PROLOG

23 6 2
                                    

Malam yang dingin, udara terasa lembab, angin menerobos masuk pelan melalui jendela kamarku, gordennya menari-nari terkena embusan pelan. Aku berusaha memejamkan mata agar tertidur. Tetapi usahaku sia-sia, aku selalu terjaga dan rasa kantuk pun tak kunjung datang. Segala hal yang aku lakukan dari jam 9 malam agar bisa mengundang ngantuk. Mulai dari memainkan game, olahraga ringan, membaca buku hingga tak terasa sudah habis, dan berbaring tak beraturan di atas kasur. Akan tetapi rasa kantuk tak kunjung datang menghampiriku, membuatku bingung apa yang sedang terjadi kepadaku. Sejenak kualihkan pandanganku pada jendela yang terbuka, bintang gemintang terlihat begitu indah, beberapa awan tipis memenuhi langit malam Akan tetapi tidak menutup keindahan bintang dan purnamanya. yang yang bersinar. Aku berseru takjub melihat keindahan langit pada malam ini, suasana yang tenang membuatku merasa tentram hanya sekedar memandanginya. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi, akan tetapi tak sedetikpun rasa kantuk datang. Aku mulai kebingungan ingin melakukan apa. Ayah dan ibuku sudah tertidur lelap di kamar mereka. Sedangkan aku masih berusaha mencari rasa kantuk tersebut.
Aku mengelilingi kamarku, melihat koleksi buku yang aku miliki, aku tak menyangka telah banyak menghabiskan buku selama satu tahun terakhir, kini kamarku lebih terlihat seperti perpustakaan pribadi.
Aku menuruni tangga dan menuju ke dapur untuk mengambil segelas air, aku merasa haus setelah sekian lama berharap rasa kantuk itu datang.
Kuteguk satu gelas air dengan satu tarikan nafas, terasa segar air tersebut mengalir di kerongkonganku. Aku menaiki tangga kembali ke kamar.
Detik terasa begitu lama, aku tak sabar menunggu pagi, apakah saat pagi aku bisa mengantuk ? Sebenarnya apa yang terjadi padaku ? Berpikir pun membuatku semakin pusing dan percuma, rasa kantuk tersebut tak kunjung datang. Waktu baru berjalan 5 menit, sungguh terasa sangat lamban.
Setelah berpikir sejenak, aku berniat ingin keluar aja sebentar dari rumah, menikmati malam dengan cara yang lebih dekat, mungkin saja aku bisa mengantuk.
Kunyalakan lampu kamarku, mencari jaket hitam tebalku dan sekejap aku menemukannya di tumpukan baju di dalam lemariku.
Warna hitam yang elegan, tepat dibagian lehernya di desain sedemikian rupa seperti bulu binatang yang menghangatkan tubuh. warna bulu yang seputih salju membuatnya terlihat indah saat aku mengenakannya. Setelah menatap sejenak di depan cermin aku melangkah keluar dari kamar, menuruni anak anak tangga, berjalan dengan perlahan agar tidak menggangu ayah dan ibuku yang sudah bermimpi indah. Setelah berjalan tanpa suara seperti ninja yang terlatih aku telah sampai di depan pintu rumah, dan untungnya pintu tersebut tidak dikunci dari luar. Dengan pelan kubuka pintu rumahku, Derik pelan pintu terdengar nyaring di kesunyian malam membuatku mengaduh pelan. Dengan hati hati aku melangkah keluar dari pintu dan dengan gerakan yang pelan aku telah sempurna berada diluar rumah. Langit terlihat lebih indah saat aku berada di luar. Awan-awan tipis terlihat bergerak perlahan, menutup setengah Cahaya rembulan. Hanya bermodal jaket hitam tebal dan sendal jepit, aku melangkah keluar dari halaman rumah. Sebelum itu gerbang rumahku terlihat sangat besar, aku berharap tidak ada suara Derik yang besar sehingga bisa membangunkan kedua orang tuaku. Dengan perlahan aku membuka, Derik gerbang terdengar begitu nyaring. Harapanku tidak sesuai aku hanya bisa berdoa semoga kedua orang tuaku tidak terbangun. Dengan langkah yang sedikit menjinjit, aku telah sempurna keluar dari halaman rumahku.
Banyak orang yang merasa takut untuk pergi di tengah malam seperti ini. Karena bermacam kemungkinan buruk Akan terjadi. Pikiran pikiran buruk itulah yang membuat seseorang takut untuk melangkah di tengah malam. Mulai dari berpikir akan ada hantu seram yang akan mengejar dan menangkap, perampokan dan pembegalan, dan yang paling mengerikan pembunuhan yang secara tiba-tiba. Awalnya aku merasa agak takut saat ingin bepergian, akan tetapi kutepis semua pikiran burukku, jika ada bahaya aku hanya tinggal melawannya, kemampuan bela diriku tidak terlalu buruk. Walaupun tidak mengikuti perguruan apapun, aku telah banyak belajar dari video di internet tehnik tehnik bela diri.
Aku melangkah dengan santai, menikmati udara dingin yang berhembus, uap tipis berhembus dari kedua lubang hidungku, sekilas terlihat seperti orang yang sedang merokok. Aku tak tau sudah berapa lama berada diluar dan terus melangkah tanpa tujuan. Jalanan terlihat sepi, tak ada satupun kendaran atau manusia yang melewati jalan ini. Rumahku tidak berada di daerah perkotaan, sehingga membuat jalanan terlihat begitu sepi. Depan rumahku terdapat banyak pepohonan yang rimbun, jika semakin memasukinya, maka akan berada di dalam hutan yang cukup luas. Hutan tersebut sangatlah aman, karena tidak ada binatang yang begitu buas bersarang Disana, tiap harinya beberapa orang memasuki hutan menuju sungai, berburu, dan mencari persediaan kayu bakar ketika musim dingin tiba.
Aku terus berjalan menelusuri jalanan aspal, jalan yang lumayan lebar, sangat muat untuk dua mobil truk besar melintas di jalan yang aku lalui ini. Tak terasa aku sudah semakin jauh dari rumahku. Karena suasana yang begitu sunyi dan sepi, membuat pendengaranku menjadi lebih tajam. Kuhentikan langkah kakiku, terdengar suara semak semak yang bergerak, seperti ada sesuatu yang bersembunyi dibalik semak semak tersebut.
Belum selesai aku berpikir, sosok hitam menggunakan penutup wajah melesat dari semak semak, dengan cepat aku menghitung jumlah mereka, sekitar 4-5 orang, aku tak sempat melihatnya. Dengan cepat aku dikepung. Kiri kanan depan dan belakang. Sempurna sudah aku berada dalam kondisi yang berbahaya. Mereka mengenakan topeng seperti ninja, mulut dan hitung tertutup dan hanya terlihat kedua matanya.
"Setelah sekian lama mengendap-endap, berhari-hari menunggu orang lewat, akhirnya aku bisa menemukan satu orang." Ucap salah satu dari mereka yang ada di depanku. Suaranya yang berat membuatku merasa takut sesaat. Aku berusaha tenang dan menghembuskan nafas dengan ringan.
" Sayangnya tidak ada barang berharga yang aku bawa." Jawabku dengan nada yang berusaha santai.
"Kamu membawanya."
Aku mengangkat salah satu alisku.
"Organ-organ yang ada didalam tubuhmu ! "
BUK ! serangan jab mengenai telak orang yang berada di depanku. Dengan gerakan yang cepat tendangan ke arah belakang meluncur mengenai orang yang menghadangku di belakang tubuhnya terpental beberapa meter. Aku melompat dan meluncurkan tendangan ganda ke kiri dan kananku mengenai telak wajah orang yang berada di sisi kanan dan kiri ku.
Satu orang merangsek maju mengarahkan tinjunya kepadaku.
Kepalan tangannya meluncur, dengan cepat aku menggeser beberapa Senti kaki ku, pukulannya meleset, dengan cepat kutangkap tangannya yang memberi pukulan, dan membanting tubuhnya di atas aspal yang keras.
Tak ada waktu untuk berbicara, salah satu dari mereka yang dibelakangku berlari menghampiriku membawa sebilah pisau yang tajam. Dengan tenang aku menghadapinya. Satu tendangan telak mengenai ulu hatinya, dia mengaduh pelan. Aku melompat dan mengarahkan siku ku kepadanya. Satu orang telah tumbang.
" Kenapa kalian bengong ? Cepat ! serang dia !"
3 orang merangsek maju, mereka membawa pisau yang berkilau, jantungku berdegup kencang, ternyata bertarung sangat menyenangkan dan mendebarkan.
Mereka menyerang dengan pisau dengan cara yang sembarangan, sehingga mudah bagiku untuk menghindari serangan yang tidak berarah.
Wusshhh !
Salah satu sayatan dari mereka hampir melukai wajahku, aku terkena sedikit koresan di salah satu sisi wajahku.
Hiyaaaat !
Mereka terus menerus menyerang tanpa arah dan aku semakin melangkah mundur.
Hiyaaaaa !
Salah satu dari mereka dan Mungkin dia adalah ketuanya berlari menuju ke arahku, melompat dengan tinggi membuat ketiga anak buahnya menghindar.
Dia mengarahkan serangan siku dan hampir saja mengenai kepalaku. Aku berhasil menghindari serangan dadakannya.
" Apakah kamu bisa menggunakan Muay Thai ?" Ucapnya dengan penuh percaya diri Sambil memperagakan kuda kuda siap bertarung Muay Thai.
Aku hanya terdiam, menatapnya dengan serius.
Pertarungan berlangsung sengit, tiga orang yang tersisa terdiam melihat aku dan ketuanya bertarung.
Seluruh tehnik Muay Thai nya dikerahkan padaku, aku berusaha menghindari nya semampuku, tendangan telak dan serangan siku mengenai diriku.
"Bersiaplah untuk mati !"
Tendangannya mulai mengincar kepalaku. Dengan gerakan yang cepat kurendahkan tubuhku dan kedua tanganku kujadikan tumpuan untuk menyerang, tendangannya meleset dan dengan cepat tendanganku mengenai telak wajahnya.
" Sial ! Capoeira !"
Tak ada waktu untuk merespon perkataannya. Dengan cepat kuarahkan pukulan kuat ke ulu hatinya.
" Seiken !"
Tubuhnya terhentak. aku.melompat dan melakukan serangan spining kick. Beberapa detik tubuhku berputar diudara dan salah satu kakiku menghantam telak kepala dari lawanku.
Satu serangan terakhir sebagai akhir dari segalanya.
"Brazilian kick !"
BUK !
Seketika tubuhnya terjatuh, mungkin dia telah jatuh pingsan.
"Kalian bertiga ingin bertarung ?" Ucapku kepada mereka yang masih tersisa dengan suara yang mengancam.
Mereka mengangguk keras, terlihat sangat ketakutan.
" Bawa ketua kalian pulang."
Mereka mengangguk-angguk dan dengan panik meraih tubuh ketuanya.
Akan tetapi salah satu dari mereka masih ada yang berani menyerang.
Sebelum dia mendekatiku ujung jariku telah berdekatan dengan dadanya.
BUK !
Tubuhnya terpental satu meter. Serangan pukulan satu inci telak mengenainya.
"Selesaikan pertarungan ini, kalian tidak cukup layak untuk bertarung denganku." Ucapku dengan dingin.
Akhirnya mereka pergi menjauh dariku.
Sungguh kejadian yang tak terduga, aku heran sekaligus senang karena bisa dapat bertarung.
Aku beristirahat sejenak duduk menyendiri di salah satu tepi jalan. Mengadah kelangit yang semakin bersih dari awan. Bulan terlihat sangat cemerlang. Langit terlihat sangat ramai dengan Kilauan bintang.
Aku menoleh ke kanan dan kekiri benar-benar sepi dan sunyi.
Dalam kesunyianku tersebut, aku melihat sesuatu yang bercahaya lemah di dalam hutan. Jika tidak diperhatikan dengan seksama, orang manapun tak akan mengira Disana ada sesuatu yang berpendar.
Dengan rasa penuh penasaran, aku melangkah maju dan memasuki hutan, mencari sumber cahaya yang berpendar lemah tersebut.
Lokasi cahaya tersebut tidaklah terlalu dalam setelah berjalan beberapa lama aku telah sampai di tempat yang bercahaya.
Terlihat seperti batu yang lumayan besar, kira kira 5 kali lebih besar dari ukuran bola basket. Batu tersebut bercahaya lemah di dalam hutan yang lumayan gelap.
Aku memperhatikannya, dan ternyata batu tersebut mengandung fosfor yang membuatnya menyala dalam gelap.
Fosfor adalah salah satu unsur kimia yang bisa menyerap Cahaya matahari di siang hari, dan disaat hari gelap mulai memancarkan sinarnya sekalipun tidak seterang matahari.
Aku mulai berpikir jika batu ini ku simpan di kamarku pasti akan terlihat indah karena pendar cahayanya yang begitu lembut. Tetapi batu ini terlalu besar untuk dibawa dan aku mulai berpikir cara untuk membawanya.
Di waktu yang terang seperti pagi dsn siang hari, batu ini hanyalah batu seperti pada umumnya dan terlihat terlalu mencolok jika menaruh batu sebesar ini di dalam rumah.
Salah satu cara yang terbaik adalah menghancurkannya dan membaginya menjadi beberapa bagian.
Apakah kepalan tanganku mampu memecah batu ini ?
Awalnya aku ragu untuk mencoba, tetapi kuberanikan diriku dan dengan sekuat tenaga pukulanku menghantam batu yang menyala tersebut.
Aku mengaduh pelan, darah mengalir dari ujung buku-buku tanganku. Aku masih punya satu tangan untuk memukulnya.
Satu pukulan lagi menghantam batu, kedua tanganku penuh dengan darah, sial batu ini benar-benar keras.
Akan tetapi usahaku tidak sia sia batu tersebut mulai merekah, perlahan batu tersebut terpecah menjadi beberapa bagian.
Aku terkejut ketika melihat batu tersebut pecah, di dalam batu tersebut terdapat sesuatu yang terlihat sangat ganjil. Dengan pencahayaan yang kurang membuatku tidak bisa memastikan apa sebenarnya benda yang tersembunyi di dalam batu tersebut.
Aku meraih sesuatu tersebut. Ternyata itu adalah sebuah buku yang sudah terlihat sangat tua. Sampulnya terasa agak kasar, dan seperti ada sesuatu yang menonjol dari sampulnya.
Lupakan masalah batu yang berpendar buku ini lebih menarik untuk dibawa pulang. Aku berlari dengan penuh penasaran tak sabar ingin membuka buku Tua misterius ini. Tak lama aku berlari aku telah sampai di rumah dan dengan cepat menuju kamarku.
Aku duduk di kursi belajarku meletakkan buku Tua misterius tersebut diatas meja. Buku yang terlihat benar-benar tua, sangat lusuh, hitam dan berwarna sangat gelap. Pinggir pinggir bukunya Terlihat bernoda bercak yang tidak bisa dihilangkan.
Sesuatu yang menonjol dari buku tersebut adalah beberapa tulisan seperti judul buku pada umumnya, tulisan yang sangat asing bagiku. Ini sebenarnya buku apa ?
Perlahan aku membuka buku misterius tersebut, lumayan keras untuk membalik sampulnya.
Judul buku mulai terlihat akan tetapi aku tidak memahami bahasa apa yang digunakan. Tulisan yang sangat asing, tulisan yang tak pernah terlihat diseluruh dunia.
Lembar demi lembar aku membuka tidak ada sesuatu yang menarik. Sebagian isi dari buku tersebut kosong. Beberapa halaman tertulis dengan bahasa yang sama.
Aku menghela nafas. Tidak ada yang spesial dari buku ini. Jika ini buku sihir apakah aku bisa memanggil api ?
Tiba tiba lembaran buku tersebut terbuka dengan sendiri menuju salah satu halaman yang tertulis dan mulai berpendar dan mengeluarkan cahaya yang terang.
Aku ternganga.
Apa ini ?
Aku sontak melangkah mundur, berdiri menjauh dari buku tersebut. Perlahan sesuatu merambat dari lembaran buku tersebut, mengalir menuju kedua tanganku, api tercipta di tangan kananku.
"Waw ! " Gumamku dengan perlahan.
Akan tetapi seketika api tersebut lenyap.
"Hah ? Sebenarnya apa itu tadi ?" Aku bergumam kaget apakah itu benar nyata atau tidak.
"Api." Gumamku pelan.
Halaman buku tersebut kembali bercahaya berpendar merambat dan mengalir menuju salah satu tanganku api mulai tercipta, akan tetapi seperti sebelumnya api tersebut dalam sekejap menghilang.
Aku mencoba menyebut elemen yang berbeda.
" Petir."
Buku tersebut kembali terbuka menuju halaman yang berbeda sesuatu yang bercahaya berpendar mengalir menuju kedua tanganku.
Kedua tanganku dipenuhi petir berwarna ungu.
" Waw ! Sangat fantastis ! " Ucapku dengan heboh.
Seketika petir tersebut kembali menghilang.
"Buku ini sangat kereen !"
Kututup buku tersebut lalu memeluknya dengan erat.
" Aku akan menjagamu." Buku tersebut bercahaya sekilas kemudian padam kembali. Terlihat seperti sedang berbicara kepadaku.
Tak terasa hari sudah pagi matahari telah terbit menerangi penjuru dunia,
Akhirnya rasa kantukku datang. Seketika tubuhku terbaring dan terlelap di atas kasur sambil memeluk buku misterius.
....................................................................

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Of Magic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang