BAB 11 [Tamu yang menyakitkan]

30 13 3
                                    

kalo ada Typo tandain okay!

Happy Reading
***

Kelly membuka pintu kamar Khanzia, tiga orang yang ada didalam langsung melihat keambang pintu.

"Udah sah ya?" tanya Khanzia memastikan, Kelly mengangguk lantas tersenyum ia meneteskan setetes air mata kebahagiaan melihat anaknya. "Yasudah ayo nak kita keluar, temuin suami kamu."

Degggg, mendengar kata suami, Khanzia merasa dirinya kaku, ia berdiri dibantu oleh Luna tapi ia rasa seperti tak berpijak dilantai.

🐎

Semua mata tertuju pada serombongan wanita yang keluar dari rumah mempelai, lebih tepatnya netra semuanya terpokus pada pengantin yang diaping oleh Luna dan Kelly.

Pancaran cahaya dari paras Khanzia yang amat cantik jelas membuat siapapun yang melihat pegantin itu akan terkagum-kagum.

Para tetangga juga terlihat sangat heboh saling senggol-menyenggol demi melihat Khanzia yang dihebohkan sangat cantik seperti bidadari.

"Cantikkan!" goda Davit pada Carva yang sedari tadi menatap lurus pada satu objek yaitu Khanzia.

"Iya cantik." Tak bisa bohong, memang Carva juga tidak bisa berkedip melihat Khanzia yang begitu cantik, tanpa ia sadari sudut bibirnya mulai terangkat membentuk senyuman kecil.

Karpet merah yang menjulang panjang, sebagai arahan menuju pelaminan. Gaun yang dikenakan Khanzia pun menyapih karpet yang menuju pelaminan itu.

Detak jantung Khanzia mulai tak beraturan saat dirinya sudah berada tepat dihadapan Carva.

Luna dan Kelly melepas genggaman tangan mereka dari Khanzia, merekapun mundur agar memberi ruang pada kedua mempelai.

"Khanzia salim dulu sama suami kamu," intruksi Davit, Khanzia melirik Ayahnya, Davit mengangguk pelan pada Khanzia.

Gadis itu meraih telapak tangan Carva dan menyaliminya. "Tahan dulu Kak," titah Fotografi, baru saja Khanzia ingin melepaskannya tapi ia mengurungkan lagi niatnya.

Ckrekk, satu foto diambil, Khanzia melepaskan tangan Carva. "Bisa dicium dulu kening istrinya Nak Carva," titah penghulu, momen seperti inilah yang membuat keduanya merasa canggung.

Tanpa berlama-lama Carva menangkup wajah Khanzia dan mencium puncak kepalanya.

"ANJING EH ASTAGFIRULLAH!" pekik Khanzia, membuat semua orang melihat gadis itu dengan kaget.

"Astagfirullah kamu kenapa?" tanya Kelly, wanita itu sedikit merasa malu karna sikap Khanzia, bisa-bisanya dia mengumpat ditempat umum seperti ini.

"Kamu kenapa?" tanya Carva dan yang lainya, Khanzia menutup mulutnya lantas mengedarkan pandangan kesekeliling.

"Bukan temen gue sumpah!" gumam Luna sembari menepuk jidatnya.

Dia bingung ingin menjawab apa, masa iya dia harus jujur bahwa dia sangat kaget keningnya dicium oleh Carva, netranya melihat satu kecoa yang merayap ke bawah pelaminan, Khanzia dengan segera menunjuknya, "Em...., ini tadi ada kecoa jadi Khanzia kaget, maaf tadi gak sengaja ngumpat hehe," elak gadis itu, semuanya ber'oh' mengerti.

"Oh, kecoa...." semua orang mengangguk.

"Fitnah" satu kata yang kecoa itu katakan dengan pasti.

"Masnya cium lagi istrinya, soalnya belum sempat saya foto," titah Fotografi, Carva mengangguk, Khanzia menatap wajah Cowok itu dengan penuh permohonan jangan, jangan cium dia lagi ini membuatnya geli.

Pangeran Carva [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang