Dengan napas tersengal disibak Adam semak-semak yang mungkin jadi tempatnya bersembunyi.
"Ke mana dia lari? Asu, semua bekalku digondol!" rutuknya kesal. Gagal sudah acara makan siang yang nikmat.
Manik hitam Adam berpendar pada sawah berair yang membatasi kebun pisang. Barisan batang padi tak bergeming. Tidak tampak bekas dilewati orang. Jikapun lari ke sawah yang terbuka luas, pasti si pencuri cebol itu masih bisa terlihat. Sepertinya dia masih ada di sekitar sini. Tapi, di mana?
Pemuda itu melangkah pelan di antara pohon pisang, sepatu berlapis lumpur lalu menyepak-nyepak gumpalan rumput yang mencurigakan.
Krasakk!
Gemerasak rumpun tebal serai, di sudut kebun sana. Batang-batang yang bertumpuk membentuk bulatan besar tampak bergoyang. Pasti ada makhluk hidup di dalamnya.
"Hmm...." Adam menyeringai. 'Ternyata dia di situ, batinnya.
Berjingkat-jingkat dalam senyap, Adam mendekati sasaran.
"Aku tahu kamu ada di mana! Kembalikan barang yang bukan hakmu atau mau dibikin bonyok?!" ancamnya dalam jarak tinggal selangkah.
Krasak! Krasak!
Rumpun serai bergoyang-goyang lagi.
Kesepuluh jari Adam terkembang, membuat ancang-ancang, sebelum kemudian mengageti si pencuri."Kena kau!" ledaknya.
"Ssshh!" Sesuatu yang tersembunyi di balik daun-daun serai nyaris menyambar tangan Adam.
Seekor biawak berukuran besar mengangkat kepalanya dengan murka. Mata hewan melata itu berkilat-kilat merasa terganggu. Lidah bercabang menjulur mengeluarkan suara mendesis. "Sssshh...."
"Huwaaahh!!!" Adam menjerit kaget, sampai terjengkang. Jatuh dia ke tanah becek, dengan kedua tangan menyangga tubuh.
Tak butuh mantra-mantra selain segera menghindar dari reptil itu. Terbirit Adam lari kembali ke warung sambil mulutnya mengumpat. Biawak yang marah terus mengejar di belakangnya.
Sejurus kemudian motor dinas GL100 itu sudah terseok-seok lagi, merayapi jalan bergelombang penuh kubangan.
Kian ke sini kondisi jalan yang dilalui kian parah. Layaknya sebuah medan off-road berlumpur yang siap menantang adrenalin.Beberapa kali ban motor terjebak ke dalam lumpur. Beberapa kali pula dia harus turun, berjuang sendirian membebaskannya. Tak ada warga setempat yang bisa dimintai tolong. Tidak terlihat lagi rumah penduduk. Sekeliling hanya berupa hutan rawa. Hampir Adam tidak percaya, dia akan menemukan peradaban manusia di sudut sana.
Perut lapar, tenaga terkuras banyak hingga tubuh basah oleh keringat. Pakaian bermandikan lumpur merah, diperparah dengan situasi hati yang gundah gulana. Kesempatan besar bagi lelaki muda itu untuk meledakkan semua rasa sakit. Kedua tangannya mengepal kuat, mendongak, menatap kesal pada langit di atas kepala.
"Aaaaarghh!!!"
"Aaaaaarghh!!!"
"Aaaaaarghh!!!"
Puas dia berteriak keras, hingga urat-urat leher meregang.
Lepas. Selepas-lepasnya.
****
Brumm... brumm....
Mesin motor kembali menderum, terseok-seok menggilas tanah becek yang sulit disebut sebagai jalanan, tetapi lebih pantas dikatakan kubangan yang sangat panjang.
Anak manusia itu mulai berdamai dengan keadaan. Terlihat lebih tenang. Terdengar suaranya sedang bersiul-siul sambil memainkan gas motor. Adam sedang berusaha menikmati pemandangan rawa-rawa sepanjang sisi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABUT MERAYU
Misteri / ThrillerRibuan mil rela ditempuh demi sebuah panggilan tugas.