Kedua

512 13 0
                                    

Maaf jika ada typo

" SONYA KOK LO BELUM BERSIHIN KAMAR GUE!" teriak Newt dari lantai dua, Sonya yang mendengar itu berlari cepat ke kamar Abang nya.

"ada apa sih bang!" jawab Sonya geram, pasalnya ini teriakan Newt kesekian kali untuk hari ini, dari pagi Newt memanggilnya dan menyuruh melakukan ini-itu.

" Kamar gue kok masih jorok??"

" loh, kan tadi udah aku bersihin," pikir Sonya, ya emang bener, tadi dia sudah membersihkan kamar Newt. Tapi semenjak Newt pulang dari basket kamar itu kembali seperti awal, entah apa yang Newt lakukan di kamar nya.

"Bersihin cepat!"

"Gamau ah, capek," tolak Sonya dengan melipat tangannya. Newt mendekat ke arah Sonya dan berdiri tepat di hadapannya.

"Bersihin. Sekarang." Ucap Newt menekan kalimatnya, tidak terima bantahan maupun alasan.

Newt masuk ke dalam kamar mandi berniat membersihkan diri, akan banyak kegiatan yang dia lakukan setelah mandi.

Sonya berjalan mendekat ke arah ranjang, memperhatikan setiap sudut ruangan, lihatlah pakaian yang baru dia lipat barusan sekarang kembali berantakan.

Newt sialan, Newt gila! Umpat Sonya dalam hati.

**

Newt mengeringkan rambutnya dengan handuk, mengambil ponselnya menggunakan tangan kiri, ada pesan dari sang ayah yang mengatakan jika mereka akan pulang 5 hari lagi.

" Kok cepat banget," guman Newt.

" Apanya yang cepat?" Tanya Sonya penasaran.

" Gada, udah selesai? Keluar sana gue mau pake baju," ya Newt hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, untuk status Abang dan adek berpenampilan seperti itu udah biasa bukan?

Bukannya pergi Sonya duduk di meja belajar Newt, ada sesuatu yang ingin dia katakan kepada Newt, tapi dia takut.

" Emmm Abang,"

" Apa?" Jawab Newt sambil mengenakan koasnya.

"Aku nanti malam mau pergi ke rum..."

" Ga boleh." Potong Newt cepat.

" ih belum juga selesai ngomongnya"

" Gue bilang ga boleh, ya ga boleh Sonya,"

" Abang, ini penting ada tugas sekolah yang di kumpulkan besok, tadi kami baru ingat," bujuk Sonya memohon.

Newt berfikir sejenak, " yasudah, tapi lewat jam 8 lo belum balik, gue kunci pintu,"

"ini aja udah jam tengah 7!"

" Gue ga peduli, keluar lo sana," Newt mendorong tubuh Sonya kuat dan mengunci pintu kamarnya.

Sonya mengacungkan jari tengahnya di depan pintu kamar Newt, kalau saja Sonya mempunyai 10 tangan dia pasti mengacungkan seluruh jari tengahnya ke muka Newt, tanpa membuang waktu Sonya berlari ke kamar dan mengambil apa yang di perlukan untuk tugas kelompok.

**

Newt keluar dari kamar, turun ke bawah dan memastikan apa semua sudah terkunci dengan benar, karena dia tau Sonya adalah orang yang mudah pelupa.

Sesuai dengan ucapan Newt, Sonya benar-benar pulang jam 8 dan langsung tertidur pulas di sofa, mungkin terlalu lelah.

Newt memperhatikan adik cantik nya itu, Sonya emang sangat cantik tapi sayang dia sangat cerewet. Newt mengusap rambut Sonya lembut dan mencium rambutnya, wangi buah-buahan. Dan Newt suka.

Tapi dengan gemas Newt mencubit-cubit pipi Sonya yang membuat dia terbangun.

" Sakit anjir," ucap Sonya tanpa sadar kepada siapa dia berbicara.

" Apa lo bilang?"

" Eh, hehehe sakit Abang itu maksudnya"

Newt tidak suka jika Sonya berkata kasar, jangankan berkata kasar sebut diri sendiri dengan "gue" aja tidak boleh, tapi untuk Newt sendiri bebas, GA ADIL!

Saat Newt berniat kembali ke kamar hujan deras dan petir kuat tiba-tiba muncul, Newt tau kalau Sonya takut dengan itu. Wajah Sonya mulai pucat, ingin meminta Newt tetap berada disisinya tapi dia enggan, biasanya kalau udah begini yang temenin itu mama.

" Lo gakpapa?" Tanya Newt memastikan.

Tidak ada jawaban dari Sonya dia hanya menutup mata dan telinganya.

Newt berjongkok dihadapan Sonya meraih tangan adiknya itu. Jujur saja, Newt cemas, dia juga tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang.

" Ab...Abang, aku takut,"

"Tau,"

" Boleh tidur di kam... kamar Abang ga?," Awalnya Sonya ga yakin dengan tawaran itu, tapi lebih ga yakin lagi kalau sekarang dia sudah berada di gendongan Newt.

Newt menggendong Sonya sambil memeluk punggungnya erat, Sonya membalas dengan memeluk leher Newt, rasa takut nya hilang. Terganti dengan debaran dijantung nya, dia baru tau kalau Newt bisa bertindak manis.

Sonya berbaring di ranjang Newt, Newt menyelimutinya hingga dada, setelah itu Newt berjalan dan bersiap untuk tidur di samping Sonya.

"Abang ngapain?"

" Tidur lah, lo ga liat??" Tanya Newt ketus.

" Tapi kok di sini?"

" Lah, ini kan kamar gue,"

" Di sofa itu kek," Sonya menunjuk sofa yang tak jauh dari ranjang Newt, sofa itu biasa digunakan Newt untuk bermain game Playstation.

" Lo nyuruh gue tidur di sofa dan lo di ranjang gue?"

Sonya mengangguk semangat.

" Ga,"

Newt memunggungi Sonya, dan langsung tidur dari pada Sonya berbicara lagi dengannya lebih baik dia pura-pura tidur.

" Ya udah, kalau gitu aku peluk Abang," dengan sigap Sonya memeluk Newt dari belakang. Badan Newt lebih besar darinya, uhh nyaman.

Newt menepis tangan kecil itu, "lepas, tangan lo panas,"

Tidak terima Sonya justru memeluk Newt lebih erat, dari pada tidak jadi tidur Newt lebih baik ngalah, toh dia juga nyaman.

A Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang