Senyuman

579 75 3
                                    

Seorang gadis dengan cekatan membersihkan piring-piring kotor setelah makan siang.

Ia agak merasa aneh karena Sanemi memeluknya dari belakang.

"S-sanemi.. Aku lagi nyuci piring ini.." Mizuki gugup.

"Gamau lepas!"

"Hadeehh.." Mizuki mengeringkan tangannya. Pekerjaannya sudah selesai.

"Bagaimana battle rankednya?" tanya Mizuki.

"Biarin.. Aku mau pelukan seharian penuh." Sanemi mempererat pelukannya.

"Uwu uwu annya udahan dulu dong.. Disini jomblo semua nih.." Zenitsu menatap Mizuki dan Sanemi.

"Kasian.. Makannya cepet dapet pacar!" ledek Sanemi.

"Bodoamat sama pacar, bisa makan dua bakul udah alhamdulillah.." ucap Inosuke.

Sanemi memeluk Mizuki hingga malam hari. Sampai akhirnya ia kembali ke rumah.
.
.
.
Mentari senin pagi pun terbit. Mizuki yang sudah rapi dengan berat hati melangkahkan kakinya keluar rumah.

Gadis itu menuju kantor dengan mobilnya.

"Lima hari bagai di neraka.. Semangat!" Mizuki berusaha untuk menyemangati dirinya.

Gadis itu sampai dan melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan.

"Good morning my lovely honey sweety Mizuki!!!" Douma menyambut Mizuki. Gadis itu hanya menatap Douma sebentar lalu melanjutkan langkahnya.

"Mizukiiii.... Nanti dinner bareng yuk... Maaf ya kemarin telponnya putus.. Aku belum beli pulsa.." Douma menempel pada Mizuki.

"Tidak.." Mizuki menolak ajakan Douma.

"Kenapaaaa?!!!" Douma sedih.

"Tidak tau.. Hanya tidak mau saja.." Mizuki menyalakan laptopnya dan mulai mengerjakan tumpukan berkas.

"Huaaa jahatnya.. Oiya.. Boss Muzan mau ketemu kamu jam makan siang nanti.." ucap Douma.

"O ya? ..makasi infonya.." Mizuki datar.

"Mizukiiii~" Douma menarik lengan kemeja Mizuki.

"Apa lagi iblis biadab?.." Mizuki menoleh ke arah Douma dengan tatapan malas.

"Pleaseeeee! Ayo din-"

"Gak!" Mizuki tetap menolak ajakan Douma untuk makan malam bersama.

Dengan sedih, Douma duduk dimejanya dan mulai mengerjakan tugas-tugasnya.
.
.
.
Jam makan siang pun tiba. Mizuki memasuki ruangan Muzan dengan wajah kusut.

"Maaf aku mengganggu jam makan siangmu, Mizuki." ucap Muzan.

Mizuki hanya terdiam.

"Saya sudah menyelesaikan semua dokumen yang diberikan. Apa ada kesalahan?" tanya Mizuki.

"Tidak.." jawab Muzan singkat.

Mizuki kebingungan. Jika pekerjaannya baik-baik saja, untuk apa ia dipanggil ke ruangan Muzan?

"Baiklah, jika tidak ada yg salah.. Saya akan melanjutkan pekerjaan saya yang la-"

"Aku belum menyuruhmu untuk keluar ruangan." potong Muzan.

"Maaf?" Mizuki menaikan alisnya.

Muzan beranjak dari duduknya dan mendekati Mizuki. Mizuki merasa ada yang aneh dengan Muzan hari ini. Gadis itu mundur selangkah demi selangkah seiring dengan Muzan yang semakin mendekat.

"Dug!" punggung Mizuki mengenai pintu. Gadis itu sudah tidak dapat mundur lagi.

Tangan Muzan sekarang berada di samping telinga Mizuki. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Mizuki mengalihkan pandangan.

Muzan mendekatkan wajahnya pada Mizuki.

"Ayo kita makan siang bersama, ini bukan permohonan.." bisik Muzan.

"Kan bener.. Hari ini iblis satu ini aneh.. Apa karena hari senin ya?" batin Mizuki.

Dengan berat hati, Mizuki menuruti perintah Muzan untuk makan siang bersama. Mereka pergi ke salah satu resto steak baru di dekat kantor.
.
.
.

"Nyam~" Mizuki melahap sepotong demi sepotong daging steak itu.

"Rasa steaknya lumayan, tapi... Aku tidak bisa fokus makan.. Kenapa orang gila ini menatapku?!" batin Mizuki.

Muzan menatap Mizuki lekat tanpa senyuman. Mizuki yang tidak nyaman kembali berusaha fokus pada steaknya.

"Apa anda ingin tambah wine?" tanya seorang pelayan wanita pada Muzan.

"Tentu.."

Wanita itu menuangkan wine tambahan pada gelas Muzan.

Pandangan Mizuki beralih pada pelayan wanita itu. Wajahnya sangat familiar untuk Mizuki.

"H-hinatsuru?" ucap Mizuki perlahan.

"Mizuki?! Benar Mizuki ya?!" wanita itu menggenggam tangan Mizuki.

Mizuki mengangguk tanda senang.

"Aku pikir hanya mirip.. Ternyata benar Mizuki! Aku rindu padamu.." mereka berdua berpelukan.

"Ekhem.." Muzan bersuara.

"Ah! Astaga.. Karena terlalu senang aku lupa kalau aku sedang bekerja.. Maaf Mizuki.." Hinatsuru malu.

"Tidak masalah.. Dimana Uzui, Makio dan Suma?" tanya Mizuki.

"Itu..." Hinatsuru menunjuk dua wanita.

"Kalau Tengen-San, dia pemilik resto ini." lanjutnya.

"Waaah benarkah??? Luar biasa.. Makio dan Suma juga semangat sekali.." Mizuki tersenyum.

"Mau aku panggilkan?" tanya Hinatsuru.

"Tidak.. Jangan.. Kita bertemu diluar jam kerja saja lain kali.." ucap Mizuki.

"Baiklah.. Aku akan melanjutkan pekerjaanku.. Sampai jumpa Mizuki." Hinatsuru membawa wine kembali ke dapur.

Mizuki senang bisa bertemu mereka. Walau ia tidak bertemu dengan Uzui. Mizuki cukup merindukan temannya yang satu itu.

Senyuman Mizuki merekah selama perjalanan kembali ke kantor. Muzan pun beberapa kali mencuri pandang untuk melihat senyuman Mizuki.

The Sengklek NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang