Tersesat - 1. Kisah Ponakan Pertama

4K 52 7
                                    

1. Kisah Ponakan Pertama
- Alpha PoV -

Terlahir sebagai anak bontot dari empat bersaudara, keluarga gue sekarang sudah berubah menjadi satu keluarga besar. Seluruh Abang dan Kakak gue sudah berkeluarga semua, menyisakan gue yang masih bujang sendiri di keluarga ini. Mama dan Papa yang menikah muda, ditambah setelah pernikahan mereka langsung dikaruniai anak pertama, membuat gue sebagai anak bontot ini memiliki rentang usia yang jauh dengan Abang pertama gue.

Begini gambarannya,
Abang pertama bernama Charlie Haidar. Berusia 17 tahun lebih tua dari gue.
Kakak perempuan bernama Omega Haidar. Berusia 16 tahun lebih tua dari gue.
Abang kedua bernama Gamma Haidar. Berusia 13 tahun lebih tua dari gue.
Dan gue sendiri, Alpha Haidar. Anak bontot yang tak disangka-sangka hadir dalam keluarga Haidar ini.

Di saat gue baru berusia enam tahun, lahirlah ponakan gue dari Abang pertama yang turut menikah muda dengan kekasihnya yang sudah dijalani hubungan semenjak lulus SMA. Seorang keponakan laki-laki, sekaligus cucu pertama laki-laki dari anak laki-laki pertama. Tentu betapa disayang dan disanjungnya ponakan gue yang bernama Aksa Haidar ini.

Singkat cerita, sekarang gue sudah berusia 25 tahun, memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta yang masih tinggal seatap di rumah orang tua karena pekerjaan yang gue dapatkan berada di kota asal setelah berjuang menempuh pendidikan sarjana. Kedua orang tua gue masih sehat semua di usia mereka yang berada pada 60 tahunan. Di rumah besar ini, kami tinggal berempat. Kedua orang tua gue, gue, dan yang terakhir adalah Aksa ponakan pertama gue. Alasan Aksa tinggal di rumah ini karena ia berkuliah di kota tempat gue lahir dan besar, sedang kedua orang tuanya (Abang pertama gue) sudah pindah ke ibu kota karena pekerjaan mereka semenjak Aksa usia sembilan tahun.

Sejak kecil, selama sembilan tahun sebelum Aksa diboyong orang tuanya pindah, gue bersama dia diurus oleh Mama dan Papa karena kesibukan Abang gue dan istrinya yang bekerja. Hubungan gue dengan Aksa tentu sangat dekat, gue menganggapnya sebagai Adek gue sendiri meski tetap Aksa diajarkan untuk memanggil gue dengan sebutan 'om'. Hingga waktu perpindahannya pun, gue dan Aksa hanya terpisah tiga tahun sebelum akhirnya gue tinggal di rumah Bang Charlie selama berkuliah di ibukota.

Kembali perpisahan itu terjadi. Bedanya adalah, hanya tiga tahun berselang gue dan Aksa tak bertemu, sudah ada banyak hal yang berubah dari Aksa setelah ia beranjak remaja. Semasa SMP nya, gue melihat Aksa dengan perawakannya yang kecil kurus diprediksi akan tetap seperti itu, rupanya pubertas membuatnya tumbuh menjadi sosok pria gagah dengan badan terolah baik berkat aktivitas olahraga yang diceritakan Kakak gue maupun dirinya sendiri. Berbeda dengan gue yang biasa saja, tak kurus maupun gemuk, pas dengan lekukan otot yang masih terlihat walau tak sekeras milik Aksa.

Namun, terlepas dari itu semua, ada satu hal yang gue senang atas keberadaan Aksa di rumah ini. Ia yang sedang berkuliah, memiliki perawakan sangat ideal dengan wajah tampan, pastinya tak susah baginya untuk mendapatkan cewek di kampus. Dan saat itu lah gue juga sering dikenalkan dengan teman-teman ceweknya yang beberapa kali juga sempat gue pacari.

Hingga suatu hari, gue temukan sebuah keganjilan dalam diri Aksa. Ia yang jarang sekali memberikan kabar tentang cewek-cewek kampusnya. Ia yang lebih banyak berkumpul dengan teman lelaki sekarang. Bahkan tak jarang beberapa teman kampusnya pun datang menginap di rumah. Bagi gue sendiri juga tak terlalu bermasalah, toh kedua orang tua gue, yakni Kakek Nenek nya pun biasa saja. Masih wajar jika sekarang Aksa mulai tenggelam dalam keasyikan bermain bersama teman sebayanya.

Hanya saja, terkadang ada sedikit kecurigaan yang hinggap dalam diri gue ketika bertemu dengan beberapa kawan-kawannya. Meski Aksa berkata jika mereka adalah teman kampusnya, namun gue curiga jika terkadang ia berbohong. Beberapa pria dengan wajah yang bisa gue bilang terlihat lebih tua dari gue, mengundang benak curiga mengapa bisa Aksa bertemu dengan mereka-mereka ini? Belum lagi mayoritas teman pria yang Aksa bawa pun memiliki fisik atletis dan jarang sekali ada yang kurus kerempeng atau berat berlebih.

TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang