kelima

385 10 0
                                    

Maaf yah jika ada typo hehehe

"SONYA CUCIAN SEPATU BASKET GUE!"

" SONYA, KAMAR GUE BERSIHIN LAGI,"

"SONYA, LAPAR MASAKIN MIE DONG,"

" SONYAA HOODIE GARUDA GUE MANA??"

Sonya membanting keras pintu kamar Newt, sudah cukup! Dia bukan pembantu!

" APA!" tanya Sonya marah.

" Hoodie gambar Garuda gue mana?"

" Cari sendiri, punya mata, tangan dan kaki kan?"

" Cariin." Ucap Newt menekan.

" Abang jahat! Hikss" runtuh sudah tangisan Sonya " aku itu adek nya Abang atau bukan sih hikss Sonya itu adeknya Abang bukan pembantu abang hikss,"

Newt menatap ketus Sonya yang sedang menangis, dia lagi buru-buru dan tidak punya waktu untuk meladeni Sonya.

Sonya sangat bingung dengan sikap Newt, semalam mereka berpelukan dengan hangat dan makan es krim bersama, sekarang Newt sudah kembali ke sikap awal yang suka memerintah.

" Emang, lo itu bukan adek gue, jadi cepat cari Hoodie gue!" Ucap Newt sambil mendorong Sonya kedepan lemari agar segera mencari Hoodienya.

Sonya mencari Hoodie Newt dengan tangis yang semakin menjadi, yang awalnya dia nangis kerena perlakuan Newt sekarang dia semakin menangis karena ucapan Newt, ya walaupun itu bukan yang pertama kalinya Newt ucapkan pada Sonya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu utama terdengar, Newt yang sedang bermain hp menyenggol punggung Sonya agar membukakan pintu.

Dengan masih menangis Sonya berjalan lesuh dan membukakan pintu.

Pandangan mereka bertemu.

Sial, bang Brian batin Sonya kaget.

Brian menatap datar mata sembab Sonya. 

"Mana?" Tanya Brian dingin.

Sonya berusaha keras menghapus air matanya, dia tidak ingin Brian melihatnya menangis.

" Ha? Apanya yang mana?" Tanya Sonya bingung.

" Newt mana?"

" Oooh Abang, lagi di kamarnya, masuk aja,"

Brian langsung masuk dan duduk di sofa tamu, pasti Brian datang untuk menjemput Newt karena tadi Newt bilang dia ingin pergi.

Sonya masih diam berdiri menatap Brian.

" Kenapa?"

" Ha? Apanya yang kenapa?" Astaga Sonya jangan terlihat bodoh dong di depan pria tampan.

Brian menggelengkan kepalanya, dia paling malas berbicara banyak dan mengulang ucapannya. Jadi kalau lo ga denger itu salah lo. Prinsip Brian.

Sonya memilih kembali ke kamar Newt memberi tahu jika Brian datang.

" Brian datang," ucap Sonya pelan. Belum sempat Newt menjawab ucapan Sonya, gadis itu langsung keluar dari kamar Newt.

Newt sedikit menyesal telah berkata kasar dengan Sonya, seharusnya dia tidak mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti hati adik kecilnya itu.

Dikamar sebelah Sonya melompat geram ke ranjangnya, sial sial sial kenapa dia harus menangis dan di lihat Brian, rusak sudah citranya.

Sonya menyukai Brian, sangat. Dia sangat kagum dengan ketampanan Brian. Brian adalah orang pertama terganteng setelah Newt eh salah kedua. Oh bukan-bukan yang pertama.

" AAAAAAAA GANTENG BANGET,"
Ucap Sonya menahan teriakannya dengan bantal.

Sonya terduduk. Dengan cepat Sonya meraih ponselnya. Arisha! Asal kalian tau, Brian adalah Abang arisha. Sonya jadi teringat ucapan arisha kemarin yang ingin sekali tinggal satu atap dengan Newt.

Kok bisa sih dia bilang Newt ganteng banget bahkan lebih ganteng dari abangnya sendiri, sedangkan Sonya berkata bahwa Brian lebih ganteng dari Newt. Mendadak dia ingin mengucapkan kata yang sama seperti yang di ucapan arisha "bagiamana sih rasanya tinggal satu atap dengan Brian,"

Mendadak senyum Sonya luntur, bukan karena mengingat kembali ucapan Newt, dia tidak mau pusing karena perkataan itu, seperti yang Sonya bilang tadi itu bukan yang pertama kalinya Newt berkata demikian.

Tapi karena respon Brian, iya benar sih Brian dingin bukan hanya kepada Sonya tapi kepada semua orang bahkan teman akrab, adik dan orangtuanya. Ntah apa yang terjadi kepada Brian hingga dia bersikap dingin tak tersentuh kepada semua orang atau emang itu sejak lahir?

Sonya kembali meletakkan ponselnya dia tidak jadi menelepon arisha, lebih baik dia mandi. Badannya sudah lengket karena bekerja keras menjadi pembantu Newt sialan.

**

" Adek lo kenapa nangis tadi?" Tanya Brian sambil mengelap keringat di tengkuk lehernya.

Newt menyatukan alisnya bingung.
" Kenapa?"

Brian menggeleng. Seharusnya tadi dia tidak bertanya. Takut Newt berfikir dia peduli tentang Sonya padahal tidak sama sekali.

Saat Brian hendak berdiri Newt menahan bahunya. Brian menatap Newt datar.

" Lo peduli sama adek gue? Lo suka? Sejak kapan? Ga biasanya lo bertanya kondisi orang, bahkan kaki alex yang patah pun lo ga peduli," tanya Newt bertubi-tubi.

Brian menepis tangan Newt.
" Cuma nanya," dan langsung pergi kembali ke lapangan.

Newt mengepalkan tangannya. Menatap tajam punggung Brian yang berlari ke lapangan. Dia tidak suka, tidak suka ada yang bertanya tentang Sonyanya.

Ponsel Newt berbunyi, panggilan dari mama tersayang. Tanpa membuang waktu Newt mengangkat panggilan itu.

" Hallo ma?"

" Kamu dimana?"

Newt menjauhkan ponselnya, sial itu suara papa nya. Ternyata Thomas sengaja menggunakan ponsel Rachel untuk menelepon Newt karena Thomas yakin Newt tidak akan mengangkat jika Thomas yang menelepon.

Newt tetap diam menunggu ucapan Thomas selanjutnya, dia terlalu malas untuk berbicara kepada Thomas.

Terdengar helaan nafas panjang dari sebrang sana.

" Papa ada perjalanan bisnis di Dubai, papa harap kamu bisa menjaga adik mu dengan baik, untuk kapan papa pulang masih belum pasti, ingat pesan papa, papa percayakan Sonya di tangan kamu," setelah mengatakan itu Thomas mematikan panggilan sepihak karena dia ingin cepat memberitahu kepada putri kecilnya. Kalau sampai telat dia takut Sonya akan ngambek.

A Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang