11 : Kepergian dan Kepulangan

87 87 1
                                    

HAPPY READING !

'Orang-orang datang dan pergi, itulah hidup.'

Diriku terbangun tepat waktu. Aku tidak bisa menjaga ibu karena sedang ujian. Namun aku akan pulang dengan cepat. Setelah memberi ibu sarapan dan memastikannya baik-baik saja, dan aku segera pergi.

_

Ujian hari ini pun berjalan lancar, aku sangat bersyukur.

Aku harus segera mengecek keadaan ibu. Terlihat ibu masih tidur berbaring di kasurnya, sepertinya ia tidur dengan nyenyak.

"Ibu udah bangun?" Tanya Rayno di belakang ku.

"Belum."

Rasa gelisah muncul, rasa yang tidak ingin aku rasakan karena sangat tidak mengenakkan.

"Bu, bangun mari makan dulu." Ucapku memasuki kamar ibu, tiba-tiba rasa gelisah semakin menghantui ku.

"Bu?" Tanyaku heran karena ibu tidak menjawab ucapanku.

"Oh iya aku lupa bawa minumnya, tunggu sebentar ya bu."

Terlihat Rayno sedang makan sembari menunggu ku dimeja makan.

"Ibu udah bangun?" Tanya Rayno kembali.

"Belum, kakak gak bisa bangunin ibu." Balasku dengan gelisah, Rayno hanya membalas dengan ekspresi heran.

Ku pegang kening ibu, sangat dingin, wajahnya pucat. Rayno mulai memastikan urat nadi ibu berfungsi. Wajahku dan juga Rayno di penuhi ekspresi yang sangat gelisah karena ibu urat nadi ibu tidak berfungsi.

"Rayno, ibu bercanda ya?" Tanyaku tidak percaya.

"Ibu pasti lagi nyiapin kejutan buat gue kan karena malam itu gak bisa datang?" Tanya Rayno dengan air mata mulai bercucuran.

"Bu ayo bangun, kita sarapan dulu." Ucapku dengan nada lemas karena masih tidak percaya.

"IBUUUUU!" Teriak Rayno mengguncangkan tubuh ibu dengan penuh tangis.

"Ibu benar-benar ninggalin kita?!" Sambung Rayno menangis di pelukan ibu sedangkan diriku tidak bisa berkata apa-apa.

Bu, kenapa ibu meninggalkan aku dan Rayno, ayah juga. Ibu ingin aku berjuang dengan lebih berat lagi? Ibu adalah penguatku nomor satu, kenapa ibu pergi begitu cepat. Aku ingin menyayangi ibu lebih dalam lagi.

Aku dan Rayno menangis di pelukan ibu, tidak ada percakapan lagi. Semua tangis tumpah, badanku melemas, pikiranku buyar.

Namun aku harus segera memberi kabar kepada keluarga besar, keadaan Rayno tidak memungkinkan untuk itu. Semuanya terhubungi dan segera menuju ke rumahku, namun ayah tidak. Ayah tidak bisa di hubungi, ntah sudah berapa kali ku hubungi namun tidak ada hasilnya.

"Ayah, ku mohon tolong angkat." Ucapku sembari menangis karena aku sangat membutuhkan ayah.

Semua keluarga sudah berdatangan dan mulai mengurusi mayat ibu. Namun sampai detik ini ayah masih tidak ada kabar. Perasaan di hati ku kini bercampur aduk.

Beberapa orang terdekat menangis ketika melihat mayat ibu, begitu juga diriku. Sedangkan Rayno mengurung dirinya didalam kamar.

"Rayno?" Sahutku membuka pintu kamar dengan keadaan menahan air mata mengalir.

Melihat Rayno terpuruk seperti itu membuat hatiku sangat sakit. Aku harus jadi penguat untuk adik ku, aku tidak boleh lemah.

Aku menghampirinya, membiarkan ia menangis di pelukan ku. Tanpa ku sadari diriku ikut menangis hebat. Sakit, sangat sakit.

JASWIN [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang