Tersesat - 8. Ipar yang Tersesat

806 15 0
                                    

8. Ipar yang Tersesat

- Reyhan PoV -

Berhubungan dengan Mega selalu bisa meluapkan penat gue setelah pusing oleh pekerjaan yang tak henti-henti melanda. Entah laporan itulah, masalah inilah, dokumen apalah, pusing sekali setiap kali gue masuk kantor selalu ada saja orang datang membawa masalah ke ruangan gue.

Baru saja Mega tertidur setelah permainan kami yang panas itu, wajah cantik istri gue tersenyum puas dalam pulasnya ia tidur. Walau kepala atas dan bawah pusing sekali secara tak sempat gue meraih orgasme, tetapi tak masalah lah. Melihat Mega tertidur seperti ini sudah cukup bagi gue untuk setidaknya mengobati kepeningan dari tumpukan pekerjaan yang datang silih berganti.

Waktu menunjukan pukul tengah malam, dalam balutan sarung gue keluar rumah hendak merokok sebelum tidur. Kondisi tenang malam ini membawa ingatan gue pada pengalaman liar paling gila dalam seumur hidup. Mengentoti adik ipar gue sendiri, terlebih dia seorang laki-laki. Situasi malam yang mirip, bayangan tubuh telanjang Alpha yang entah kenapa bisa membuat gue terangsang saat itu. Lobang pantatnya sungguh rapat, begitu sempit bagaikan memek perawan mantan pertama gue.

Desahan-desahannya, ucapan penuh gairah dari mulut Alpha turut menggiring birahi gue pada puncak tertingginya. Sangat mahir sekali dia menuntun, menghasut gue untuk terus menyodok-nyodokan kontol gue ini dalam lobang pantatnya itu.

Sunyinya malam di area rumah gue hanya berlangsung sebentar sebelum terdengar bunyi pukulan kayu yang berasal penjual nasi goreng keliling. Makin lama suara itu terdengar dekat, perut gue ikut berbunyi seiring bayangan permainan bersama Alpha terputar di kepala.

Gerobak kayu didorong oleh pria ini mulai melintas di depan rumah. Dia menoleh sebentar dan berhenti melihat ke arah gue, dua kali ketukan dilakukannya seolah menghipnotis gue untuk melangkahkan kaki ke pagar menyapanya.

"Satu ya pak. Pedes." Kata gue kemudian masuk ke dalam sebentar untuk mengambil uang, piring, dan kunci pagar.

Bunyi sutil beradu dengan wajan besar, gue meminta tambahan telur ceplok setelahnya. Pria ini mungkin seusia Papa mertua gue, tapi badannya masih saja fit hanya saja otot-otot di badannya terlihat kendor sekarang. Ketukan sutil di wajan tanda nasi goreng sudah hampir selesai, pria ini lalu menoleh ke arah gue sambil tersenyum.

"Mas, mas. Mbok ya di selesein dulu to urusannya mas baru pesen makan. Untung saya udah biasa liat ginian." Gue bingung dengan perkataan bapak ini.

"Maksudnya apa ya pak?" Bapak ini tersenyum sambil menunjuk ke sarung gue yang menyembul, rupanya kontol gue tetap tegang sedari tadi tanpa gue sadari.

"Hehehe. Maklum pak, laper." Dia tertawa renyah. Mulai bersiap memasak telor pesanan tambahan gue.

"Ditinggal gini ntar bininya ketiduran lagi. Kalo emang iya udah dikocokin aja sampe keluar biar ga pening kepala." Kalimatnya sangatlah tepat mengena. Sayang dia tak tahu kalau gue ngaceng karena bayangan mengentoti adik ipar gue yang seorang laki-laki.

"Rasanya sih udah tidur dia pak. Ya paling ngocok lagi, ngocok lagi." Canada gue padanya.

"Gak papa mas. Emang susah punya kontol gede, nafsu pasti tinggi. Saya pun sama kok mas, sampe sekarang juga masih suka ngocok. Sehari sekali." Ia membuat angka satu dengan jarinya.

'Wah, sangean juga bapak ini ternyata. Udah tua juga masih nafsunya gede.' Pikir gue dalam hati.

"Mas pasti gak percaya to saya ngomong gini." Seolah bisa membaca isi otak gue, bapak ini menyunggingkan senyum sambil meletakan telor diatas nasi goreng.

"Gini aja mas. Taruhan sama saya, kalo punya saya lebih gede dari punya mas, mas bayar nasi goreng ini dua kali lipat. Kalo punya mas lebih gede, saya gratisin ini." Katanya.

TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang