia belum bertemu Tama lagi. Sejauh ini, mereka hanya berkomunikasi lewat Anika dan lewat orang-orang yang melatihnya spionase. Namun pada suatu hari, seusai latihan spionase di markas Balwana, dia diminta menemui Tama di ruang rapat.

Setibanya di sana, Bening menemukan Rendra, Rushia, Omar, dan Tama dalam sebuah ruang rapat. Ketiga Letnan itu sedang duduk dan tersenyum kepadanya, sedangkan Tama berdiri di tengah ruangan, terlihat masih sibuk dengan laptop dan hanya mempersilakannya duduk. Bening memilih untuk duduk di samping Rushia karena merasa lebih akrab dengan perempuan itu.

"Bening, gimana kabarnya?" tanya Rushia dengan santai. Mereka memang sudah tak bertemu selama dua minggu, sebab Rushia harus menjalani dinas kerja. "Latihannya terlalu berat, nggak?"

"Ah, kabarku baik. Kalau untuk latihannya ... yah, lumayan berat di awal-awal. Terutama buat latihan fisik. Tapi aku masih bisa menjalani, dan lama-lama terbiasa kok."

"Kalau ada pelatih yang usil ke kamu, kasih tahu aja, ya," Rushia menegaskan. "Eh, selain latihan fisik, emang kamu latihan apa lagi?"

"Ada latihan akting, kan?" Omar mengimbuhi, tertarik dengan obrolan kedua wanita dalam ruangan.

"Iya, ada latihan akting," jawab Bening. "Selain itu, ada latihan buat penggunaan alat-alat komunikasi kalian, latihan menembak, latihan tata krama dan berpakaian, sama latihan P3K."

"Pasti berat, ya. Mana waktunya dipadatkan cuma dua bulan," ujar Rushia, lalu dia mengelus pundak Bening. "Jangan lupa tidur cukup sama jaga pola makan, biar nggak sakit."

"Eh, berarti bakal ada sesi adu akting antara Mbak Bening sama Mas Tama dong, ya?" tanya Rendra sambil mengelus dagu. "Kan, buat menguji chemistry sebagai pasutri. Iya, nggak?"

"Hmmm, mungkin iya," jawab Bening, tak yakin. Tak ada pemberitahuan bahwa dia akan disuruh beradu akting dengan Tama untuk menguatkan chemistry sebagai pasutri, walau ucapan Rendra ada benarnya juga. Supaya meyakinkan, bukankah lebih baik ada latihan?

"Gimana, Mas Tama? Bakal ada pengujian begitu, nggak?" tanya Rendra.

Tama melirik Rendra sekilas dari laptopnya. "Ada, tapi kamu nggak diajak."

"Anjir, kan gue cuma mau nonton."

"Gue juga mau nonton, Mas," tambah Omar. "Nonton doang, kok. Bakal diem gue."

"Teman-temanmu mungkin nggak akan bisa diam," balas Tama.

"Kalau gitu yang keseringan berisik nggak usah diajak."

"Gue diem lho!" seru Rendra. "Bisa diem gue, serius! Lo pada apa kagak pernah lihat gue kerja? Diem itu gue kalau kerja!"

"Ah elah, Ndra. Ini lo protes dengan ribut gini aja justru nunjukkin lo nggak bisa diem kalau mau protes," balas Rushia sambil menopang dagu dan menghela napas.

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang