Disini aku berdiri dengan kantong mata hitamku.
Itu bukan terlambat tidur tetapi pikiran sialan yang datang tiap malam.
Aku hanya diam dan diam.
Jalanan itu berduri, menginjaknya aku kesakitan.
Kiri dan kanan aku menoleh.
Dan ternyata, ribuan orang ada di sana.
Memerhatikan kaki ku yang berdarah.
Ternyata aku gak sendirian!
Mereka melihat itu, pupil mataku membesar menaruh ribuan harapan
"Tolong" jeritku serak dan berulang-ulang.
Tapi mereka diam, satu jam berlalu mereka juga diam.
Keningku menyerit, ada apa ini? Kulihat mereka dengan seksama.
Lalu satu persatu mulai pergi, sambil berdecih.
Satu persatu membuang muka dan sibuk dengan urusan sendiri.
Lalu satu persatu yang menjadi seribu menghilang dalam waktu kurang dari satu detik.
Aku menjerit lagi, menangis meraung-raung.
Berusaha untuk menahan sakit di kakiku.
Tapi tak ada, kosong. Mereka pergi.
Aku diam, dan berpikir.
"Apa yang salah?"
Aku meringkuk, menangis.
"Salahku di mana?"
"Sudah sejahat apa aku ini?"
Dadaku sesak, nafasku tertarik membuatku kehilangan nafas.
"Tolong, tolong aku" jeritku sebelum mati.syahwi
20 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
sedih nan senang
Casualehalo, ini cerita baruku. sedikit berbeda dari yang biasa aku bagi ke kalian, tapi semoga sedikit banyaknya puisi-puisi ini bisa mewakili beberapa perasaan. sajak-sajak puisiku tidak seindah itu untuk dinikmati, aku hanya menulis puisi itu agar terob...