"Tapi walaupun begitu tetap saja kamu harus berhati-hati padanya, Sthella. Avillio bukan lelaki baik, bahkan jika apa yang kukatakan ini benar adanya tapi kamu sering membuatnya marah itu bisa membuatmu dalam bahaya. Dia lelaki gila, jadi aku memperingatkanmu untuk tetap patuh padanya. " Lanjut William memberi nasihat pada Sthella dan wanita itu hanya mengangguk kecil.
"Baiklah aku mengerti. Aku juga tidak segila itu untuk mengusik singa yang tengah tidur. " Sahut Sthella membayangkan kembali ketika Avillio marah dan itu benar-benar menakutkan baginya. Dia selalu berusaha untuk tidak mengusik ketenangan lelaki itu.
Setelah berbincang cukup lama Sthella bangkit berdiri dan berpamitan untuk kembali ke kelasnya ketika menyadari sudah waktunya jam pelajaran di mulai. Sthella berjalan ke arah pintu keluar ketika pintu kayu itu tiba-tiba terbuka dan terlihat Avillio berdiri di ambang pintu dengan tatapan tidak suka.
"Aku kira anjing mana yang terus menggonggong, ternyata itu kamu William!! " ejek Avillio setelah masuk ke dalam ruang OSIS.
Baik Sthella dan William menelan ludahnya bergidik ngeri setelah melihat Avillio mempergoki mereka bersama. Dan dengan cepat tangan lelaki itu melayang ke wajah Sthella yang ada di depannya hingga membuat Sthella tersungkur di lantai.
"Jadi hubungan macam apa yang kalian miliki sampai kamu menjadi mata-matanya, William? " tanya Avillio menahan kekesalannya.
"Itu tidak seperti yang kamu pikirkan, Avillio. Aku dan Sthella-- "
"Tidak seperti yang aku pikirkan? Memangnya apa yang aku pikirkan? Dan kamu-- " Avillio menyela perkataan William, dia lalu menundukan wajahnya menatap Sthella yang kini masih tersungkur di lantai. Avillio lalu berjongkok di depan Sthella dan menarik rambut wanita itu ke belakang.
"Tidak peduli berapa banyak lelaki yang kamu tiduri, setidaknya beritahu aku serangga mana yang sudah melihat tubuh jalangmu itu!! " ucap Avillio dengan geram. Dia lalu menghempaskan genggaman tangannya pada rambut Sthella dengan kasar dan bangkit berdiri.
"Besok malam pukul 7, temui aku di tempat biasanya. Kalian harus datang, jika salah satu dari kalian tidak datang malam itu aku pastikan kalian tidak akan bisa melihat hari esok!! " ucap Avillio penuh ancaman membuat kedua orang di depannya bergidik ketakutan. William diam-diam melirik ke arah Sthella yang kini masih menundukan wajahnya dengan tubuh bergetar. Jelas saja wanita itu ketakutan setengah mati, karena bagaimana pun mereka berdua sudah tahu apa yang akan terjadi malam nanti.
"Apa kalian tidak akan menjawab? " Tanya Avillio masih di selimuti kemarahannya.
"Kami akan datang. " Sahut William mewakili mereka berdua.
Setelahnya Avillio berbalik pergi meninggalkan ruangan itu sambil membanting pintu ruang OSIS, membuat Sthella yang sejak tadi terdiam sambil menunduk terlonjak kaget.
"Tidak perlu takut, aku akan datang ke sana nanti malam. Kamu tidak perlu datang. " Ucap William mengambil keputusan namun apa yang baru saja dikatakan William di tolak Sthella, bagaimana bisa dia membiarkan lelaki itu menemui iblis sendirian.
"Tidak. Kamu tahu Avillio seperti apa jika dia marah kan, aku tidak mungkin membiarkanmu menghadapinya sendirian. Lagi pula dia tengah salah paham, jadi aku akan mencoba menjelaskan padanya bahwa kita tidak seperti yang dia pikirkan. "
William hanya bisa menghela napas pelan, lelaki itu lantas berjongkok di depan Sthella yang masih terduduk di lantai. Dia menangkap wajah wanita itu lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Sthella, kemudian menempelkan bibir mereka bersama. William melumat bibir Sthella dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Eumhh-- " erang Sthella ketika merasakan tangan William kini berpindah pada payudaranya. Wanita itu merasakan bagaimana tangan William meremas payudaranya dengan lembut dan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Sthella : Black Side
Fiksi Remaja⚠️Adult stories are not for minors, full of violence and dirty words that are not enviable. We ask the discretion of the reader in determining the reading. Sthella adalah siswi tahun kedua sekolah menengah atas, gadis yang pendiam dan tidak banyak t...