Pindahan

706 95 16
                                    

Pagi yang cerah. Sinar matahari memaksa masuk melewati jendela kamar seorang gadis.

"KRRIIIING!!!!" Suara jam weker yang membuat gendang telinga bergoyang dangdut pun berbunyi.

"BRAAAK!!" Pintu terbuka dengan paksa.

"KAKAAAAK!!! Matiin dong jam nya! Berisik nih.. Masa sampe kamar aku bunyi nya." seorang bocah laki-laki berambut hitam menjewer telinga kakak perempuannya yang masih tertidur.

"KAK MIZUKI! BANGUN!!"

"Aaaadawww!! Iya iya iyaa...." gadis bernama Mizuki itu membuka matanya. Ia mengelus telinganya karena sakit.

"Mandi sono! Hari ini mama, aku, sama papa mau berangkat ke Aussie.. Lu gaikut.. Ingat itu!" Adik Mizuki yang bernama Haru itu melempar sebuah handuk ke wajah Mizuki.

Mizuki segera membersihkan tubuhnya dan berpakaian. Ia menghampiri orangtua dan adiknya yang tengah membawa beberapa koper.

"Mizuki, jangan lupa kamu pindah ke rumah kita yang satu lagi ya. Mama baru buka kost rumahan gitu disana. Mama mau kamu awasin orang-orang yang ngekost, oke?" Seorang wanita mengelus kepala Mizuki.

"Iya ma.." Mizuki sebal. Ia kesal tidak diajak keluar negeri karena pekerjaannya. Ia hanya bisa menghela napas saat adiknya meledeknya habis-habisan.

"Yaelah, masih bagus kehidupan pas masih jadi Pilar Bulan." batin Mizuki.

"Kalo ngga salah, udah ada satu orang yang tinggal disana. Lantai satu buat orang-orang yang ngekost, lantai dua itu kamarmu ya.. Semua fasilitas sudah mama siapin." wanita itu memberikan koper kepada pelayannya.

"Mizuki, ini orang yang bakal bantu kamu pindahan.." Ayah Mizuki memperkenalkan seseorang.

Pria tinggi berbadan bagus dengan rambut merah muda berdiri tegap.

"HAH?! ELO?!" Mizuki yang masih memiliki ingatan masalalu pun langsung mengenali Akaza.

"LU?! Sial! Pilar Bulan!!!" Akaza ternyata juga mengingat Mizuki.

"Iblis bangs*t!!!" Mizuki mulai tersulut emosi.

"Waah~ udah saling kenal ya?" Ayah Mizuki memperlihatkan senyuman hangat.

"Sepertinya hubungan kalian baik.." begitupula dengan ibu Mizuki.

"HAH? HUBUNGAN BAIK? GILA KALI.." batin Akaza.

"Hubungan baik sama syaiton g*y satu ini?! GAK AKAN PERNAH DAN GAK AKAN SUDI!" Mizuki mengumpat didalam hati.

"Udah ya, kami berangkat dulu.. Bye kakak!" Haru masuk ke mobil diikuti kedua orangtua Mizuki.

Mobil mulai melaju meninggalkan rumah dan menuju bandara. Sementara Mizuki sibuk memaki Akaza di otaknya.

"Mana yang mau di bawa buat pindahan?" tanya Akaza dengan wajah sedikit kesal.

"Pindahannya masi besok asw.. Sabar ngape.. Baru juga dikasih tau tadi kalo disuruh pindah.." Mizuki mengepalkan tangannya.

"Yauda si, gua gatau.." jawab Akaza ketus.

"Dah syuh syuh.. Besok aja balik lagi.." Mizuki masuk ke rumahnya.

"SIALAN LO HASHIRA!"
.
.
.
Malam pun tiba..

Mizuki sibuk berkutat dengan laptopnya. Padahal hari ini Hari Sabtu, tapi gadis itu disibukkan dengan deadline keji dari managernya.

"DEADLINE SATU JAM LAGI! KIRIM KE SAYA SECEPATNYA!" suara memuakkan berasal dari gadget Mizuki.

"Astaga!!!!!" Mizuki mempercepat kerjanya.

"Bisa-bisanya kerja dapet atasan si Muzan.. Ga berperasaan.. Fix sifat iblisnya masih nempel!" muncul urat-urat kekesalan di kepala Mizuki.

"JAWAB! MIZUKI!" Muzan yang masih tersambung di telepon pun berteriak lagi.

"Iya boss iya.." Mizuki kewalahan.

"Bagus.. Saya tunggu.. Piiip" telepon Muzan terputus.

Menit demi menit telah dilewati. Jari jemari Mizuki terasa kram. Ia ingin mengutuk Muzan karena kekejamannya. Entah kekejaman masa lalu atau masa kini.

Deadline berhasil di selesaikan. Mizuki segera mengirim itu pada atasannya, Muzan.

Setelah beberapa menit...

"Good job!" Mizuki membaca email dari Muzan. Gadis itu akhirnya bisa menghela napas.

"Triiing... Triiiing.." gadget Mizuki berbunyi.

"Siapa si yang nelpon malem-malem?" Mizuki jengkel.

Mizuki melihat layar gadgetnya. Terlihat tulisan "Douma si Bejad". Mizuki menjawab telepon dari Douma.

Mizuki : Kenapa? Ada masalah kerjaan?

Douma : Nggak kok~ Aku sama Muzan tau kerjamu bagus.. Jadi ngga mungkin ada kesalahan.

Mizuki : Terus? Ngapain nelpon?

Douma : Masa ngga boleh nelpon calon pacar sendiri.. Heheh

Mizuki : Gausa ngadi-ngadi..

Douma : Gini, Hari Senin habis kerja kita makan malem yuk! Sekalian ku kenalin ke orangt--- *piiiiiiip*

Telepon terputua di tengah-tengah percakapan. Sepertinya pulsa Douma habis.

Mizuki tidak ambil pusing karena hal itu. Gadis itu membereskan beberapa barang untuk berpindah besok.

"Nona, pakaiannya mau dibawa semua?" tanya salah seorang pelayan.

"Iya.. Tolong ya.. Saya mau beres-beres dokumen yang harus saya bawa.." ucap Mizuki dengan senyuman.
.
.
.
Pagi hari pun tiba.

"Yang bener ngangkatnya.. Itu koleksi limited edition!"

"Iya bct.. Diem aja bisa ga si!"

Begitulah kegaduhan antara Mizuki dan Akaza. Mizuki agak tersenyum meledek karena senang Akaza menjadi bawahannya.

"Gila.. Mau aja mantan iblis berkuasa disuruh jadi kuli pindahan.." ucap Mizuki sambil melipat tangannya.

"Berisik lu! Kalau bukan karena tabungan nikahan buat nikahin Koyuki, gua juga gamau!" Akaza sibuk mengangkut beberapa barang ke truk.

"Oh.. Udah ngga ngeg*y sama Douma?"

"GUA NORMAL DARI DULU!!!" Akaza emosi.

"Heh heh heh.. Gaboleh bentak atasan.. Saya potong bayaran kamu.. Tau rasa kau gabisa nikah!" ancam Mizuki.

"Yauda.. Iya maap!"

Akhirnya semua barang-barang Mizuki sudah masuk ke truk. Mizuki dan Akaza berangkat ke rumah kedua keluarga Watanabe yang katanya sangat besar.

Karena rumahnya kebesaran, Nyonya Watanabe alias ibu dari Mizuki, menjadikannya kost-kostan dengan empat kamar di lantai bawah.

Sementara lantai atas yang juga luas, merupakan kamar Mizuki dan fasilitas pribadi untuk Mizuki.
.
.
.
.
.
Mizuki sampai di rumah keduanya.

"Katanya udah ada yang ngekost disini kan? Siapa ya?" Mizuki memutuskan untuk menyapa orang yang sudah menempati kamar kost dilantai satu.

"Lho... Mizuki-San!!!!

.
.
.
.
.
.
.
Nahloh siapa tu...

Next?



The Sengklek NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang