Chapter 23

58 5 1
                                    

Heiji tersenyum miring mendengar pertanyaan Okita.

"Yah, aku melawanlah. Apa lagi?"

Okita mendecih, tak paham kenapa dengan santainya Heiji malah berkata seperti itu. Organisasi Hitam adalah lawan yang tangguh, dan Heiji mudahnya berkata akan melawan? Sepertinya ia benar-benar sudah gila.

"Apakah kami perlu menjagamu?" tawar Furuya. Gelengan kepala Heiji menjadi jawabannya.

"I can protect myself. Aku tak mau mengajak siapa pun."

Furuya mengangguk saja. Toh, ia juga gak mau repot juga sih jagain Heiji. Tadi ia menawarkan bantuan kan hanya basa-basi saja.

"Baiklah. Kuroba, kau ikut aku bersiap-siap."

"Lah?! Tadi katanya ga mau ngajak siapa-siapa?!" seru Kaito keberatan.

"Cuman bantu siap-siap doang elah. Pelit tenaga amat," ujar Heiji dengan muka flat. Kaito menghela nafas, menghampiri Heiji.

"Dan kalian, bisa keluar dari sini. Anggap rapat sudah selesai. Ada keadaan lebih mendesak."

***

"Kudou, aku sudah membawa Kuroba."

Heiji masuk kedalam gudang mansion. Tampak Shinichi yang sedang berpikir. Begitu mendengar suara Heiji, ia langsung mendongak. Kaito hanya mengerutkan dahi.

"Kukira kita akan keruangannya Shinichi. Kenapa kesini?"

"Aku hanya takut pengkhianat itu memasang alat penyadap di ruang kerjanya Kudou. Jadi aku menganjurkannya kesini."

Kaito yang mendengar perkataan Heiji hanya bisa melongo.

"Apa? Alat penyadap? Pengkhianat itu menaruh alat penyadap di ruangannya Shinichi?"

Kepala Heiji mengangguk. Baru saja Kaito ingin bertanya lagi, dengan sinisnya Heiji memotong,

"Bisa gak sih pertanyaannya di simpan nanti saja? Sekarang aku harus sedikit mendandanimu."

Mulut Kaito menganga. Ia makin tak paham situasi apa yang di hadapinya.

"Kenapa denganku? Kenapa harus di dandani? Bukannya malah harus kau yang aku make-up?" tanya Kaito dengan agak syok. Entahlah, tapi dia mulai paham apa maksud Heiji.

"Aku berbohong biar tidak ketahuan sang pengkhianat. Karena sebenarnya bukan aku yang menyamar menjadi Kudou. Tapi kamu. Nanti kau pergi sendirian kesana."

"APAAA?!"

Tolong, kalau boleh, Kaito mau pingsan saja disini.

***

Kaito menggigit bibirnya. Tangannya terus mencengkeram setir kemudi mobilnya. Sejak tadi ia terus terlihat gelisah.

"Jadi gimana?" bisik Kaito pada walkie talkie handsfree di telinganya. Itu adalah alat komunikasinya dengan Heiji.

"Drone mininya nunjukkin kalau yang jaga tempat Ran di sekap cuman ada cewek berambut pirang itu doang. Tapi pas ku nyalakan pendeteksi frekuensi panas tubuh manusia, kayanya ada 7 orang yang sembunyi di balik gentong-gentong. Intinya sih pas kesana hati-hati aja, okay? Soalnya kemungkinan besar bakal ada bantuan lagi yang bakal kesana," balas Heiji. Kaito mengangguk, lupa bahwa Heiji tidak akan melihatnya.

"Oke. Eh, tapi, aku masuk sekarang?"

"Tolol, kukira kau sudah jalan kesana."

"Oh iya, wait. Aku mau ambil beberapa peralatan pelindung diri dulu," jawab Kaito.

Beberapa menit kemudian, Kaito siap dan keluar dari mobil. Ia segera masuk kedalam sebuah gang kecil, menyusurinya, hingga sampai di sebuah bangunan tua dengan banyak barang-barang mentah dan berat. Entahlah ini dulu tempat apa, soalnya kalau barang-barang ini di pindahin, pasti disini bakal jadi lapang.

Kaito menahan nafas. Seperti yang sudah di beritahu Heiji, ada Vermouth yang sedang menjaga Ran di dalam, dengan telepon genggam di tangannya, yang di tempelkan ke telinganya. Sepertinya ia sedang menunggu jawaban telepon dari seseorang.

"Ah! Gin! Where are you?"


"Jangan lupa tembak bintangnya. Ditunggu!" –Shiya.

Mafia Detective ConanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang