ketigabelas

431 13 3
                                        

Maaf yah ada typo nyaaa

Sonya memukul reflek mulut Newt dengan cukup keras, siapa yang tidak kaget? Saat asik-asik memandang dan mengelus wajah tersebut, orangnya bangun dan langsung menawarkan sesuatu yang menyaksikan, eh asik?

" Ngagetin aja" ucap Sonya mengelus dadanya.

" Kok lo pukul sih, sakit bangsat" Newt tidak terima, bibirnya benar-benar sakit. Pukulan itu tidak 'cukup keras' tapi beneran ' keras'.

" Ya, habis Abang tiba-tiba bangun, terus bilang gitu!"

" Terus lo juga, ngapain mandangin gue? Nyentuh-nyentuh gue?" Bales Newt cepat.

" It... itu tadi nyamuk di muka Abang!"

" Masa?" Tanya Newt " bukan karena lo lagi pandangi kegantengan gue?" Sambungnya.

" Kenapa bisa PD gitu?"

Bukannya menjawab, Newt menarik pinggang Sonya agar lebih dekat dengannya. Mendekatkan wajah mereka, seolah tidak ingin ada jarak diantaranya.

Karena semakin gugup, Sonya berusaha mendorong tubuh Newt, kenapa sih suka sekali nempel-nempel? Bukan tidak suka Newt menempel padanya. Sonya hanya takut beberapa detik kemudian Newt kembali mendorong dan mengumpatnya. Sonya takut salah bertindak.

" Karena sesuai kata netizen ' rill no fek fek' "

" Apa sih" Balas Sonya menatap Newt datar.

" HAHAHAHA"

Sonya mencubit-cubit perut Newt berkali-kali, bukannya merasa sakit. Cubitan itu seolah gelitikan bagi Newt.
Karena lelah tertawa, Newt kembali merebahkan tubuhnya dengan nyaman, tidak lupa memeluk Sonya seolah guling empuk dan lembut.

Sonya tidak keberatan dengan perlakuan fisik seperti ini, toh dia juga nyaman. Jadi biarkan saja, malam doang, pagi besok bisa tebak kan pria ini seperti apa?

**

1 Minggu kemudian

" Hai"

Sebuah sapaan lembut menyambut gendang telinga Sonya dan Arisha, intensi mereka langsung terahli pada wanita cantik itu, yang kebetulan mereka habis menutup pintu mobil papa Sonya. Pagi ini Sonya diantar oleh papanya dan Arisha ikut nebeng.

Mereka langsung tersenyum ramah dan membalas sapaan tersebut.

" Hai juga Tante" jawab mereka.

" Kalian sekolah disini?"

" Iyah Tante, Tante sedang apa disini?" Tanya Arisha.

" Ah, saya ingin bertemu dengan teman saya, sekalian bahas gaun pesta yang dia pesan"

Sonya dan Arisha mengangguk mengerti, mereka memilih berjalan  kedalam, dan menunjukkan letak ruangan guru atau temannya Teresa tersebut.

Selama interaksi mereka 3 sejak awal, Thomas memandang diam, dia sengaja tidak membalas ucapan "sampai jumpa kembali " dari putri kesayangan itu, karena kalau seperti biasa Thomas akan menurunkan jendela dan melambai juga.

Thomas ragu dengan seseorang yang ia lihat barusan, seperti kenal atau memang kenal? Mahasiswa itu? Dia kenal dengan Sonya?

**

" ABANG! PELAN-DONG! KASIH TAU PAPA YAH NANTI!!!!!!!!" teriak Sonya sembari menarik ikat pinggang Newt. Gadis itu lelah berkali-kali membenarkan helmnya yang hendak terbang, belum lagi pengait yang selalu mencekik lehernya. Apa sih yang dikejar Abangnya ini??

" Bertahan"

Bertahan gigimu, batin Sonya gerem.

Mereka berhenti di sebuah toko sepatu sport. Bukan hanya sepatu, toko tersebut memiliki perlengkapan yang cukup beragam. Oh mungkin, Newt ingin membeli sesuatu?

" Bang, pesenan gue?" Newt langsung berdiri depan kasir, bertanya kepada pemilik toko yang sedang makan.

" Sabar aelah Newt, Abang lagi makan ini"

" Gue belum makan"

" Tunggu bentar, entar jengkol Abang kering"

" Pesenan." Ucap Newt lagi.

Oke, susah memang.

Pria berkaos foto Ed Sheeran itu langsung berdiri dengan wajah masam, makan siang nikmatnya tergantung dengan perintah Newt. Sebenarnya banyak sih pegawainya. Tapi Newt suka aja ngusik dia.

" Nih, paling terbaru, dan baru nyampe"

" Harus." Balas Newt songong.

Bocah An- eh sabar Yon, bini lo lagi bunting, jangan maki bocah . Batin Yono ( pemilik toko) .

Sonya hanya diam memperhatikan mereka, dia sedikit tertawa melihat perlakuan Newt. Tidak heran sih, Newt saja tega sama Sonya, apalagi orang lain. Kasian sih, tapi lucu.

" Eh, Brian?" Tutur Yono ramah. Newt dan Sonya ikut menatap Brian, sedangkan Brian menatap mereka datar. Mereka itu Newt dan Yono saja. Brian tidak minat menatap Sonya.

" Ada?" Tanya Brian singkat.

Kebetulan, Yono pemilik toko terlatih menghadapi makhluk-makhluk spesial ( Newt dan Brian). Jadi cukup dengan satu-dua kata saja dia langsung paham. Tanpa membuang waktu, Yono kembali ke dalam mengambil tujuan Brian.

" Ngapain?" Tanya Newt.

" Ring"

" Oh"

Singkat sekali interaksinya.

Sonya malu-malu menatap Brian. Ganteng banget! Kayak apa yah? Pokoknya ganteng banget! Definisi ganteng yang akan terlalu heboh untuk dideskripsikan.

Seperti Arisha yang heboh mendeskripsikan Newt " Bang Newt itu ganteng banget! Udah tinggi, gagah, otot perutnya gila, rahangnya astagaaaa, bibirnya tebal cocok di kokop muachhhh , alisnya lebat, mata nya tajam menusuk, pinterrrr bangetttt lagi, atlet bela diri, basket, futsal, Aaaaaaaa big boy gueee, KOK ABANG LO BORONG SEMUAAAA" seperti itu gambarannya.

Karena jengah terus di tatap, Brian menatap balik Sonya dengan dingin. Tangan besar itu terangkat ke atas kepala Sonya dan mengambil sesuatu dari sana.

Sonya yang mendapat perlakuan mendadak kaku, bingung harus berekspresi seperti apa.

" Jaring laba-laba," jawab Brian memahami ekspresi Sonya.

" O-oh makasih ba..bang" balasnya malu sambil merapikan rambut.

" Jelek "

Tanpa angin dan hujan, Newt menyenggolnya.

" Apa sih, kemarin itu bilang kalo aku cantik!"

" Kapan?"

" Kemarin, Minggu lalu!"

" Ga"

" Yang di ranjang"

" Kapan kita seranjang?"

" Hah? Tiap malam!" Sonya kesel menatap Newt, tindakan Newt berhasil menarik seluruh atensi Sonya. Newt tau saja cara membuat Sonya hanya berbicara dengannya. Sonya tidak sadar, perdebatan ini di sengaja. Karena Newt tidak suka melihat mereka berkomunikasi.

Bukan komunikasi sih, karena tidak ada balasan panjang antar lawan bicara, tapi tetap saja. Newt benci.

Walaupun perdebatan terdengar ambigu, di telinga Brian, Newt dan Yono. Tapi Sonya tetap Sonya, si asal ceplos, karena selalu merasa 'maklum kan?'



A Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang