#8 Wajah Manusia

261 53 0
                                    


Tidak banyak yang bisa dilakukan lagi selain tidur. Ranjang kayu berderit pelan saat punggung Adam menimpanya. Ditariknya selimut hingga menutupi dada. Hawa beranjak dingin. Bunyi air serta tubuh yang terayun-ayun membuat kelopak mata semakin jatuh. Lampu minyak di atas meja menari-nari diembus angin yang menerobos sela-sela papan.

Sreeet....

Selimut Adam bergerak turun. Sesuatu menariknya dari kolong ranjang hingga luruh ke bawah.

Dengung serangga penghisap darah bak musik orkestra, pengiring dengkur halus yang lolos dari mulut setengah terbuka. Lelaki muda itu telah tertidur dalam. Dia lupa pada pesan Hanah untuk mengurai kain kelambu sebelum tidur. Alhasil sepasukan nyamuk kini berpesta pora hinggap ke atas kulitnya.

"Nadin...." Mulailah dia mengigau, menyebut nama sang mantan.

"Tega kamu, Nadin....," racaunya lagi, dengan suara parau.

Di langit-langit kamar, seekor nyamuk jantan sedang tebar pesona. Abai akan keselamatan, tubuh mungil itu bermanuver ria, kemudian menukik tajam dengan kecepatan luar biasa.

Ngiuuung....

"Hoek!" Adam tersedak bangun. Nyamuk pejuang cinta ternyata gagal bermanuver.

"Fuih! Fuih!" Sontak dia meludah. Berusaha mengeluarkan tubuh nyamuk yang terasa mengganjal tenggorokan.

Usai meludah, spontan tangan lanjut menggaruki bentol-bentol pada kulitnya. Baru terasa gatal oleh gigitan nyamuk. Sambil meringis mata berpendar memandangi ratusan serangga kecil yang terbang bebas di atas kepala.

"Kenyang malam ini kalian, heh?" rutuknya gemas, kedua tangan menepuki nyamuk yang lewat di depan wajah.

Plak! Plak!

Tubuh-tubuh nyamuk remuk di antara telapak tangan Adam.

Puas membalaskan dendam kesumat, dia bangkit dari tempat tidur. Meraih lampu di atas meja, lalu berjalan membuka pintu kamar. Melewati ruang kelas yang sepi. Membuka pintu yang  ada di sudut kanan.

Wuuussh....

Angin dingin dari luar menyergap tubuh Adam.

Suasana malam di luar begitu nyenyat. Kabut tipis menggulung pekat kegelapan, sepanjang anak sungai. Nyala kecil tubuh kunang-kunang melayang pelan, bertebaran di antara hitam pepohonan.

Kadung kebelet buang air kecil, Adam mempercepat laju kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Bunyi air yang mengucur terdengar sampai ke luar. 

Burung hantu memekik dari kejauhan, saat dia melangkah kembali melewati selasar, ditemani pendar cahaya lampu minyak yang redup tertiup angin.

Brakk!

Daun pintu di hadapannya tiba-tiba terbanting keras bersamaan tiupan angin kencang. Tubuh lelaki itu sontak terkesiap.

Syuuuhh....

Sesuatu melintas cepat di belakang Adam. Bayangannya memantul pada dinding di hadapan.

Spontan Adam memutar tubuh. Menyoroti sekitar dengan cahaya lampu. Namun, yang tampak hanya kegelapan.

"Kelelawar?" gumam Adam, menebak-nebak.

Gegas dia melangkah masuk, lalu mengunci pintu itu tergesa. Dalam kamar,  Adam sadar telah kehilangan selimut. Tubuhnya lalu jongkok, mencari-cari ke bawah kolong tempat tidur. Selimut terbuat dari kain perca dengan berbagai motif itu teronggok di sana.

Sesaat kemudian Adam sibuk mengibas-ngibaskan selimut ke udara, menghalau nyamuk hingga terbang berhamburan menyelamatkan diri.

"Modar kalian semua! Ganggu orang tidur saja!" sengitnya.

KABUT MERAYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang