Pada jam istirahat kedua, Sthella berjalan menuju meja ketua kelas yang tengah tertidur. Sthella cukup heran karena kali ini Max tertidur dan bukannya bermain game seperti yang biasa dia lakukan ketika jam istirahat. Sthella membalik kursi depan meja ketua kelas dan mendudukinya. Lalu dengan pelan dia mengguncang lengan Max yang dijadikan lelaki itu sebagai bantal tidurnya.
"Hei, ketua kelas bangunlah. Kita perlu bicara. Jadi bangun, ketua kelas ... "
Berulang kali Sthella mencoba membangunkan Max namun sepertinya lelaki itu enggan untuk membuka matanya, jadi Sthella berpikir bahwa lelaki itu mungkin saja ingin menghindarinya tapi Sthella tidak dapat menyerah begitu saja jadi dia tetap memaksa lelaki di hadapannya untuk segera bangun.
"Ketua kelas sedang tidur jangan mengganggunya. " Tegur seorang siswi yang duduk di sebelah ketua kelas. Sthella menoleh ke arah siswi yang juga menjabat sebagai wakil ketua tanpa minat. Dia menajamkan sorot matanya, membuat gadis itu sedikit takut dibuatnya.
"Aku hanya memberimu saran. Mungkin saja ketua lelah, jadi biarkan dia istirahat. "
"Sebaiknya kamu urus urusanmu sendiri, Miko. " Sahut Sthella tidak peduli dan masih mencoba membangunkan Max dengan paksa.
Max yang sebenernya berpura-pura tertidur karena dia tahu Sthella pasti akan menghampiri mejanya ketika jam istirahat dan karena dia juga tidak tahu harus berkata apa ketika berhadapan dengan Sthella maka dari itu Max memilih untuk berpura-pura tertidur dan berharap Sthella menyerah mengganggunya. Namun sepertinya Sthella bukan tipe wanita yang mudah menyerah bahkan dia mengabaikan saran dari Miko barusan. Max benar-benar merutuki dirinya sendiri, dia seharusnya tidak terlalu ingin tahu apa yang Sthella lakukan bersama para lelaki itu sebelumnya.
"Cepat bangun, aku tahu kamu bahkan pura-pura tidur untuk menghindari ku! " Bisik Sthella membuat Max terkejut mendengarnya.
"Tidak masalah jika kamu tidak ingin berbicara denganku, tapi dengarkan apa yang ku ucapkan sebaiknya kamu lupakan dan tutup mulutmu tentang apa yang kamu lihat tadi. Karena aku tidak ingin menimbulkan masalah jika kamu membuka mulutmu kemana-mana. Hanya itu yang ingin aku katakan padamu, Max. " Lanjut Sthella, lalu wanita itu menarik jauh dirinya dan kembali duduk di bangkunya.
Miko yang melihat gerak-gerik aneh dari kedua orang barusan sebenarnya cukup penasaran, namun dia juga tidak memiliki hak untuk bertanya karena sepertinya itu bukan sesuatu yang bisa mereka bagikan dengannya. Jadi Miko hanya diam dan kembali membaca buku pelajarannya dengan tenang. Sedangkan Max dia hampir saja goyah, tapi setelah mendengar apa yang Sthella ucapkan padanya membuatnya yakin bahwa wanita itu sebenarnya tidak merasa baik dengan apa yang dia lakukan. Mungkin saja ada seseorang yang memegang kelemahan Sthella dan mengancamnya dengan itu lalu membuat Sthella mau tidak mau harus mengambil tindakan seperti yang dia tahu. Max mengepalkan tangannya dengan kesal, dia penasaran siapa orang yang memanfaatkan Sthella sampai dia harus melakukan sex di sekolah bahkan bukan hanya dengan satu lelaki.
Sepulang sekolah, Max melihat Sthella tengah berjalan menuju tempat parkir sepedanya. Sudah hampir satu setengah tahun dia tahu bahwa Sthella selalu pergi ke sekolah dengan naik sepeda, tapi dalam beberapa waktu tertentu Sthella juga naik bus umum untuk ke sekolah, Max bisa tahu karena beberapa kali dia bertemu dengan Sthella di bus walaupun mereka tidak saling berbicara satu sama lain namun Max terus memperhatikan wanita itu dari jauh dan terus mengangguminya.
Max akan keluar gerbang ketika dia melihat seorang siswa menghampiri Sthella dan mereka terlibat obrolan. Tapi Max berpikir mereka tidak terlalu akrab karena terlihat Sthella tidak nyaman ketika bertemu dengan lelaki itu. Sebenarnya Max ingin menghampiri keduanya dan melerai mereka tapi melihat situasi mereka yang tegang sepertinya Sthella akan marah jika dia kembali ikut campur urusannya. Bahkan Sthella sudah memperingatkan dirinya untuk tidak lagi ikut campur. Untuk beberapa saat pandangan mereka bertemu satu sama lain, Sthella menatap tajam dirinya seolah berkata jangan melakukan apapun dan pergi saja. Melihat itu membuat Max sedikit canggung, tapi dia juga tidak memiliki hak untuk ikut campur karena Sthella tidak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Sthella : Black Side
Teen Fiction⚠️Adult stories are not for minors, full of violence and dirty words that are not enviable. We ask the discretion of the reader in determining the reading. Sthella adalah siswi tahun kedua sekolah menengah atas, gadis yang pendiam dan tidak banyak t...