keenam

345 8 0
                                    

Maaf yah jika ada typo 🤞

Newt melihat Sonya yang tertidur pulas di sofa, kenapa adiknya itu suka sekali tidur di sofa. Sebelum membawa Sonya ke kamar, Newt mandi terlebih dahulu bajunya basah karena keringat.

Dia meletakkan Sonya secara perlahan ke ranjang, tangannya terangkat untuk mengusap surai lembut milik Sonya, rasanya Newt tidak pernah bosan untuk mengatakan betapa cantiknya Sonya, walau dia mengatakan itu dalam hati.

" Cantik banget sih Lo," ucap Newt pelan.

Tatapan Newt mendadak beralih ke leher panjang Sonya, mulus sekali. Newt mengusap lembut leher Sonya. Pikirannya kalut.

Newt berfikir sebentar sebelum benar-benar mencium leher itu, dia berjanji hanya akan meninggalkan dua bekas. Newt berjanji.

Newt menatap senyum warna ungu kemarahan di leher Sonya dan pergi kembali ke kamar nya, dia sudah sangat lelah. Newt tidak khawatir sedikit pun jika Sonya melihat tanda itu, karena Newt tau seperti apa Sonya.

**

" SONYA!" terlihat arisha berlari antusias ke arah Sonya. Dia sangat senang karena ayahnya baru membelikan novel terbaru ciptaan Tere Liye kesukaan mereka terutama Sonya, dia mengoleksi novel bumi dan semua series nya. Bisa dibilang dua gadis ini memiliki hal yang sama, setiap hal yang disukai arisha pasti disukai juga oleh Sonya begitu sebaliknya.

Arisha menghampiri Sonya dan langsung memeluk nya, dia menyerahkan novel itu ke hadapan Sonya.

Sonya mengambil novel itu dan tersenyum manis, arisha sudah selesai membacanya. Arisha menatap leher Sonya dan mencolek tanda itu, ini bukan cat atau tinta warna.

" Leher lo kenapa?" Tanya arisha kepo.

" Gatau, bangun-bangun ini ada, mungkin di gigit nyamuk," jawab Sonya sambil mengusap lehernya. Dia juga bingung.

" Ini kissmark anjing! Lo di cium sama cowok mana???" Arisha memegang bahu Sonya kuat, mata nya melotot kaget.

" Ha? Kissmark? Ciuman Maret?" Tanya Sonya bingung.

" Sejak kapan Mark jadi Maret," arisha menoyor kepala Sonya pelan. Habis temannya itu sangat bodoh.

" Terus itu apa?"

" itu kayak apa yah? Aduh gimna nih gue bilangnya," Arisha menggaruk tengkuknya, " itu..ada orang yang cium-cium leher lo, semalam lo ketemu sama siapa emang?"

" Gada, semalam setelah bang Newt keluar gada siapa-siapa lagi yang datang, terus papa sorenya nelpon dan gue ketiduran di kamar" jawab Sonya jujur. Dia tidak ingat jika dia ketiduran di sofa.

Karena, selama dia selalu ketiduran di sofa pagi nya dia sudah berada di ranjang,  makanya dia ga pernah merasa selalu tidur di sofa.

" Berarti abang lo yang cium leher lo!!" Teriak arisha, jawabannya tepat sekali.

" Lo stress? Ya kali, gue aja semalam ribut sama dia, ga mungkin dia,"

Jawaban Sonya membuat arisha kembali berfikir, siapa yah?

" Ah udahlah, itu nyamuk, nanti ke Gramedia setelah pulang sekolah yukk?!" arisha mengangguk semangat dan mengandeng tangan Sonya ke kelas.

**

Brukk

Tas wanita yang tidak sengaja di tabrak arisha terjatuh, Sonya yang melihat itu segera mengambil dan mengembalikan tas itu ke pemiliknya.

" Maaf Tante," ucap Sonya sopan.

Wanita itu menatap Sonya dan arisha dengan lembut. Dia tersenyum dan mengangguk mengartikan 'tidak masalah'

" Nama kamu siapa?" Tanya wanita itu ke Sonya.

" Sonya Tante,"

" Aku arisha Tante!," jawab arisha semangat walau wanita itu belum menanyakan namanya. Wanita itu terkekeh, arisha dan Sonya kagum, dia cantik sekali! Kalau perlu cantik banget banget banget.

" Kalian berdua cantik," pujinya.

Mereka berdua tersipuh malu, bayangkan saja, mereka dipuji oleh wanita cantik. Rasanya bahagia sekali.

" Terima kasih Tante, Tante juga," jawab Sonya dan arisha barengan.

" Kalau begitu Tante duluan ya, ada pekerjaan di butik, sampai jumpa lagi," wanita itu langsung pergi setelah melambaikan tangan.

Sonya menatap punggung wanita itu hangat.

" Mata kalian mirip yah, sama-sama biru permata, langka loh itu," ucap arisha.

Sonya membenarkan ucapan arisha, mata mereka memang mirip sekali, dan di rumahnya hanya dia yang berwarna biru. Newt berwarna abu kehijauan seperti campuran Thomas dan Rachel.

" Udah yuk masuk, lain kali lo hati-hati jangan nabrak orang lagi,"

" Hehehe terlalu excited Sonya" cengir arisha.

**

Brian meletakkan tasnya ke atas ranjang, hari ini dia tidak ingin latihan. Badannya tidak enak.

Brian memutuskan mandi sebelum tidur, dia tidak peduli betapa dinginnya air itu walaupun sudah dalam suhu panas, rasanya tetap dingin.

Saat Brian selesai mengenakan kaosnya pintu kamar Brian terbuka, terlihat bella tersenyum ke arah Brian dan di balas tatapan datar dari Brian.

Bella ibu kandung dari Brian, arisha dan Glen tersenyum senduh melihat anak sulungnya. Dulu Brian tidak seperti itu, dan senyum ceria Brian hilang tepat diumurnya yang keenam tahun.

Dimana Bella melahirkan Glen, Brian tidak suka adik, bahkan Brian membenci kedua adiknya. Ah salah Brian benci semua orang. Awalnya dia masih cukup menerima arisha karena arisha perempuan dan kasih sayang pasti sama. Dan Glen datang, dia benci itu. Padahal Bella sudah janji kepadanya, arisha yang terakhir.

" Brian..." Panggil Bella lirih. Dia berjalan mendekat ke putranya hendak mengelus rambut Brian tapi pria itu menyingkirkan kepalanya menjauh. Selain tidak ingin disentuh Bella, Brian juga tidak ingin Bella tau kalau dirinya sedang sakit.

" Arisha mana? Tidak pulang sama kamu?" Bella mengambil seragam sekolah Brian di bawah kursi, Bella tersenyum geli, kebiasaan putra sulungnya itu tidak pernah hilang, selalu meletakkan barang kesembarangan tempat, bahkan dulu ponsel Brian dikira hilang padahal tidak, hingga sekarang Brian memiliki 4 ponsel baru.

" Gatau,"

" Kenapa? Tad..."

" Saya mau tidur," potong Brian cepat, Bella bernafas lelah, semakin dingin ternyata.

"Baiklah, selamat tidur sayang, ibu menyayangimu selalu," Bella benar-benar menghilang di balik pintu, walaupun Brian marah besar kepada Bella tapi dia tetap senang karena Bella selalu mengatakan kalimat terakhir itu saat bersama Brian 'ibu menyayangimu selalu' dan Brian tau itu.

A Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang