0.5 : Kunang-kunang

137 100 5
                                        

HAPPY READING !

'Aku ada di sisimu. Tapi kau tak mengetahuinya, karena hatimu buta.'

Diriku terbangun diatas kasur, seingatku aku sedang belajar dimeja belajar. Ibu bahkan tidak mempedulikan ku, aku berangkat sekolah atau tidak, sehat atau sakit, bahagia atau tidak.

Sudah siang, jika aku sekolah ini adalah waktu untuk istirahat. Bunyi nada dering telepon mengalihkan pikiranku.

"Zeline, sakit apa? Iya Zel kamu kenapa? Ini Anthea sama Byan."

"Astaga, cuma demam kok."

"Biasanya demam doang tetap masuk sekolah." Ucap Anthea heran.

"Bohong ya?" Tanya Byantara curiga.

"Serius, udah sana belajar yang benar. Btw teman kita ada yang kurang."

"Cepat sembuh Zeline." Sahut Vandra.

"Iya makasih semua, ku tutup teleponnya ya."

Beruntung sekali mempunyai teman seperti mereka. Mereka seperti rumah kedua ku.

"Pulang sekolah aku akan ke
rumahmu. Anthea sama Vandra
gak bisa ikut, ada urusan
sama keluarganya."

Pesan dari Byantara.

Jika aku terus sendiri dengan pikiran seperti ini ku pikir aku tidak akan sembuh. Aku butuh sosok Byantara Nalendra.

"Iya Byan, ku tunggu."

_

"Loh masuk tanpa permisi? Pulang sekolah langsung kesini? Nggak pulang dulu?" Tanya ku kaget karena tiba-tiba Byantara masuk ke kamarku dan memakai seragam sekolah pula.

"Enak saja, tadi di bukain pintu sama Rayno. Iya langsung kesini, emang kenapa? Gak boleh? Aku udah ngasih tahu orang tua ku. Astaga ini meja belajar berantakan banget." Balasnya sembari membereskan meja belajarku.

"Nih makan, suka yang manis-manis kan?" Tawarnya.

"Suka, makasih ya."

"Mata mu kenapa lebam?"

"Semalam nggak tidur, kenapa bawa gitar?"

"Mau nyanyiin lagu buatmu lah, kenapa begadang nggak ngajak-ngajak coba?" Jawabnya dengan percaya diri.

"Semalam aku butuh waktu untuk sendiri."

"Iya aku ngerti, Zel."

Banyak sudah lagu yang di nyanyikan Byantara. Semuanya lagu-lagu yang ku suka, sehingga diriku pun ikut bernyanyi. Walaupun hanya ada Byantara disini, suasana menjadi sangat hidup.

"Makasih banyak Byan." Ucapku karena hidupku menjadi lebih bersemangat lagi.

"Zel, nggak usah ditahan. Ayo keluarin semua rasa sakit kamu, kamu bisa nangis dipundak ku."

Memang, diriku tidak punya tempat bersandar ataupun mengeluh, aku selalu menahan semuanya. Tidak bisa menahan air mata karena ucapan Byantara, dan ia memeluk ku dengan erat.

JASWIN [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang