Muzan Gak Perjaka?

125 13 7
                                    

Mentari sudah muncul tapi gak keliatan. Soalnya mendung, tertutup pesona Paduka Mujan Surijan atau biasa disingkat jadi PMS.

Di waktu yang mepet jam kuli (masuk kerja), bos besar itu masih menatap cermin besar sambil berpose. Iya. Kayak h*m*.

"Wuiiih telat!!!.... bodoamat wkwkkwk kan gua bosnya." Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke cermin.

Pria dengan setelan hitam putih itu mulai moonwalk dan membawa berkas seperti orang ngelamar kerja.

Tanpa sarapan, ia masuk ke mobil dan tancap gas ke kantor. Memiliki misi untuk membuat Mizuki cemburu karena kedekatannya dengan sekretaris baru.

"Semakin menghindar, semakin dikejar ...ngueeeng!!!"

Muzan percaya dengan quotes yang ia lihat di majalah. Bukan. Bukan majalah bobo.
.
.
.

"Pagi.." dengan gaya sok cool ia berjalan menuju ruangannya.

"Pagi booooooos~~~" Douma menyapa dengan wajah penjilat menginginkan penalti potong gajinya di stop agar dia bisa makan nasi padang di tanggal tua.

"Penalti kamu masih lanjut sampe tiga bulan kedepan." Ucap muzan.

"Astaghfirullah!!!!" Douma hampir kena serangan jantung.

"Pagi." Mizuki menyapa bosnya dengan singkat, padat, jelas, cepat, anggunly, dan no basa-basi.

"Dag Dig Dug DUAR! ngueeeeeeeeeeng!!" Suara jantung Muzan.

"Permataku (azeek).. betapa cantiknya kamu pagi ini." Suara hati Muzan yang meletup-letup.

"Pagi boooos~~" Nada yang persis seperti Douma. Cuma ini si pikmi.

"Ah Daki, hari ini kamu keliatan cantik." Ucap Sang Bos Besar.

"Ah bos bisa ajaa~~~" Daki menepuk manjahh bahu Muzan.

Muzan melirik Mizuki. Gadis itu sibuk dengan tugas menggunung di mejanya. Sama sekali tidak melirik ke arah Muzan.

"Laaaah.. woy!" Lagi-lagi suara hati Muzan mengamuk.

Pada akhirnya Muzan masuk ke ruangannya. Sementara Mizuki sibuk dengan kerjaannya. Ia harus segera selesai sebelum mengajari Daki.

"Daki, sebentar yaa.. aku sedikit kewalahan." Ucap Mizuki.

"Iya gapapa kok.. atau mau ku bantu?" Tanya Daki.

"Eh? Kamu udah tau caranya kah?" Tanya Mizuki.

"Belum eheh.. sekalian belajar aja.." Daki menyentuh lembaran kertas.

"Gak susah kok.. sini tarik kursinya, jangan berdiri terus."

Mereka berdua bekerja dengan giat sampai jam istirahat tengah hari. Tak disangka dua orang itu malah jadi teman baik dalam waktu singkat.

Dua-duanya cantik indah menawan. Mizuki yang memiliki wajah imut seperti kelinci dan Daki yang memiliki wajah wanita dewasa.

Hanya saja Mizuki jauh lebih galak dan tegas daripada Daki. Keduanya dijuluki "pawang buaya".

Kedua wanita itu bersantai dan bergosip di kantin.

"Mizuki, menurut kamu Bos Muzan itu orangnya gimana?" Tanya Daki sambil menopang dagunya.

"Kenapa? Kamu suka?" Mizuki menyeruput tehnya.

"Kayaknya iyaa~"

"OHOKKK!!!" Mizuki tersedak.

"Eh eh eh eh copot!!!" Daki kewalahan bantu Mizuki mengelap air tumpah di meja.

"Kamu uhuk! Yakin??" Mizuki bertanya.

"Iya, cool, berkarisma, tatapannya itu lho..mematikann!!! Tapi tapi.. yang paling aku sukaa .. kayaknya dia masih perjaka deh.. hihihi!" Daki menutup wajahnya karena malu.

"Hah? Muzan? Perjaka? Yakin?"

"Emang enggak ya??? Ada cerita aneh kah? Ah tapi kalau ngga lihat langsung, aku ga percaya!!"

"Hah? Maksudnya liat langsung apaan njir!" Mizuki terdiam.
.
.
.
Jam kerja dimulai lagi. Mizuki dan Daki pergi ke ruangan Muzan untuk menyerahkan dokumen.

"Permisi bos." Daki dan Mizuki masuk.

"Oh kalian hoek! Udah selesai dokumennya? Hoek!" Muzan mual karena ngga sarapan.

"Bos.. kenapa?" Tanya Daki.

"Maaf.. sebentar!!!" Muzan lari terbirit-birit ke toilet di dalam ruangannya.

"HOEEEEEEEK! HOEEEEEEEEK! UHUK UHUK! HOEEEEEK! NGUEEENG!!!" Iya. Muzan kena maag.

Daki dan Mizuki memandang satu sama lain.

"Gak habis fikri! Diluar nayla! Kyaaaaa! BOS MUZAN UDAH GAK PERJAKAA!!!!" Malapetaka bagi Daki. Karena, Daki takut pria yang sudah tidak perjaka. Dan suara Daki terdengar ke seluruh penjuru kantor.

"Kan.. kubilang juga apa.." Mizuki hanya bisa menggelengkan kepalanya.

The Sengklek NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang