Chapture 7

2 0 0
                                    

Unicorn mengangkat bahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Unicorn mengangkat bahu. "Terserah. Katakan alasanmu kepadanya, bukan kepada kami."

Dragon menahan Unicorn sesaat. "Tapi ini Phee yang sedang kita bicarakan. Bagaimana kalau dia membuat Phee menghukum diri sendiri?"

Aku terheran-heran karena Dragon iba kepadaku. Memang kami dibesarkan bersama, tetapi itu membuat kami ibarat kepiting di dalam karung, saling mencapit, bukan sekutu.

"Bukan masalah kita, kan?" Unicorn menyuruhku berges ke balkon di lantai lima. "Aku tidak yakin dia akan melakukan sejauh itu, tidak kepada Phee. Hubungan darah pasti ada artinya."

Hubungan darah?

"Kau benar." Dragon mendengus lega. "Sejauh ini, dia belum menyingkirkan anak-anaknya." Aku berhenti mendadak dan berputar menghadapi mereka. "Anak-anaknya?"

Aku berhenti begitu mendadak sampai-sampai Unicorn menubrukku, mendorongku ke lantai. Dia terjerembap ke tubuhku, menginjak tanganku. "Jalan, dasar bodoh! Kau memperparah keadaan dengan membuatnya menunggu!"

Aku merapatkan tangan ke dada, sekarang kedua tanganku cedera, tetapi rasa sakitnya diredam syok. "Kau bilang anak-anaknya...." Aku tidak mau bangkit, tidak tanpa jawaban.

"Jangan bilang kau tidak curiga? Sang Peramal tidak mempertahankan anak-anak di dalam Komunitas kecuali dia pikir itu anaknya sendiri."

Oh, Tuhan. "Aku mau muntah." Aku memelintirkan tubuh hingga bertumpu dengan lutut dan tangan, tetapi tidak ada yang keluar selain cairan empedu. Aku belum makan sejak kemarin, jadi perutku kosong.

Dragon meraih punggung baju dan menarikku berdiri. "Jangan begitu, Phee. Dia ayahmu, dan dia yang memberimu talenta itu, jadi seharusnya kau berterima kasih kepadanya."

"Dia bukan ayahku." Ibuku selalu berkata ayahku orang baik yang dia temui saat liburan romantis di Yunani tepat sebelum dia bergabung dengan Komunitas. Lelaki itu jangkung, bermata biru tua sepertiku, dan tampan, laki-laki sempurna, dan bukan seoranh Savant, jadi dia bukan pasangan jiwa ibuku.

Dragon mengguncangku. "Aku tak peduli dia kandungmu atau bukan, tapi aku tidak mau melihatmu menyakiti diri sendiri, jadi berhenti bersikap seperti orang bodoh dan hadapi ini dengan benar. Kau harus menjelaskan semuanya kepada Sang Peramal, bukan mengalami gangguan jiwa di lantai begini."

Kata-katanya kasar, tetapi yang dia ucapkan masuk akal. Apa pun kebenarannya, aku tidak boleh mengangkat apa yang terjadi, memutar balikkan fakta dan mengurus itu nanti, seperti begitu banyak hal lain dalam kehidupan di sini.

"Oke, oke, beri aku waktu sebentar." Aku menarik napas dalam. Gadis yang berpikiran sehat akan mencoba memanfaatkan berita itu dengan sebaik- baiknya, bukan malah kebingungan. "Jadi, kalian ini.... Tahulah.... Apakah kalian... kakak-kakakku?"

Unicorn mendengus. "Kakak tiri. Tapi itu tak lebih dari sekadar kebetulan biologis, jadi jangan terlalu berharap."

"Ya, dan apa kau pernah melihat bagaimana kelakuan bayi burung di dalam sarang?" Dragon menyeringai, memperlihatkan gigi yang tak beraturan. "Kami akan mendorongmu kalau kau menghalangi." Dia menepuk punggungku, membuatku berjalan terhuyung-huyung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAVANT 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang