12 : Kehilangan

142 104 98
                                        

HAPPY READING !

'Kita bisa menulis seribu kata perpisahan. Tapi yang kita rasakan hanya satu, yaitu kehilangan'

Hampir saja telat, karena semalam tidur larut malam. Aku harus kuat, jangan lemah dengan apa yang terjadi disekitar ku. Aku akan mewujudkan keinginan ibu.

"Eh anak piatu baru dateng." Sahut Hellen lagi-lagi ia menganggu mentalku.

Diriku tidak mempedulikannya walau perkataannya sangat menyakitkan. Tiba-tiba saja Hellen mendorongku, kepalaku terbentur. Rasa sakit ini sedikit menyiksa ku, namun ingat harus kuat.

"Diam buat hari ini aja bisa gak?" Tanya ku menatap matanya.

"Gak bisa." Balasnya singkat, ia segera duduk di bangkunya karena kedatangan Byantara dan Vandra.

"Kamu gakpapa?" Tanya Vandra heran.

"Gakpapa Van."

"Jangan lupa berdoa sebelum ujian Zel." Ucap Byantara tersenyum.

"Iya Byan, kamu juga."

Saat sedang melaksanakan ujian Hellen dan teman-temannya terus mengganggu ku. Melempari kertas, menempelkan permen karet pada rambutku. Bahkan mereka menempelkan kertas bertulisan 'anak piatu' pada punggungku, walau mereka sudah di tegur oleh pengawas ujian.

_

Saat berjalan untuk pulang tiba-tiba Hellen menyiramku dengan air cat merah dari lantai dua. Aku tidak habis pikir, mengapa ia terus bersikap seperti ini kepadaku.

Aku tidak mampu berkata apa-apa, percuma. Namun terlihat Anthea berdiri di belakang Hellen, ia berdiam menatapku.

"Kasian gak ada yang ngebela, Byan sama Vandra udah pulang duluan." Ucap Hellen dari atas.

Aku tidak mempedulikannya, kini aku pulang dengan keadaan basah kuyup.

_

Rumah terasa sepi, aku berdiam di tengah rumah dan benar-benar sendirian. Rayno pulang, namun sikap ia beda dari biasanya. Ia segera menyalakan televisi.

'Telah di tangkap Verno Jaswin, berhasil menggelapkan uang dengan jumlah besar. Verno Jaswin di hukum penjara selama empat tahun.'

"AYAH?!" Ucapku tidak percaya.

Aku menangis, Rayno memejamkan matanya tidak percaya. Ini semua benar-benar terjadi pada kami? Jahat.

Tidak ada percakapan antara aku dan Rayno setelah mendengar berita tentang ayah. Ia segera masuk ke kamarnya dengan keadaan sedih, begitupun denganku.

Ayah bohong, ia kata akan pulang. Namun sampai ibu di kebumikan juga ia tidak kunjung pulang. Sekarang malah menciptakan rasa sakit baru, aku sangat rindu ayah.

Menatap foto keluarga di kamar yang sengaja ku pajang, membuat rasa sakit lebih terasa. Ibu dan ayah dengan wajah tersenyum, aku dan Rayno dengan keadaan sedang tertawa, semuanya terlihat bahagia.

Aku ingin mengulang itu semua, aku rindu. Bagaimana jika ayah tahu, ibu sudah tidak ada. Terlalu sakit untuk membayangkannya.

_

JASWIN [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang