Chapture 5

4 0 0
                                    

"Jadi, kau punya dua pilihan, Phee, mati atau menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, kau punya dua pilihan, Phee, mati atau menghilang." Tony melanjutkan. "Kumohon, pikirkan pilihan yang kedua, aku tak ingin ada di sana jika Sang Peramal memilih yang pertama untukmu." Tony menghapuskan jarak di antara kami dan meletakkan tangannya yang cacat ke pipiku, jari-jari menekuk ke telapak tangannya. "Kau pantas mendapatkan yang lebih baik daripada ini. Dan jangan ceritakan kepadanya apa yang baru saja kau ceritakan kepadaku."

"Dia akan tahu. Dia selalu tahu." Itu yang selalu menjadi alasan dia mengatur kami. Sang Peramal bisa mengendus dusta dari jarak seratus langkah. Kekuatannya sangat kuat. Dia bisa menyalakan dan mematikan mesin apa pun dengan otaknya, memanipulasi listrik dan memasuki pikiran, membalikkan niat orang untuk membuatnya melakukan hal yang dia mau, bahkan sampai bunuh diri jika itu keinginan sang Peramal.

Mitch mungkin menggali kuburannya sendiri, lalu melemparkan dirinya ke dalamn lubang yang telah dia gali atas perintah Sang Peramal. Pemimpin kami juga bisa membaca karakter orang lain dengan baik, mengetahui pikiran orang yang tak setia bahkan sebelum mereka punya peluang untuk mengakuinya. Kami punya alasan sendiri atas kemauan kami melayaninya, itu semua karena kekuatannya dan juga untuk bisa bertahan hidup.

Tony menurunkan tangan. "Dia hanya akan memeriksa kalau dia tak percaya. Jadi, buatlah ceritamu meyakinkan. Kuatkan perisaimu."

"Aku belum pernah bisa memasang perisai kepadanya." Aku selalu ketakutan untuk mencoba sesuatu yang begitu menantang.

"Dia menyukaimu (dalam artian karena kekuatannya yang berguna), dia tidak akan mencari kesalahan jika kau tidak menunjukkannya. Kau butuh cerita lain." Tony menggosok keningnya. "Aku tahu, bagaimana kalau kau bilang karya wisata itu dibatalkan? Lalu kau menyembunyikan lukamu, kau bisa mengaku ada perubahan rencana. Aku akan bicara dengan Sean dia ada di tempat keamanan hari ini, dia pasti tidak akan mengatakan apa-apa kalau kau melakukannya besok." Sean orang dalam kami, bekerja sebagai penjaga keamanan di stadion Olimpiade.

"Jadi, apa kerjaku sepanjang hari?" Tony mondar-mandir di ruang sempit yang menjadi kamarnya itu. "Kau... kau mencari targetmu ketika mereka tidak datang itu semacam konferensi, kan, di Queen Mary College?"

Notes: universitas multi-fakultas kelas dunia dengan kampus perumahan modern. Salah satu perguruan tinggi terbesar di Universitas London, dan anggota Russel Group yang bergengsi.

Aku mengangguk.

"Dan kau cari tahu kapan membidik mereka besok untuk mendapatkan barang yang senilai dengan IPhone dan ipad, buat Sang Peramal meneteskan air liur ketika membayangkan laptop, mata uang asing, dan ponsel. Dia akan memberimu satu hari untuk membuktikan diri."

Aku mengusap lengan atasku di atas luka bakar. Kulitku merinding. "Tapi dia ingin aku mencopet target tertentu dan orang itu melihatku. Membidik orang yang sama dua kali itu mencari masalah namanya."

"Yah, kau harus melakukan sesuatu tentang itu juga." Tony sudah tidak lagi memandangku, dia memandang dinding retak di atas kepalaku.

"Apa maksudmu, 'melakukan sesuatu?" Tanyaku

SAVANT 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang