chapter 6

2.7K 89 1
                                    

Bel tanda istirahat berdering nyaring membuat seluruh warga sekolah menghentikan aktivitas belajar mengajarnya.

Ternyata murid-murid kelas sepuluh IPA 1 tertipu oleh guru baru Fisika itu. Bagaimana tidak? Diawal guru itu masuk terlihat wajah dingin membuat semua orang terpukau. Tetapi setelah beberapa jam berdiam diri di kelas, guru itu terlihat sangat menjengkelkan dan hampir satu kelas kurang menyukainya.

Murid-murid dikelas itu akhirnya bisa bernafas dengan lega setelah mendengar bel tanda istirahat terdengar. Mereka berhamburan keluar kelas dengan semangat, tidak sabar untuk makan di kantin untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di sekolah ini.

Begitupun dengan Farel dan Dika, mereka segera keluar setelah merapihkan alat tulis mereka kedalam tas masing-masing.

Tetapi tiba-tiba Xavier mencegat keduanya.

"Tolong kamu ikut ke ruangan saya" ucap Xavier sembari menatap Farel. Dika yang melihat itu hendak undur diri dan ingin melangkah mundur untuk melanjutkan jalannya. Tetapi Farel dengan cekatan menahan tangan Dika mengkode agar jangan meninggalkannya sendirian. Ralat, bersama guru baru ini.

"Baik, tapi saya bawa teman saya ya" jawab Farel sambil memegang lengan sahabatnya dan memperlihatkannya dihadapan wajah Xavier.

Xavier yang melihat itu diam-diam menggeram marah dan sangat ingin mencekik orang yang ada disebelah Farel itu dan menyingkirkannya. Tapi ia dengan mudah mengubah ekspresi wajahnya dengan tenang.

"Baiklah" hanya itu ucapan yang terucap oleh Xavier. Setelah itu Xavier keluar dari dalam kelas itu diikuti oleh Farel dan Dika.

Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka bertiga ketika di lorong koridor sekolah. Dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, hampir semua menatapnya.

"Mereka sedang menatapku ya?" Dika merotasikan matanya malas mendengar ucapan Farel yang sangat percaya diri itu.

Farel tersenyum tampan ditengah mengucapkan itu. Dan tanpa sadar matanya tidak melihat kedepan dan berakhir menubruk punggung lebar dan keras orang yang didepannya.

Xavier adalah orang yang tak lain dan tak bukan yang di tubruk Farel. Xavier mengehentikan langkahnya dan memutar tubuhnya ke belakang menghadap Farel yang sedang memegangi kening nya.

Farel meringis kecil ketika kening yang menjadi sasaran empuk punggung lebar, keras dan kekar itu.

Dika yang melihat itu berusaha untuk menahan tawanya dengan menutup mulut dengan punggung tangannya.

"Kenapa?" pertanyaan yang terlontar pertama kali yang terdengar di gendang telinga Farel.

Bukan pertanyaannya yang membuat ia terkejut, tetapi jarak antara wajahnya dengan wajah Xavier yang membuat jantung Farel berdegup kencang secara tiba-tiba.

Dika menutup mulutnya sembari membelalakkan matanya. Jarak pak Xavier dengan sahabatnya nyaris terlihat seperti sedang berciuman, jika yang melihatnya dengan jarak jauh.

"Enggak pak" setelah terdiam sebentar untuk menetralkan jantungnya yang berpacu dengan cepat, Farel menjawab dengan gugup dan keringat sedikit bercucuran di area pelipis nya.

Xavier menjawab dengan deheman lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, namun didalam hatinya ia sangat khawatir kepada Farel. Apakah anak itu benar-benar tidak apa-apa?

Sungguh terobsesinya guru satu ini kepada muridnya cuma hanya tak sengaja menubruk punggungnya.

Tapi menurut Farel sendiri memang sedikit sakit, karena punggung itu sangat keras.

*****

Kini mereka bertiga tengah berada di ruangan khusus guru.

Farel dan Dika mendudukkan pantatnya di sofa empuk yang berada di ruangan itu.

"Untuk mu, tolong keluar. Saya ingin berbicara berdua dengan Farel"

Farel dan Dika terkejut mendengar lontaran perkataan dari Xavier. Farel terlihat tidak rela ditinggal satu ruangan dengan Guru baru ini.

Akhirnya Dika permisi untuk keluar ruangan.

"Permisi pak" ucap Dika menundukkan sedikit kepalanya lalu melirik ke arah Farel meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.

Kini tercipta suasana canggung antara guru dan murid ini. Lebih tepatnya Farel sendiri yang merasakannya. Ia menundukkan kepalanya sembari memilih jari jemari lentiknya.

Sudah 5 menit berlalu, ia merasa bosan. Ia kesal kenapa guru ini hanya diam saja di kursi kerjanya. Katanya akan ada yang ingin dibicarakan.

Farel menghela nafas kasar. Ia bangkit menuju pintu ingin keluar. Namun semua itu dilihat oleh Xavier, ia menggeram marah.

Tanpa sepengetahuan Farel, Xavier menarik tangan ramping Farel. Membuat Farel terkejut.

Xavier menarik tangannya sangat kuat sehingga Farel jatuh terduduk di pangkuan Xavier. Farel menahan nafas sejenak akibat keterkejutan tadi. dilihatnya wajah sang guru yang menatapnya tajam. Ia sedikit bergidik karna takut akan tatapan gurunya.

Xavier mendekatkan diri ke ceruk leher Farel, menghirup aroma bunga yang menurut Xavier sangat memabukkan dan menjadi candunya mulai saat ini. Selang 2 menit Farel terdiam membeku akhirnya sadar apa yang telah gurunya ini lakukan terhadap dirinya.

Farel membelalakkan matanya lalu mendorong kepala Xavier agar menjauh dari tengkuknya. Itu adalah titik sensitif Farel.

"Apa yang bapak lakukan?! saya masih normal! sshh" desis Farel bercampur sedikit desahan karena Xavier mulai menjilat belakang telinganya.

TBC LOL
VOTE JIG!

Abstrak 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang