Di sana daun manis itu berguguran dengan ceria.
Tertawa bersama teman-temannya.
Jatuh lalu terkumpul dan hangus lalu hilang sendirinya.
Sementara rumput di sana berdiri tegak siap untuk dipijak.
Memasang badan lentur dan gagah seperti penjajah.
Rumput di sana siap dengan injakan gajah bahkan jerapah.
Lalu si gadis berambut coklat menari diatas awan, tertidur menghadap bintang-bintang.
Ini bukan tentang daun, rumput atau si gadis.
Ini tentang lukisan di atas menara yang tinggi.
Lukisan yang hanya tampak sang pangeran dan seorang putri.
Samar-samar terlihat banyak orang-orang bahagia di sekeliling, dan yang terkecil hanya terlintas sesekali.
Iya, itu aku. Si kecil figuran.
Di pojok kiri tertutupi pemeran yang lain.
Namun tetap tersenyum bak seorang putri.
Tidak banyak orang yang akan perduli, karna itulah aku si figuran kecil.
Yang selalu menari sendiri.
Aku selalu menggayuh banyak harapan, berdandan mewah agar tampak di lukisan.
Aku tampilkan semua jeri payah, tapi bertahun tahun.
cap merah di dada ini tak hilang juga.
tapi inilah aku, yang selalu terlupakan dibeberapa kesempatan.Syahwi
20, Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
sedih nan senang
Randomhalo, ini cerita baruku. sedikit berbeda dari yang biasa aku bagi ke kalian, tapi semoga sedikit banyaknya puisi-puisi ini bisa mewakili beberapa perasaan. sajak-sajak puisiku tidak seindah itu untuk dinikmati, aku hanya menulis puisi itu agar terob...